Somalia Blokir TikTok dan Telegram untuk Perangi Teroris al-Shabaab

Teroris kerap gunakan TikTok dan Telegram untuk propaganda

Jakarta, IDN Times - Menteri Komunikasi Somalia melarang media sosial TikTok dan Telegram sejak Minggu (20/8/2023). Platform tersebut dianggap digunakan oleh teroris untuk melakukan propaganda.

Pemerintah menuduh teroris al-Shabaab menggunakan TikTok dan Telegram untuk menyebarkan misinformasi serta gambar-gambar mengerikan. Sementara ini, perwakilan TikTok menolak berkomentar atas masalah tersebut.

Selain itu, Somalia juga melarang situs taruhan atau judi daring 1XBet yang populer. Perusahaan juga tidak memberikan tanggapan atas kebijakan terbaru Somalia.

1. Telegram membela diri

Somalia Blokir TikTok dan Telegram untuk Perangi Teroris al-Shabaabilustrasi (Unsplash.com/Dima Solomin)

Kelompok al-Shabaab adalah salah satu militan bersenjata di Somalia. Pemerintah sedang berjuang untuk menghancurkan kelompok yang kerap melancarkan serangan mematikan itu.

Mereka juga kerap mengunggah aktivitasnya melalui platform media sosial seperti TikTok dan Telegram yang dinilai pemerintah Somalia sebagai propaganda.

"Pemerintah memerintahkan perusahaan internet untuk menghentikan aplikasi yang disebut di atas, yang digunakan teroris dan kelompok tidak bermoral untuk menyebarkan gambar mengerikan dan informasi yang keliru kepada publik," kata Menteri Komunikasi, Jama Hassan Khalif, dikutip dari TVP World.

Platform Telegram membela diri dengan mengatakan secara konsisten telah menghapus propaganda teroris di Somalia dan di seluruh dunia. Mereka juga mengklaim telah secara aktif melakukan moderasi konten berbahaya di platformnya.

Baca Juga: Teroris Al-Shabaab Lakukan Bom Bunuh Diri di Pangkalan Militer Somalia

2. Dapat membantu operasi pemerintah

Somalia Blokir TikTok dan Telegram untuk Perangi Teroris al-Shabaabilustrasi milisi (Unsplash.com/Randy Fath)

Langkah yang dilakukan Somalia itu dilakukan menjelang fase kedua serangan militer terhadap militan al-Shabaab. Kelompok itu telah melancarkan pemberontakan berdarah selama lebih dari 15 tahun.

Dilansir Africa News, menurut kementerian pelarangan platform akan dapat mempercepat perang melawan teroris yang telah menumpahkan darah rakyat Somaila.

Al-Shabaab merupakan kelompok militan yang berafiliasi dengan al-Qaeda. Sejak Agustus 2022, Somalia bersama milisi lokal dan atas dukungan Uni Afrika gencar memberangus kelompok tersebut. Mereka terkadang juga mendapatkan dukungan serangan udara dari Amerika Serikat.

3. Kekhawatiran para pengguna media sosial

Somalia Blokir TikTok dan Telegram untuk Perangi Teroris al-Shabaabilustrasi (Unsplash.com/Oliver Bergeron)

Pemerintah Somalia memberikan waktu hingga 24 Agustus kepada penyedia layanan internet untuk mematuhi perintah.

Perintah larangan itu menimbulkan reaksi bagi para pengguna platform media sosial. Ini karena beberapa pengguna TikTok mendapatkan penghasilan dari aplikasi sehingga menentang langkah tersebut.

"Larangan TikTok akan membuat lampu di banyak rumah padam," kata Abdulkadir Ali Mohamed, dikutip dari Al Jazeera.

"Di mana kami bisa mendapatkan makanan sehari-hari?" tambahnya yang menyebut dirinya sebagai Presiden TikTok Somalia.

Penjual emas Halimo Hassan juga khawatir dengan perintah larangan itu karena bakal kehilangan pelanggan. Dia meminta pemerintah mengizinkan TikTok untuk publik dan melakukan kontrol pengguna dalam konteks budaya Somalia.

Baca Juga: Serangan Al-Shabab Bunuh 54 Tentara Uganda di Somalia

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya