Cerita Jurnalis Muslim Indonesia Satu Pesawat dengan Paus Fransiskus  

Bambang dari Rakyat Merdeka ikut tur Apostolik Paus ke Asia

Intinya Sih...

  • Bambang Trismawan, jurnalis Muslim dari Rakyat Merdeka, ikut dalam rombongan Papal Visit Paus Fransiskus ke Asia.
  • Bersama jurnalis lain, Bambang meliput tur Asia Paus Fransiskus dan mempersiapkan diri dengan mempelajari agama Katolik.
  • Bambang terkesan dengan nilai-nilai universal yang dibagikan Paus Fransiskus dan mendapatkan tanda tangan langsung dari Paus di pesawat ke Indonesia.

Jakarta, IDN Times - Bambang Trismawan merasa bangga bisa menjadi salah satu jurnalis Indonesia yang ikut dalam rombongan Papal Visit atau kunjungan Apostolik Paus Fransiskus selama di Asia. Jurnalis media Rakyat Merdeka ini bahkan beragama Muslim.

Bambang bersama Josie Susilo dari Harian Kompas dan Fransisca Christy Rosana dari Tempo, meliput tur Asia Paus Fransiskus, dimulai sejak keberangkatan dari Roma, Italia, ke Indonesia, lalu Papua Nugini, Timor Leste, Singapura dan kembali ke Roma.

“Saya merasa bersyukur dan bangga tentunya bisa ikut Papal Visit. Untuk ikut perjalanan Paus Fransiskus. Ikut perjalanan Paus ini tidak mudah, ada akreditasinya dan seleksinya ketat sekali. Yang mengajukan juga banyak,” kata Bambang, Jumat (6/9/2024).

Bambang juga bercerita bahwa tidak semua yang mengajukan ikut Papal Visit akan disetujui. “Saya bangga karena saya Muslim dan bisa ikut perjalanan Paus Fransiskus,” ucap dia.

1. Mempersiapkan peliputan sebaik mungkin

Cerita Jurnalis Muslim Indonesia Satu Pesawat dengan Paus Fransiskus  Paus Fransiskus bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. (IDN Times/Sonya Michaella)

Sebagai Muslim, tentu awam bagi Bambang mengetahui soal ajaran agama Katolik. Sebelum berangkat ke Roma, Bambang memperkaya dirinya dengan berbagai literatur dan bacaan terkait Paus Fransiskus serta agama Katolik.

“Bagi saya ini lintas agama karena saya Muslim. Saya juga harus mempersiapkan banyak hal, jadi nanti ketika saya menulis laporan tidak salah dipahami oleh masyarakat,” tutur Bambang.

“Saya juga harus memahami suasana kebatinan umat Katolik seperti apa ketika menyambut Paus. Kesulitannya itu sih, tapi untung ada waktu cukup banyak jadi saya berusaha untuk belajar,” katanya.

Teman-teman Bambang yang beragama Katolik juga membantunya, dengan memberikan saran serta bacaan yang bisa memudahkan Bambang untuk menulis laporan terkait perjalanan Apostolik Paus Fransiskus di Asia.

Baca Juga: Khotbah Lengkap Paus Fransiskus di Misa Agung GBK

2. Sepesawat dengan Paus dan minta tanda tangan

Bambang juga mengaku terkesan dengan Paus Fransiskus di mana ia mengerti bahwa Paus Fransiskus tak hanya membagikan soal ajaran agama Katolik, sebagai pemimpin umat Katolik, tapi juga membagikan nilai-nilai universal yang berlaku juga bagi semua umat.

“Saya speechless banget, gak bisa berkata-kata. Nilai-nilai universal ini ada di Paus Fransiskus, persaudaraan, perdamaian, soal lingkungan hidup, yang berlaku juga untuk semua umat, tidak hanya untuk umat Katolik,” ungkap Bambang.

Satu pengalaman yang tak akan dilupakan Bambang adalah bisa berada di dalam satu pesawat dengan Paus Fransiskus dan bisa berinteraksi langsung, bahkan mendapatkan tanda tangan Paus.

“Di pesawat ke Indonesia itu Paus sempat menyapa para jurnalis, pas hampir sampai ke kursi saya ini saya deg-degan banget. Sampai lupa mau ngomong apa. Tapi akhirnya saya sampaikan kalau saya Muslim, dan selamat datang nanti di Indonesia. Lalu karena saya bawa buku Pak Dubes (Trias Kuncahyono), saya minta tanda tangan Paus. Protokolernya langsung memberikan pulpen ke Paus dan Paus memberikan tanda tangan,” ucap Bambang.

Baca Juga: Pesan Jokowi di Misa Agung Paus Fransiskus

3. Dari Jakarta ke Papua Nugini

Cerita Jurnalis Muslim Indonesia Satu Pesawat dengan Paus Fransiskus  Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menyambut kedatangan Paus Fransiskus (dok. Kemenag)

Usai dari Jakarta, Bambang dan rombongan Papal Visit akan mengikuti kunjungan Paus ke negara berikutnya yakni Papua Nugini. Setelah itu, mereka bakal ke Timor Leste dan terakhir Singapura, sebelum kembali ke Roma.

“Vatikan memang mengharuskan kami memulai perjalanan dari Roma lalu kembali ke Roma, jadi nanti kami akan berpisah di Roma. Perjalanan ini sangat bersejarah. Saya sangat bangga bisa ikut perjalanan ini dan mungkin dalam 30 tahun ke depan itu belum tentu terulang lagi,” tutup Bambang.

 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya