Kuil Yasukuni Perang Jepang Dirusak dengan Grafiti

Aksi vandalisme dan penodaan tempat ibadah

Jakarta, IDN Times - Grafiti ditemukan kembali di Kuil Yasukuni di Tokyo, Jepang. Saat ini, polisi setempat sedang menyelidiki kasus tersebut.

Polisi menerima laporan dari seorang anggota staf kuil pada Senin (19/8/2024) sekitar pukul 03.50 pagi, yang mengatakan ada grafiti di pilar batu dekat gerbang Torii di pintu masuk utama.

Menanggapi aduan tersebut, polisi segera mendatangi tempat kejadian dan menemukan bahwa permukaan pilar batu yang bertuliskan nama kuil beserta alasnya, telah dirusak dengan tinta spidol hitam di masing-masing tiga tempat, NHK News melaporkan.

1. Insiden serupa juga terjadi baru-baru ini

Polisi menuturkan, grafiti di Kuil Yasukuni memuat karakter yang menyerupai kata dalam bahasa Mandarin untuk 'toilet', beserta beberapa huruf alfabet. Mereka pun sedang menyelidiki kasus tersebut atas dugaan pengrusakan properti.

Baru-baru ini insiden serupa terjadi di pilar batu yang sama dirusak dengan cat merah. Aksi yang terjadi pada Mei dilakukan oleh tiga warga negara China. Salah satu di antaranya adalah seorang pria yang tinggal di Jepang dan telah didakwa pada Juli atas kerusakan properti dan penodaan tempat ibadah.

Sementara itu, dua warga China lainnya telah dimasukkan ke dalam daftar orang yang dicari karena dugaan keterlibatan mereka dalam insiden itu. Sebuah video yang diunggah di media sosial China telah menarik perhatian publik karena menunjukkan seorang pria tampak buang air kecil di pilar yang diukir dengan nama kuil tersebut, dilansir Kyodo News.

Baca Juga: Gunting Hilang, Ratusan Penerbangan di Jepang Ditunda

2. Kuil tersebut menghormati 2,4 juta korban Perang Jepang

Kuil Yasukuni Perang Jepang Dirusak dengan GrafitiBendera Jepang. (Unsplash.com/ Roméo A.)

Kuil Yasukuni menghormati lebih dari 2,4 juta korban perang Jepang. Mereka yang dikenang termasuk para pemimpin yang dihukum karena kejahatan perang oleh pengadilan internasional setelah Perang Dunia Kedua (PD II).

Pada 1978, Yasukuni menambahkan 14 penjahat perang Kelas A, termasuk perdana menteri masa perang Hideki Tojo, ke dalam daftar dewa yang diabadikan. Hal tersebut menimbulkan kontroversi di dalam dan di luar negeri. Tojo dieksekusi dengan cara digantung atas kejahatan terhadap perdamaian.

Yasukuni juga mencakup museum yang menggambarkan Jepang sebagian besar sebagai korban agresi Amerika Serikat dalam PD II dan hanya sedikit menyinggung kebrutalan ekstrem pasukan Kekaisaran saat mereka menyerbu Asia, dikutip dari The Straits Times.

3. Korsel dan China menganggap Kuil Yasukuni sebagai simbol militerisme Jepang

Kuil Yasukuni Perang Jepang Dirusak dengan GrafitiIlustrasi bendera China (kiri) dan bendera Korea Selatan (kanan). (pixabay.com/qiipqiipfly)

Para pejabat negara itu secara rutin memberikan penghormatan di Yasukuni, seperti yang dilakukan tiga menteri kabinet dan sejumlah anggota parlemen lainnya pada peringatan 79 tahun penyerahan Jepang dalam PD II pada 15 Agustus. Sementara, Perdana Menteri Fumio Kishida mengirimkan persembahan ritual.

Meski begitu, negara tetangga Jepang menganggapnya sebagai simbol militerisme masa. Kuil tersebut juga menjadi sumber ketegangan diplomatik dengan China dan Korea Selatan (Korsel).

Menanggapi persembahan Kishida dan kunjungan anggota parlemen lain ke kuil itu, Korsel memanggil diplomat senior Jepang untuk menyampaikan protes kepada kementerian luar negerinya dengan menyatakan kekecewaan dan penyesalan yang mendalam.

Di sisi lain, Beijing mendesak Tokyo untuk menghadapi dan merenungkan sejarah agresinya, serta berhati-hati dalam kata-kata dan tindakannya terhadap isu-isu historis. China juga menyerukan kepada Jepang untuk berpegang teguh pada jalur pembangunan damai dan memenangkan kepercayaan negara-negara tetangga Asia dengan tindakan-tindakan praktis.

Baca Juga: Kapal Filipina dan China Tabrakan di Perairan Sengketa LCS

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama
  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya