Kelompok HAM Mengutuk Penangkapan Jurnalis Prancis

Penangkapan dinilai berisiko rusak dokumen rahasia

Jakarta, IDN Times - Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) mengutuk penangkapan jurnalis asal Prancis, Ariane Lavrilleux, pada Selasa (19/9/2023). Lavrilleux ditangkap dan digeledah rumahnya sehubungan dengan laporan yang dia tulis di media online Disclose.

Dua tahun lalu Lavrilleux menulis sebuah laporan yang mengatakan intelijen Prancis telah disalahgunakan Mesir untuk menargetkan para penyelundup di perbatasan Libya dan membunuh warga sipil.

Baca Juga: Jurnalis Prancis Tewas akibat Serangan Roket di Ukraina  

1. Penangkapan ini berisiko merusak kerahasiaan sumber-sumber jurnalis

Pada Selasa (19/8/2023), Disclose melalui media sosial X mengumumkan bahwa Lavrilleux telah ditangkap oleh Departemen Layanan Keamanan Dalam Negeri Prancis (DGSI). Disclose juga mengecam penangkapan dan penggeledahan yang dialami oleh jurnalisnya karena di sana terdapat ratusan dokumen rahasia untuk mengungkapkan kampanye dan tindakan sewenag-wenang yang diatur oleh pemimpin Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, dengan keterlibatan negara Prancis.

Pernyataan Disclose tersebut dengan cepat didukung oleh Society of Journalists dan Reporters Without Borders (RSF). RSF khawatir jika tindakan yang dilakukan oleh DGSI akan merusak kerahasiaan sumber-sumber dokumen itu.

"Saya terkejut dan khawatir dengan eskalasi serangan terhadap kebebasan untuk memberikan informasi dan tindakan pemaksaan yang diambil terhadap jurnalis Disclose," kata Virginie Marquet, pengacara yang mewakili  Lavrilleux dan Disclose.

"Penggeledahan ini berisiko secara serius merusak kerahasiaan sumber-sumber jurnalis. Lavrilleux hanya mengungkapkan informasi yang menjadi kepentingan publik,” lanjutnya, dikutip dari Al Jazeera.

Baca Juga: Ada Shuttle Bus untuk Jurnalis Selama KTT ASEAN, Cek Jadwalnya!

2. Lavrilleux saat ini sedang diintrogasi

Marquet mengatakan bahwa kliennya saat ini sedang diinterogasi oleh seorang hakim dan petugas polisi dari badan intelijen Prancis DGSI. Introgasi ini dilakukan sebagai bagian dari penyelidikan atas tindakan yang dianggap membahayakan keamanan nasional.

"Ini adalah prosedur yang tidak biasa. Ini merupakan tindakan yang lebih tinggi dalam hal tindakan pemaksaan terhadap jurnalis," kata Marquet dikutip dari Reuters.

Situs Disclose menerbitkan serangkaian artikel pada November 2021 berdasarkan ratusan dokumen rahasia. Disebutkan bahwa dokumen-dokumen itu menunjukkan bagaimana informasi dari operasi kontra intelijen Prancis di Mesir, yang diberi nama sandi "Sirli".

Ini digunakan negara Mesir untuk kampanye pembunuhan sewenang-wenang terhadap para penyelundup yang beroperasi di sepanjang perbatasan Libya.

3. Prancis dituduh terlibat pengeboman bersama Mesir

Artikel awal Disclose mengatakan bahwa pasukan Prancis terlibat dalam setidaknya 19 pengeboman terhadap para penyelundup antara 2016 dan 2018 di wilayah perbatasan Libya. Kementerian Angkatan Bersenjata Prancis mengajukan pengaduan atas pelanggaran kerahasiaan pertahanan nasional setelah publikasi artikel tersebut.

"Kami sangat khawatir. Menempatkan seorang jurnalis dalam tahanan polisi karena melakukan pekerjaannya, apalagi karena mengungkapkan informasi yang menyangkut kepentingan publik, dapat menjadi ancaman bagi kebebasan pers dan kerahasiaan narasumber," kata Katia Roux, selaku anggota kelompok HAM, Amnesty France.

Baca Juga: Inggris, Prancis dan Jerman Tak Akan Cabut Sanksi terhadap Iran

Sanggar Sukma Photo Verified Writer Sanggar Sukma

Mahasiswi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya