Bentrokan Berdarah di Bangladesh, Warga Hidup dalam Ketakutan

Kekerasan berawal dari pembunuhan pria Bengali

Intinya Sih...

  • Bentrokan sektarian di Bangladesh selatan menewaskan 4 orang dan melukai puluhan lainnya setelah penganiayaan pria Bengali.
  • Ketegangan memuncak, warga hidup dalam ketakutan, kelompok mahasiswa etnis blokade jalan dan jalur air selama 72 jam di tiga distrik pegunungan.
  • Pasukan keamanan melakukan patroli, banyak keluarga mengungsi, pemerintah membentuk komite tingkat tinggi untuk menyelidiki kekerasan tersebut.

Jakarta, IDN Times - Bentrokan sektarian di wilayah perbukitan selatan Bangladesh telah menewaskan empat orang dan melukai puluhan lainnya. Kejadian yang dipicu oleh penganiayaan seorang pria Bengali ini, menyebabkan banyak keluarga dari kelompok etnis minoritas mengungsi setelah rumah dan bisnis mereka dibakar.

Pada Sabtu (21/9/2024), polisi melaporkan bahwa ketegangan yang semakin memuncak, membuat warga hidup dalam ketakutan. Blokade jalan dan jalur air selama 72 jam yang dipimpin oleh kelompok mahasiswa etnis kini berlangsung di tiga distrik pegunungan Khagrachhari, Rangamati, dan Bandarban.

Para demonstran menuntut agar pelaku kekerasan segera diadili, sementara pasukan keamanan terus melakukan patroli untuk menjaga ketertiban.

Baca Juga: Selidiki Pelanggaran HAM, PBB akan Kirim Tim ke Bangladesh

1. Kekerasan berawal dari pembunuhan pria Bengali

Kekerasan dimulai pada Rabu (18/9/2024), ketika seorang pria Bengali dilaporkan dianiaya hingga tewas oleh massa. Pembunuhan ini memicu aksi balas dendam yang menyasar komunitas minoritas etnis di wilayah Perbukitan Chittagong (CHT) yang berbatasan dengan Myanmar dan India timur laut. Beberapa rumah dan bisnis milik minoritas, khususnya kelompok Buddhis, diserang dan dibakar.

Dilansir Channel News Asia, saksi mata melaporkan bahwa beberapa masjid lokal menggunakan pengeras suara untuk memprovokasi kerumunan Bengali agar menyerang minoritas. Akibatnya, ketegangan semakin meluas, dan kekerasan berlanjut selama beberapa hari, meskipun ada upaya dari pihak keamanan untuk meredam konflik.

2. Banyak warga mengungsi karena ketegangan semakin memuncak

Akibat kekerasan yang semakin meluas, banyak keluarga dari wilayah Khagrachhari dan Rangamati memilih untuk mengungsi, meninggalkan rumah dan bisnis mereka yang terbakar. Meskipun pihak berwenang telah memberlakukan Pasal 144, yang setara dengan jam malam, ketegangan tetap terasa di kalangan warga.

Pasukan keamanan yang terdiri dari polisi, tentara, dan Border Guard Bangladesh terus melakukan patroli intensif di wilayah tersebut, namun warga tetap merasa khawatir akan adanya serangan lanjutan.

"Situasinya masih tegang. Polisi dan pasukan keamanan terus berpatroli bersama, semoga perdamaian segera pulih," kata Ahsan Habib, Deputi Inspektur Jenderal Kepolisian Chittagong Range, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Banjir di Bangladesh Picu Kekhawatiran Penyebaran Penyakit

3. Reaksi pemerintah dan langkah-langkah keamanan

Pemerintah interim yang dipimpin oleh peraih Nobel Perdamaian, Mohammad Yunus, menyampaikan penyesalan mendalam atas kekerasan yang terjadi. Mereka telah memerintahkan semua pasukan keamanan untuk menunjukkan pengendalian maksimum dan memprioritaskan keselamatan semua warga.

Pemerintah juga telah membentuk komite tingkat tinggi untuk menyelidiki kekerasan tersebut. Sementara itu, pihak berwenang berusaha memastikan bahwa semua langkah diambil untuk mencegah insiden serupa terulang di masa depan.

Baca Juga: UEA Ampuni 57 Warga Bangladesh yang Dipenjara karena Unjuk Rasa

Sanggar Sukma Photo Verified Writer Sanggar Sukma

Mahasiswa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya