Kemlu RI-Institut Leimena Gelar Konferensi Literasi Keagamaan
![Kemlu RI-Institut Leimena Gelar Konferensi Literasi Keagamaan](https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20240705/leimena-81df1c364f67a6c882aa5fd05134d750_600x400.jpeg)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri RI berkolaborasi dengan Institut Leimena bakal mengadakan Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) pada 10-11 Juli 2024 di Jakarta. Konferensi ini rencananya akan dibuka oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
Direktur Diplomasi Publik Kemlu RI, Ani Nigeriawati mengatakan, pemerintah Indonesia melalui kebijakan luar negerinya berupaya untuk memperkuat kolaborasi multiagama, salah satunya lewat Dialog Lintas Agama, yang mengundang para pemangku kepentingan di dalam negeri maupun dengan negara lain.
“Itulah sebabnya Kemlu bekerja sama dengan Institut Leimena untuk pengembangan kolaborasi multiagama dalam memajukan dan melindungi HAM, mencapai pembangunan berkelanjutan dan mengatasi tantangan yang muncul akibat krisis multifaset dan multidimensional baik secara regional atau global,” kata Ani dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (5/7/2024).
1. Jadi bagian soft power diplomacy Indonesia
Ani menambahkan bahwa kegiatan ini sejalan dengan prinsip dan diplomasi Indonesia, terutama lewat soft power diplomacy-nya.
“Nilai-nilai toleransi agama itu kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia yang belum tentu dimiliki oleh negara lain. Apa yang sudah dipraktekan untuk memabngun kehidupan yang harmonis itu jadi satu hal yang jai referensi negara-negara mitra kita melihat bagamaina pengalaman yang sudah dilakukan Indonesia,” ungkap Ani.
Baca Juga: 7 Film Horor Luar dan Dalam Negeri Tayang Juli 2024, Ada Maxxxine!
2. Turut libatkan unsur non pemerintah
Editor’s picks
Ani memaparkan, kegiatan ini juga melibatkan unsur-unsur non pemerintah di mana sekitar 50 narasumber di tingkat nasional dan internasional akan hadir untuk membahas upaya penguatan kolaborasi multiagama di tengah berbagai tantangan dunia saat ini.
“Nah kita mampu memimpin dalam konteks tersebut dan bagaimana kita melibatkan unsur non pemerintah, seperti masyarakat sipil, seperti halnya Leimena juga menjadi mitra Kemlu karena kita punya visi yang sama, berkolaborasi bersama,” ucap dia.
Ia menjabarkan nantinya di dalam konferensi dua hari tersebut ada beberapa sesi panel yang membahas beragam isu terkait kolaborasi antaragama dan budaya. Salah satunya juga menyangkut soal pendidikan.
“Ada sesi soal peran edukasi itu sendiri bagaimana, karena ini jadi elemen yang penting ketika nilai-nilai tersebut dibangun sejak dini, melalui edukasi di sekolah2 di Indonesia dan kita juga jadi role model di negara-negara lain,” sambungnya.
3. Unsur pendidikan harus dilibatkan
Sementara itu, Alwi Shihab senior fellow dari Institut Leimena sekaligus mantan Menteri Luar Negeri RI juga mengatakan bahwa unsur pendidikan harus dilibatkan dalam seni berkolaborasi antaragama dan toleransi di dalam sebuah negara.
“Semua usaha untuk menciptakan masyarakat plural dan inklusif, ini harus lewat pendidikan. Tanpa pendidikan, kita jauh ke belakang tanpa cita-cita ini,” katanya.
Baca Juga: Mengenal 5 Alur Impor Beras dari Luar Negeri ke Indonesia