Ribuan Pelayat Iringi Pemakaman Atlet Olimpiade Uganda

Pemakaman dilakukan secara militer

Intinya Sih...

  • Ribuan orang di Uganda menghadiri pemakaman Rebecca Cheptegei, atlet Olimpiade yang meninggal karena dibakar oleh pasangannya di Kenya.
  • Cheptegei mendapat penghormatan militer dan diberikan upacara pemakaman dengan khidmat serta tembakan salvo dari para perwira militer yang hadir.
  • Kematian tragis Cheptegei menyoroti perlunya perlindungan bagi atlet perempuan di Afrika Timur yang rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi.

Jakarta, IDN Times - Ribuan orang di Uganda berkumpul pada Sabtu (14/9/2024) untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Rebecca Cheptegei, atlet Olimpiade yang meninggal pekan lalu di Kenya setelah dibakar oleh pasangannya. Pemakaman dengan upacara militer ini berlangsung di sebuah kota terpencil dekat perbatasan Kenya.

Rebecca Cheptegei, yang juga menjabat sebagai sersan di angkatan darat Uganda, mendapat penghormatan khusus dari militer. Upacara ini menjadi momen duka mendalam bagi masyarakat Uganda dan komunitas olahraga dunia yang kehilangan sosok inspiratif.

1. Dilakukan upacara pemakaman militer

Upacara pemakaman Rebecca Cheptegei berlangsung khidmat, dengan kehadiran ribuan pelayat di lapangan olahraga distrik Bukwo. Sebagai anggota militer dengan pangkat sersan, Cheptegei mendapat penghormatan penuh, termasuk tembakan salvo dari para perwira militer yang hadir. Juru bicara militer, Brigadir Felix Kulayigye, menyatakan bahwa penghormatan ini sesuai dengan pangkat dan jasa Cheptegei.

Selain keluarga dan kerabat, banyak atlet dan tokoh masyarakat yang hadir memberikan penghormatan terakhir. Ajilong B Modestar, Komisaris Distrik Bukwo, menyampaikan belasungkawa mendalam dan mengecam keras kekerasan yang menimpa Cheptegei. "Sebagai bangsa, kita berada dalam masa yang sangat kelam. Kita harus menghentikan tindakan kekerasan terhadap perempuan," tegasnya, dilansir dari The Guardian.

2. Sudah ada 4 atlet perempuan yang tewas karena kekerasan dari pasangan

Cheptegei (33 tahun), mengalami luka bakar hingga 80% di tubuhnya setelah disiram bensin oleh Dickson Ndiema pada 3 September di rumahnya di Trans-Nzoia County, Kenya barat. Pelaku, yang juga menderita luka bakar hingga 30%, kemudian meninggal karena lukanya. Menurut laporan kepala desa setempat, mereka bertengkar mengenai sebidang tanah yang dibeli oleh Cheptegei di Kenya.

Kematian tragis Cheptegei menjadi peringatan akan perlunya perlindungan lebih baik bagi atlet perempuan yang rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan. Dilansir dari Associated News, kasus ini menambah daftar panjang kekerasan berbasis gender di Kenya, yang telah menewaskan empat atlet perempuan dalam beberapa tahun terakhir akibat kekerasan dari pasangannya.

3. Para pejabat Uganda mengutuk keras kejadian ini

Para pejabat Uganda mengutuk keras serangan terhadap Cheptegei dan menuntut keadilan. Ibu Negara Janet Museveni, yang juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Olahraga Uganda, menyebut serangan ini sebagai tindakan yang sangat mengganggu. Don Rukare, Ketua Dewan Olahraga Nasional Uganda, menyebut serangan tersebut sebagai tindakan pengecut dan tidak masuk akal.

Kekerasan terhadap perempuan di Kenya telah memicu beberapa aksi protes sepanjang tahun ini. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Kenya 2022, empat dari sepuluh perempuan atau sekitar 41 persen perempuan yang menikah atau berkencan di Kenya pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual dari pasangan mereka. Kematian Cheptegei mengingatkan kita akan pentingnya perlindungan yang lebih kuat bagi atlet perempuan di Afrika Timur, di mana banyak atlet Uganda berlatih di Kenya karena fasilitas yang lebih baik.

Baca Juga: Atlet Olimpiade Uganda Meninggal Setelah Dibakar Kekasih

Sanggar Sukma Photo Verified Writer Sanggar Sukma

Mahasiswa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya