Paus Fransiskus Singgung Konflik Yaman dan Kekerasan Berbasis Agama

Ia menyerukan manusia berhenti berkonflik atas nama Tuhan

Abu Dhabi, IDN Times - Paus Fransiskus menyinggung tentang konflik Yaman yang tidak berkesudahan. Ia menyampaikan komentar resminya itu dalam pertemuan antar agama bertajuk Human Fraternity Meeting di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), pada Senin (4/2).

Di hari kedua lawatannya ke negara tersebut, pemimpin gereja Katolik Roma itu menegaskan bahwa, "Perang tidak bisa menciptakan apapun selain kesusahan. Senjata tidak membawa apapun kecuali kematian."

1. Paus Fransiskus menyebut Yaman, Suriah, dan Libya sebagai contoh

Paus Fransiskus Singgung Konflik Yaman dan Kekerasan Berbasis Agamainstagram.com/franciscus

Paus Fransiskus pun melanjutkan, "Aku berpikir secara khusus tentang Yaman, Suriah, Irak dan Libya." Ini merupakan momen yang dianggap banyak pihak sebagai pertunjukkan sikap terus-terang dari Paus Fransiskus.

Sikap tersebut dinilai tidak biasa karena normalnya ia akan bersikap diplomatis atau baru memberikan komentar setelah meninggalkan negara yang menjadi tuan rumah. Ini karena selain Arab Saudi, UEA yang jadi negara tempatnya berbicara, adalah salah satu aktor di balik konflik Yaman.

Baca Juga: PBB: Perang Sipil Siap Runtuhkan Yaman

Baca Juga: Kunjungi Abu Dhabi, Paus Hadiri Pertemuan Persaudaraan Manusia

Baca Juga: Gelar Pertemuan Dalam Kapal di Laut Merah, PBB Dorong Perdamaian Yaman

2. Dalam pidatonya, Paus Fransiskus mengingatkan untuk menolak peperangan

Paus Fransiskus Singgung Konflik Yaman dan Kekerasan Berbasis Agamainstagram.com/franciscus

Pada kesempatan itu juga Paus Fransiskus mengingatkan bahwa konflik, terutama yang berbasis agama, seharusnya disudahi. "Setiap bentuk kekerasan harus dikecam tanpa rasa ragu-ragu. Tak ada kekerasan yang bisa dibenarkan atas nama agama," tegasnya.

"Persaudaraan antar manusia mewajibkan kita, sebagai perwakilan-perwakilan agama di dunia, tugas untuk menolak segala bentuk persetujuan dari kata 'perang'," tambahnya di hadapan para imam, mufti, rabbi, pendeta dan tokoh-tokoh dari berbagai keyakinan.

3. Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Al Azhar menandatangani dokumen perdamaian

Paus Fransiskus Singgung Konflik Yaman dan Kekerasan Berbasis Agamainstagram.com/franciscus

Usai berpidato, Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Al Azhar Sheikh Ahmad al-Tayeb menuju sebuah meja di mana keduanya menandatangani Document on Human Fraternity atau Dokumen tentang Persaudaraan Antar Manusia.

Media Vatikan melaporkan bahwa dokumen itu berisi kesepakatan antara dua agama besar yang kerap berkonflik sepanjang sejarah, Islam dan Katolik, agar menghindari tragedi-tragedi seripa di masa depan.

Salah satu poin pentingnya adalah seruan agar "semua pihak yang berkepentingan agar berhenti memakai agama untuk memercikkan kebencian, kekerasan, ekstremisme dan fanatisme buta, serta menjauhi penggunaan nama Tuhan demi membenarkan aksi pembunuhan, pengasingan, terorisme serta opresi."

4. Ia menyerukan adanya pendidikan tentang agama lain

Paus Fransiskus Singgung Konflik Yaman dan Kekerasan Berbasis AgamaANTARA FOTO/Vatican Media/Handout via REUTERS

Salah satu cara agar tercipta perdamaian, menurut Paus Fransiskus, adalah saling belajar tentang agama satu sama lain. Ini seperti yang tertuang dalam dokumen tersebut di mana "pluralisme dan keberagaman agama" adalah ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, "fakta bahwa orang dipaksa percaya terhadap agama atau budaya tertentu harus ditolak".

Ia juga menegaskan pentingnya berhenti menyerang tempat-tempat ibadah baik itu masjid, gereja maupun sinagog. "Setiap upaya untuk menyerang tempat-tempat ibadah atau mengancam dengan kekerasan, bom maupun perusakan adalah pelanggaran ajaran agama itu sendiri," tambahnya.

5. Jika tak segera berubah, masa depan manusia akan terancam

Paus Fransiskus Singgung Konflik Yaman dan Kekerasan Berbasis AgamaAPCO Worldwide

Ia kemudian mengingatkan bahwa masa depan manusia terancam apabila agama-agama yang ada saling bermusuhan, bahkan sampai membangun tembok-tembok yang tinggi. "Tak ada alternatif lain. Kita pilih membangun masa depan bersama atau takkan ada masa depan sama sekali," ucapnya.

"Aku menantikan masyarakat di mana orang-orang dari keyakinan berbeda punya hak kewarganegaraan yang sama dan di mana hanya ada kasus-kasus kekerasan itulah hak tersebut dicabut."

Baca Juga: Uni Emirat Arab Deklarasikan 2019 Tahun Toleransi, Begini Faktanya

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya