Kanada Batasi Jumlah Izin Belajar dan Kerja bagi Warga Asing

Kebijakan ini menuai pro dan kontra

Jakarta, IDN Times - Kanada mengumumkan, pada Rabu (18/9/2024), akan mengurangi jumlah izin belajar bagi mahasiswa asing serta memperketat kelayakan izin kerja sebagai upaya untuk menekan jumlah penduduk sementara di negara tersebut.

Langkah ini diambil di tengah tekanan politik dan persaingan menjelang pemilihan federal yang dijadwalkan paling lambat Oktober 2025.

Keputusan tersebut muncul saat pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau menghadapi penurunan popularitas dan kekalahan besar dalam pemilihan sela pekan ini. Isu penduduk sementara, termasuk mahasiswa internasional dan pekerja asing, menjadi salah satu topik paling kontroversial dalam politik Kanada saat ini.

1. Pengurangan izin belajar dan kerja

Kanada berencana mengurangi jumlah izin belajar internasional yang dikeluarkan menjadi 437 ribu pada 2025, turun dari 509.390 yang disetujui pada 2023.

Dilansir dari Reuters, pembatasan juga akan dikenakan pada kelayakan izin kerja bagi pasangan mahasiswa dan pekerja asing sementara. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk sementara menjadi 5 persen dari total populasi, yang pada April tercatat sebesar 6,8 persen.

Selain itu, pemerintah akan meninjau langkah-langkah untuk memperkuat integritas visa seiring dengan meningkatnya jumlah pencari suaka. Pemerintah akan meninjau proses pengambilan keputusan visa agar petugas memiliki alat yang tepat untuk mendeteksi penipuan dan mengurangi jumlah pengunjung yang tidak asli.

Baca Juga: AS, Kanada, dan Australia Jatuhkan Sanksi kepada Beberapa Pejabat Iran

2. Respons pemerintah dan ekonom

Menteri Imigrasi Marc Miller menyatakan, tidak semua orang yang ingin datang atau tinggal di Kanada akan bisa melakukannya. Ia mengatakan perlunya langkah-langkah ini dalam menghadapi situasi saat ini, yang memang mendapat kritik dari banyak pihak. 

Direktur Eksekutif Migrant Workers Alliance for Change, Syed Hussan, menyatakan bahwa pengurangan jumlah migran tidak akan menghentikan eksploitasi mereka. Menurutnya, memberikan hak yang setara dan status penduduk tetap bagi semua migran adalah solusi yang lebih efektif.

Beberapa ekonom juga menyatakan kekecewaannya terhadap pengumuman ini. Armine Yalnizyan, peneliti di Atkinson Fellow on the Future of Workers, menyayangkan tidak adanya rencana transisi migran dari status sementara menjadi permanen.

Ia mengatakan bahwa pekerjaan ini bukanlah proyek sementara dan mempertanyakan mengapa pemerintah tidak memfasilitasi keberlanjutan bagi para pekerja ini.

3. Dampak pada kebijakan imigrasi Kanada

Kanada telah lama dikenal sebagai negara yang ramah bagi pendatang baru, namun kebijakan baru ini menandai perubahan arah dalam pendekatan pemerintah terhadap imigrasi.

Pada Januari, pemerintah memberlakukan batas 2 tahun pada jumlah mahasiswa internasional, yang jumlahnya diproyeksikan akan berkurang hampir setengah tahun ini. Selain itu, awal bulan ini, pemerintah juga membatasi program pekerja asing sementara.

Dilansir dari NDTV, migran sering kali disalahkan atas masalah sosial, termasuk kurangnya perumahan yang terjangkau dan peningkatan biaya hidup, meskipun inflasi pascapandemik telah melambat mencapai target Bank of Canada sebesar 2 persen pada Agustus.

Namun, para pendukung imigran dan beberapa ekonom berpendapat bahwa kaitan antara migran dan masalah ekonomi merupakan penyederhanaan yang berlebihan. Mereka mengatakan bahwa pendatang baru yang rentan tidak dapat disalahkan atas masalah ekonomi yang kompleks.

Dengan perubahan kebijakan ini, Kanada tampaknya berupaya untuk menarik kembali jumlah penduduk sementara di negara ini, sebuah langkah yang akan berdampak signifikan pada dinamika imigrasi dan masyarakat Kanada ke depannya.

Baca Juga: Partai Liberal Kanada Kalah di Basis Sendiri, PM Trudeau Kian Melemah

Sanggar Sukma Photo Verified Writer Sanggar Sukma

Mahasiswa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya