Krisis Anggaran, Jerman Setop Bantuan Militer ke Ukraina

Oposisi sebut Kanselir Scholz munafik

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Jerman akan berhenti memberi dukungan dana tambahan militer bagi Ukraina. Hal itu diketahui dalam laporan pada Minggu (18/8/2024), berdasarkan surat Menteri Keuangan Christian Lindner pada 5 Agustus lalu.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan kepada Kementerian Pertahanan bahwa bulan ini tidak akan ada dana yang tersedia untuk bantuan militer Kiev. Berlin mengklaim hal itu karena krisis anggaran dalam negeri.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Boris Pistorius telah menulis daftar keinginan sebesar 4 miliar euro (Rp69 triliun) untuk pasokan tambahan militer Ukraina. Tapi, surat itu dijawab Kementerian Keuangan bahwa tidak ada dana tambahan.

1. Bantuan ke Ukraina akan berasal dari bunga aset Rusia yang dibekukan

Krisis Anggaran, Jerman Setop Bantuan Militer ke UkrainaKanselir Jerman Olaf Scholz (Twitter.com/ Bundeskanzler Olaf Scholz)

Pada Juli lalu, produsen senjata Jerman Diehl Defence menawarkan memasok sistem pertahanan udara IRIS-T sebagai perlindungan usai serangan udara Rusia terhadap rumah sakit anak-anak di Kiev. Namun, Scholz menolak untuk membayar sistem rudal tersebut.

Dilansir DPA, pembekuan dana tambahan untuk Ukraina praktis tidak akan dapat memberikan pesanan pertahanan yang baru.

Lidner, dalam suratnya, mengatakan bahwa dukungan masa depan untuk Kiev kemungkinan berasal dari bunga atas aset-aset Rusia yang dibekukan. Hal ini sebagaimana telah diputuskan oleh G7.

Meski begitu, Kementerian Keuangan menyatakan tetap terbuka untuk berdiskusi.

"Pada dasarnya, semua keputusan untuk mendukung Ukraina dibuat dengan koordinasi yang erat dengan Kanselir," kata juru bicara Kementerian Keuangan.

Baca Juga: Rusia: Barat dan NATO Terlibat dalam Operasi Militer Ukraina di Kursk 

2. Kanselir Scholz dituduh munafik

Pembekuan bantuan tambahan untuk Ukraina tidak akan mempengaruhi janji bantuan sebelumnya. Namun, komitmen bantuan saat ini juga disebut akan turun drastis tahun depan.

Dilansir The Telegraph, kabar tersebut meningkatkan kekhawatiran terkait situasi kritis di garis depan Ukraina. Tentara Kiev telah mengeluhkan meningkatnya kekurangan amunisi dan suku cadang tank serta kendaraan lapis baja yang dipasok produsen senjata Jerman.

Seperti misalnya senjata Panzerhaubitze 2000, Ukraina dilaporkan hanya menembakkan tiga hingga empat peluru sehari.

Oposisi menuduh Kanselir berupaya memenangkan suara dalam tiga pemilu di negara bagian timur pada musim gugur. Sebab, warga Jerman timur menentang dukungan terhadap upaya perang Ukraina.

Ingo Gadechens dari partai Kristen Demokrat (CDU) mengatakan, Scholz terlibat dalam tontotan kemunafikan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan menjanjikan dukungan tanpa syarat kepada Ukraina, sambil berpura-pura menjadi juru damai di dalam negeri.

3. Perselisihan internal pemerintah Jerman

Krisis Anggaran, Jerman Setop Bantuan Militer ke UkrainaRobert Habeck, Menteri Keuangan Jerman (Instagram.com/robert.habeck)

Di dalam internal pemerintahan Jerman, pembekuan tersebut telah menyebabkan perselisihan. Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri menentang pembekuan tersebut.

Dilansir Politico, Jerman adalah salah satu pemasok utama bantuan militer ke Ukraina, menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat (AS). Koalisi pemerintah dari Partai Sosial Demokrat, Partai Hijau dan Partai Liberal yang retak kali ini memperdalam perpecahan.

Pemimpin Partai Hijau dan Menteri Perekonomian Robert Habeck bakal mencalonkan diri sebagai Kanselir pada pemilihan federal 2025. Ini menimbulkan keraguan terhadap keberlangsungan aliansi pemerintahan sekarang.

"Sangat jelas bahwa koalisi ini mempunyai masalah besar dalam menemukan titik temu. Ide-idenya berantakan," kata Habeck.

Baca Juga: Ukraina Diizinkan Pakai Senjata Finlandia untuk Serang Rusia

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya