Singapura Jadi Kota Termahal di Dunia untuk Kelima Kalinya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Singapura, IDN Times - Singapura kembali menjadi kota termahal di dunia untuk ditinggali. Ini adalah kelima kalinya kota di Asia Tenggara itu disebut sebagai yang paling menguras kantong para warganya.
1. Harga banyak barang di Singapura jauh lebih mahal dibanding di kota-kota lain
Menurut survei Economist Intelligence Unit (EIU) pada 2018 ini Singapura mampu mengalahkan kota-kota besar dunia seperti Paris (ranking dua) serta Zurich (ranking tiga). Bahkan, kota dunia seperti New York pun tidak masuk ke urutan 10 besar.
EIU mendapatkan hasil tersebut dengan cara membandingkan harga lebih dari 150 barang di 133 kota di dunia. Produk yang dibandingkan antara lain adalah roti, bahan bakar mesin, serta rokok. EIU menuliskan bahwa fluktuasi nilai mata uang terus menjadi penyebab utama dari perubahan peringkat.
Baca juga: Sambut Imlek, Begini Dekorasi Bus dan Kereta di Singapura
2. Selain Singapura, tiga kota Asia Pasifik lainnya masuk 10 besar
Editor’s picks
Pada 2018 ini kota metropolitan di Australia, Sydney, berhasil masuk ke peringkat 10. Di tahun sebelumnya, Sydney menduduki ranking 14. Ada juga dua kota Asia Pasifik lain yang masuk ke jajaran 10 besar.
Pertama adalah Hong Kong yang berada di posisi empat di mana ini turun dua peringkat dibandingkan pada 2016. Kedua yaitu Seoul yang langsung menempati urutan keenam. Sementara itu, Tel Aviv di Israel adalah satu-satunya kota Timur Tengah yang ada di 10 besar, yaitu di ranking sembilan, atau naik dua peringkat.
3. Kota-kota di Asia Selatan tergolong yang paling murah untuk ditinggali, tapi tak selalu membuat bahagia
New Delhi, Chennai dan Bangalore adalah tiga kota di India yang masing-masing berada di peringkat 124, 126 serta 129. Namun, ini tak berarti membuat warganya bahagia. Pasalnya, instabilitas ekonomi dan politik menjadi faktor utama mengapa harga-harga di sana murah. Peringkat terbawah adalah Damascus di Suriah yang menjustifikasi bahwa meski biaya hidup secara ekonomi murah, tapi risiko hidup juga bisa sangat tinggi.
Baca juga: Menentang Pemerkosaan, Pria di India Demo Gunakan Boxer