Banjir Topan Yagi Landa Myanmar, 74 Orang Tewas

Junta minta bantuan negara asing

Intinya Sih...

  • Jumlah korban tewas di Myanmar akibat Topan Yagi mencapai 74 orang, dengan 89 orang hilang.
  • Banjir menghancurkan lebih dari 65 ribu rumah, lima bendungan, dan lahan pertanian di sekitar Ibu Kota Naypyidaw terendam banjir.

Jakarta, IDN Times - Jumlah korban tewas di Myanmar akibat Topan Yagi melonjak menjadi 74 orang dan 89 orang hilang.

Dilansir dari Channel News Asia, Senin (16/9/2024), operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung. Banjir ini menghancurkan lebih dari 65 ribu rumah dan lima bendungan.

Lahan pertanian juga terendam banjir termasuk di sekitar Ibu Kota Naypyidaw yang berdataran rendah. Tanah longsor juga terjadi di daerah perbukitan, jembatan, dan jalan-jalan rusak serta jaringan telepon dan internet terputus.

Baca Juga: Myanmar Minta Bantuan Asing untuk atasi Dampak Banjir

1. Junta Myanmar minta bantuan asing tangani banjir

Junta militer Myanmar, pada Jumat (13/9/2024), meminta bantuan asing untuk mengurangi dampak banjir yang telah menimbulkan korban jiwa. Situasi tersebut menambah kesengsaraan warga setempat setelah perang berkecamuk sejak militer merebut kekuasaan pada 2021.

"Pemerintah perlu menghubungi negara asing untuk menerima bantuan penyelamatan dan pertolongan yang akan diberikan kepada para korban. Penting untuk mengelola tindakan penyelamatan, bantuan, dan rehabilitasi secepat mungkin," kata Min Aung Hlaing, pemimpin junta.

Saat ini, sekitar 82 kamp pengungsian sudah dibuka untuk menampung warga yang terdampak. Selain itu, kantor cuaca Thailand juga memperingatkan bahwa hujan lebat bakal terjadi di provinsi-provinsi Thailand dan Myanmar yang dekat dengan Sungai Mekong.

Baca Juga: 63 WNI Masih Disekap di Myanmar, Terjerat Online Scam

2. Junta sempat blokir bantuan kemanusiaan dari negara lain

Militer Myanmar sebelumnya telah memblokir atau menggagalkan bantuan kemanusiaan dari luar negeri. Pada 2023, pemerintah menangguhkan izin perjalanan bagi kelompok bantuan untuk membantu sekitar 1 juta korban Siklon Mocha dahsyat yang melanda wilayah barat negara itu. Saat itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam keputusan yang dinilai tidak masuk akal.

Pada 2008, sedikitnya 138 ribu orang tewas setelah Siklon Nargis. Junta yang saat itu berkuasa dituduh memblokir bantuan darurat dan awalnya menolak memberikan akses bagi pekerja dan pasokan kemanusiaan.

Juru bicara militer mengatakan, pihaknya kehilangan kontak dengan beberapa wilayah di negara itu dan sedang menyelidiki laporan puluhan orang terkubur dalam tanah longsor di wilayah tambang emas di wilayah Mandalay tengah. Truk militer telah mengangkut perahu penyelamat kecil ke daerah yang dilanda banjir di sekitar ibu kota Naypyidaw pada Sabtu.

Baca Juga: 11 Warga Sukabumi jadi Korban TPPO di Wilayah Konflik Myanmar

3. Keluhan para korban banjir

Di Taungoo, sekitar satu jam dari Naypyidaw, penduduk mendayung rakit darurat di atas banjir yang mencapai atap beberapa bangunan. Sekitar 300 orang mengungsi ke sebuah kuil di dataran tinggi di desa terdekat.

"Kami dikelilingi oleh air dan kami tidak memiliki cukup makanan untuk semua orang. Kami membutuhkan makanan, air, dan obat-obatan sebagai prioritas," kata seorang pria.

Para biarawati Buddha di kuil lainnya berjalan melewati air setinggi lutut.

"Saya kehilangan padi, ayam, dan bebek. Saya tidak peduli dengan barang-barang lainnya. Tidak ada yang lebih penting daripada kehidupan manusia dan hewan," kata Naing Tun, petani yang membawa ketiga sapinya ke dataran tinggi dekat Taungoo setelah banjir menggenangi desanya.

Baca Juga: Kemlu Benarkan Ada WNI Disekap di Myawaddy Myanmar

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya