5 Ribu Kontainer Tertahan Imbas Pelabuhan Australia Diretas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Operator pelabuhan terbesar di Negeri Kanguru, DP World Australia, kembali beroperasi pada Senin (13/11/2023) setelah sempat mengalami gangguan selama tiga hari.
Insiden ini disebabkan serangan siber, yang berdampak pada kegiatan operasional perusahaan di terminal peti kemas di Melbourne, Sydney, Brisbane, dan Perth.
"Pelabuhan perusahaan di seluruh Australia kembali beroperasi pada pukul 9 pagi waktu setempat, setelah keberhasilan pengujian sistem utama dalam semalam. Perusahaan akan memindahkan sekitar 5 ribu kontainer dari empat terminal hari ini," kata DP World Australia, dikutip dari BBC.
Meski begitu, pihaknya mengatakan bahwa insiden yang terjadi tidak mempengaruhi pasokan barang ke supermarket besar di negara itu.
Perusahaan ini merupakan unit dari DP World milik negara Dubai. Perusahaan tersebut juga mengelola sekitar 40 persen barang yang masuk dan keluar Australia.
1. DP World lakukan investigasi terkait insiden tersebut
DP World menghentikan konektivitas internet di pelabuhannya pada Jumat, guna mencegah akses tidak sah ke jaringannya. Dengan terputusnya sambungan internet, maka berdampak signifikan terhadap pergerakan barang.
Saat ini, penyelidikan dan respons sedang berlangsung untuk melindungi jaringan perusahaan dari serangan siber, dan dapat mengakibatkan gangguan sementara selama beberapa hari ke depan.
"Dimulainya kembali operasi pelabuhan tidak berarti bahwa insiden ini telah selesai. Ini adalah bagian dari proses penyelidikan dan melanjutkan operasi logistik normal pada skala ini," kata perusahaan tersebut.
Editor’s picks
Baca Juga: Warga Palestina Tuduh Australia Ekspor Senjata ke Israel
2. Australia godok undang-undang baru terkait keamanan siber
Koordinator Keamanan Siber Australia, Darren Goldie, mengatakan bahwa operator tersebut membuat kemajuan bagus dalam menjadikan situsnya kembali online. Namun, pemerintah belum mengidentifikasi pelaku serangan siber yang menyebabkan perusahaan tersebut memutus port-nya dari internet.
Serangan siber ini terjadi ketika Canberra pada Senin merilis beberapa rincian ulasan undang-undang keamanan siber. Ini akan memaksa perusahaan untuk melaporkan semua insiden, permintaan, atau pembayaran ransomware.
"(Peretasan DP World) menunjukkan betapa rentannya kita di negara ini terhadap insiden siber dan alangkah baiknya kita perlu bekerja sama untuk memastikan kita menjaga keamanan warga negara kita," kata Menteri Keamanan, Siber Clare O'Neil, dikutip dari Reuters.
3. Sejak tahun lalu Australia hadapi peningkatan serangan siber
Sejak 2022, Australia mengalami peningkatan serangan siber. Hal ini mendorong pemerintah pada Februari untuk mereformasi undang-undang keamanan sibernya, serta membentuk sebuah badan untuk mengoordinasikan tanggapan terhadap peretasan.
Nantinya dengan peraturan baru, Australia akan membuat perusahaan telekomunikasi berada di bawah 'persyaratan siber yang ketat'. Ini sebagai respons setelah pemadaman listrik pekan lalu di perusahaan telekomunikasi Optus, yang memutus koneksi internet dan telepon ke hampir separuh penduduk di negara itu selama sekitar 12 jam.
Baca Juga: Perempuan Australia Ditangkap, Diduga Racuni Keluarga Pakai Jamur
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.