Pasukan PBB di Mali Mundur di Bawah Ancaman dan Tembakan

PBB tegaskan akan penuhi janji jadwal penarikan

Jakarta, IDN Times - Pasukan penjaga perdamaian PBB di Mali (MINUSMA) secara terburu-buru meninggalkan negara itu. Proses penarikan karena ketegangan dan bahaya sebab tidak ada jaminan keamanan serta kurangnya izin penerbangan.

Junta militer Mali pada Juni telah memerintahkan MINUSMA untuk keluar dari negaranya tanpa penundaan. Mereka menilai pasukan PBB tersebut telah gagal dalam misi mengamankan warga sipil dari ancaman.

MINUSMA dibentuk pada 2013 untuk mengamankan Mali yang bergejolak karena pemberontakan dan gempuran kelompok bersenjata al-Qaeda. Misi tersebut memiliki lebih dari 17 ribu personel. MINUSMA juga misi paling mematikan karena sejauh ini PBB telah kehilangan lebih dari 300 personelnya.

1. Penarikan tergesa-gesa dan penghancuran peralatan

Pasukan PBB di Mali Mundur di Bawah Ancaman dan Tembakanilustrasi (Twitter.com/MINUSMA)

PBB telah sepakat untuk menarik seluruh personel MINUSMA pada akhir tahun ini. Namun, beberapa kelompok pasukan telah meninggalkan markas mereka satu demi satu. Penarikan pertama pasukan dimulai pada Juli.

Dilansir Barron's, pada Jumat (27/10/2023), MINUSMA mengatakan bahwa pekan ini sekitar 5.817 staf dan personel telah meninggalkan negara itu. Jumlah tersebut merupakan gelombang baru penarikan yang dilakukan secara tergesa-gesa.

Peralatan yang tertinggal terpaksa dihancurkan karena tidak bisa dibawa dalam penarikan tersebut. Ini seperti penonaktifan kendaraan, penghancuran amunisi, dan generator.

MINUSMA mengatakan, kerugian seperti itu bisa dihindari jika 200 truk tidak diblokir di Gao karena pembatasan pergerakan yang dilakukan oleh pihak berwenang junta militer.

Baca Juga: Pasukan Perdamaian PBB di Mali Mundur saat Pertempuran Memanas

2. Nyawa terancam serangan

Di Mali saat ini, tentara junta militer bersaing dengan kebangkitan pemberontak Tuareg serta kelompok bersenjata yang terafiliasi dengan al-Qaeda/ISIS (GSIM). Ketiga kelompok tersebut bersaing satu sama lain. 

Dilansir Africa News, penarikan MINUSMA telah menyebabkan kekosongan kekuatan yang memicu meningkatnya persaingan antara tiga kelompok bersenjata. Militer Mali berusaha mengambil kembali kendali atas kamp PBB, tetapi Tuareg menentang dan melancarkan permusuhan terhadap junta.

Sejak Agustus, sudah ada lima kamp yang ditinggalkan personel MINUSMA. Pada Minggu, mereka melakukan penarikan yang dipercepat di Tessalit, saat situasi semakin tegang dan memburuk. Salah satu pesawat kargo MINUSMA juga menjadi sasaran penembakan.

Kontingen dari Chad telah menarik diri dengan pesawat. Tapi karena keterbatasan izin penerbangan, sisanya mengambil jalur darat menuju wilayah bernama Gao. Dalam perjalanan, kelompok bersenjata al-Qaeda/ISIS melancarkan serangan yang mengakibatkan beberapa pasukan terluka.

3. PBB tegaskan akan penuhi janji jadwal penarikan

PBB telah menegaskan pihaknya akan mematuhi rencana penarikan dan meninggalkan Mali pada 31 Desember sesuai yang telah disepakati. Namun, PBB juga menggarisbawahi tanggung jawab junta militer atas keselatmatan dan keamanan pasukan MINUSMA.

Dilansir UN News, saat ini rencana terdekat adalah pasukan perdamaian angkat kaki dari wilayah Kidal. Namun ada beberapa kendala seperti logistik dan keamanan.

Kidal merupakan wilayah kubu pemberontak Tuareg. Penarikan pasukan di daerah itu direncanakan pada paruh kedua bulan November. Namun, jadwal tersebut kemungkinan akan dipercepat, bahkan bisa dilakukan dalam hitungan beberapa hari ke cepan.

Pejabat misi mengatakan, personel yang tidak penting sudah mulai ditarik. Seorang perwira pasukan Chad menegaskan, mereka tidak akan tinggal diam saat pasukannya berada dalam bahaya.

Baca Juga: Pertempuran Sengit, 81 Tentara Mali Tewas Dibunuh Pemberontak Tuareg

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya