Militer Sudan Bersumpah Akan Terus Perangi RSF Walau Butuh 100 Tahun

Tolak terima proposal damai di Swiss

Jakarta, IDN Times - Militer Sudan (SAF) yang dipimpin Abdel Fattah al-Burhan mengatakan negaranya tidak akan bergabung dalam perundingan damai di Swiss. Pada Sabtu (24/8/2024), dia berjanji akan terus berjuang melawan RSF.

Burhan mengatakan, pembicaraan damai bertujuan menutupi RSF dan negara-negara yang mendukung kelompok paramiliter tersebut.

Sudan jatuh ke dalam perang saudara sejak April 2023. SAF melawan kelompok paramiliter RSF yang dipimpin Mohamed Hamdan Dagalo. Perang telah menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan dan pengungsian terburuk di dunia.

1. SAF tidak menghadiri perundingan di Swiss

Militer Sudan Bersumpah Akan Terus Perangi RSF Walau Butuh 100 Tahunilustrasi (Unsplash.com/Roberto Catarinicchia)

Burhan memimpin Dewan Kedaulatan Transisi yang saat ini menguasai Sudan. Dia dan pasukannya kini berbasis di kota Port Sudan karena ibu kota Khartoum telah menjadi arena pertempuran sengit antara pihak bertikai.

Perundingan damai antara SAF dan RSF digelar di Jenewa, Swiss pada 14 Agutus. Amerika Serikat (AS) memimpin perundingan tersebut.

Dilansir Al Jazeera, mediator seperti Arab Saudi, Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) juga hadir. Tujuan perundingan adalah meringankan penderitaan warga dan mencapai kesepakatan gencatan senjata yang abadi.

SAF tidak puas dengan format perundingan itu dan tidak hadir. Namun mereka melakukan kontak telepon dengan para mediator.

"Kami tidak akan meletakkan senjata ketika pemberontakan terus berlanjut. Kami tidak akan hidup berdampingan dengan pemberontak dan kami tidak akan memaafkan mereka," kata Burhan.

Baca Juga: Sudan Umumkan Wabah Kolera akibat Hujan Deras

2. Akan berperang selama 100 tahun

Burhan yang kecewa dengan format perundingan perdamaian di Swiss berjanji akan terus berjuang melawan RSF.

"Kami tidak akan pergi ke Jenewa, kami akan berperang selama 100 tahun," katanya, dikutip VOA News.

Pembicaraan perundingan damai berakhir pada Jumat tanpa kesepakatan gencatan senjata. Namun, pembicaraan itu disebut mendapat kemajuan dalam mengamankan akses bantuan di dua rute menuju Sudan.

Perang di Sudan telah menciptakan banyak penderitaan bagi masyarakatnya. Jutaan orang mengungsi dan ratusan ribu orang dilaporkan telah tewas. Selain itu, lebih dari 25 juta orang di Sudan juga menghadapi kelaparan akut.

3. Akses pengiriman bantuan kemanusiaan

Militer Sudan Bersumpah Akan Terus Perangi RSF Walau Butuh 100 TahunTenda para pengungsi korban perang di Sudan (Twitter.com/UNHCR Sudan)

Mediator untuk mendamaikan Sudan menyebut diri mereka sebagai Aligned for Advancing Lifesaving and Peace in Sudan (ALPS). Dalam pertemuan yang berlangsung selama 10 hari, mereka mendapat janji membiarkan bantuan datang lewat perbatasan Adre yang melintas dari Chad ke wilayah Darfur dan di sepanjang Jalan Dabbah dari Port Sudan di Laut Merah.

Dilansir Middle East Monitor, mereka juga melaporkan kemajuan dalam pembukaan rute lain melalui Sennar Junction.

"Kami berharap ini akan menjadi sumber momentum untuk langkah dan kemajuan yang lebih besar. Hal yang menyedihkan adalah, krisis di Sudan begitu parah sehingga kita bisa melakukan empat dari (perundingan) ini dan masih belum mendapatkan apa yang layak diterima oleh rakyat Sudan," kata Tom Perriello, utusan AS untuk Sudan..

SAF yang tidak hadir dalam perundingan mengaku kecewa dengan keterlibatan UEA. Mereka menuduh UEA telah memberi dukungan material kepada RSF. Di sisi lain, UEA membantah telah mengirim senjata ke RSF.

Baca Juga: 68 Orang Tewas akibat Hujan dan Banjir di Sudan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya