Korsel Laporkan 11 Kasus Mpox Strain Clade 2

Antisipasi penyebaran mpox, Korsel terapkan pencegahan

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) pada Senin (26/8/2024) mengatakan bahwa 11 kasus virus mpox (sebelumnya disebut cacar monyet/monkeypox) telah dilaporkan sejauh ini. Dari total jumlah tersebut, hanya 1 pasein yang terinfeksi di luar kota, sedangkan 10 sisanya ditularkan di dalam negeri.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengatakan bahwa angka kasus mpox tahun ini relatif lebih kecil dari tahun lalu, ketika ada 151 kasus yang dikonfirmasi. Pihaknya juga telah menerapkan langkah pencegahan untuk mengantisipasi masuknya virus dan variannya, dilansir dari Korea JoongAng Daily.

Mpox dinyatakan sebagai darurat kesehatan global oleh WHO pada 14 Agustus, setelah strain Clade 1b, mulai menyebar dari Republik Demokratik (RD) Kongo ke negara-negara tetangga di Afrika. 

1. Masyarakat diminta menjaga kebersihan

KDCA menuturkan, mayoritas pasien mpox tahun ini semuanya adalah laki-laki berusia antara 20 hingga 40 tahun, yang tinggal di Seoul.

Menurut laporan, semua kasus yang dikonfirmasi di dalam negeri melibatkan strain virus Clade II, yang memiliki tingkat penularan dan kematian yang lebih rendah dibandingkan tipe Clade I yang saat ini dominan di Afrika. Laporan juga mengatakan bahwa virus tersebut menyebar melalui kontak dekat, termasuk aktivitas seksual.

"Tidak seperti penyakit menular pernapasan, mpox cenderung tidak menyebar melalui aktivitas sehari-hari. Masyarakat dan wisatawan luar negeri dapat dengan mudah mencegah infeksi dengan menjaga kebersihan pribadi dan mengambil tindakan pencegahan," kata seorang pejabat KDCA.

Baca Juga: Rudal Korut Diyakini Bisa Jangkau Ujung Selatan Korsel 

2. Korsel tetapkan manajemen karantina untuk mereka yang datang dari 8 negara Afrika

Korsel Laporkan 11 Kasus Mpox Strain Clade 2Ilustrasi virus mpox. (unsplash.com/National Institute of Allergy and Infectious Diseases)

Dilansir Yonhap, otoritas kesehatan telah meningkatkan pemeriksaan di perbatasan untuk mengatasi varian baru yang mematikan dari luar negeri. Awal bulan ini, Korsel menetapkan kembali mpox sebagai penyakit menular yang tunduk pada pemeriksaan perbatasan.

KDCA telah menetapkan 8 negara Afrika sebagai wilayah yang tunduk pada manajemen karantina, yakni Rwanda, Burundi, Uganda, Ethiopia, Republik Afrika Tengah, Kenya, Kongo, dan RD Kongo. Mereka yang datang dari negara-negara tersebut diharuskan melapor kepada petugas, jika mereka menunjukkan gejala yang terkait dengan mpox, seperti demam, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Pihaknya juga mengatakan pengujian laboratorium untuk mpox tersedia di 17 lembaga kesehatan dan lingkungan regional di seluruh negeri. Pihak berwenang juga menyarankan para profesional medis, peneliti di lokasi pengujian, dan mereka yang pernah melakukan kontak dengan pasien mpox untuk mendapatkan vaksinasi guna mencegah infeksi. Reservasi vaksinasi tersedia di situs web nip.kdca.go.kr.

3. Sebanyak 10 Ribu vaksin mpox akan tiba di Afrika

Sekitar 10 ribu vaksin mpox pertama akan tiba dalam waktu dekat di Afrika, yang mana vaksin itu dibuat oleh Bavarian Nordic dan merupakan sumbangan dari Amerika Serikat (AS), bukan disediakan oleh sistem PBB.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan melonggarkan beberapa prosedur yang diperlukan untuk memberikan negara-negara miskin akses dengan mudah ke vaksin dalam jumlah besar, melalui badan-badan internasional pada bulan ini. Hal tersebut merupakan upaya untuk mempercepat akses negara-negara miskin terhadap suntikan mpox.

Membeli vaksin yang mahal secara langsung tidak terjangkau bagi banyak negara berpendapatan rendah. Ada dua vaksin mpox utama, yang dibuat oleh Bavarian Nordic dari Denmark berharga 100 dolar AS (sekitar Rp1,5 juta) per dosis dan KM Biologics dari Jepang.

Penantian panjang untuk persetujuan WHO bagi lembaga internasional guna membeli dan mendistribusikan vaksin telah memaksa pemerintah Afrika, serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika untuk meminta sumbangan vaksin dari negara-negara kaya. Proses yang rumit itu dapat gagal, seperti sebelumnya, jika pendonor merasa mereka harus menyimpan vaksin untuk melindungi rakyat mereka sendiri, Reuters melaporkan.

Baca Juga: Saat Para Dokter Mogok Kerja, Penderita COVID-19 Meningkat di Korsel

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama
  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya