Joe Biden Ingin Perluas Akses Israel ke Gudang Senjata Amerika Serikat

Israel bisa akses senjata canggih dengan harga murah

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) berupaya mecabut hampir semua batasan akses Israel terhadap senjatanya. Eksekutif telah meminta Senat untuk membatalkan pembatasan tersebut.

Jika permintaan dikabulkan, maka Tel Aviv akan mendapat kemudahan mengakses senjata AS berteknologi tinggi dengan biaya rendah dan pengawasan Kongres yang semakin minim. 

Upaya itu diketahui ketika Gedung Putih mengajukan permintaan anggaran tambahan kepada Senat. The Intercept adalah media yang pertama mengungkapnya.

1. Upaya mencabut batasan akses Israel ke senjata AS

AS memiliki gudang senjata di Israel yang bernama War Reserve Stockpile Allies-Israel (WRSA-I). Dibangun pada 1980-an, gudang berfungsi sebagai persediaan senjata jika terjadi konflik regional.

Gudang ini menyimpan bom pintar, rudal, kendaraan militer, serta amunisi dan peralatan militer lainnya.

Dilansir BNN Network, permintaan Gedung Putih adalah mengusulkan kebijakan memperluas akses Israel terhadap senjata-senjata tersebut. Dengan begitu, Tel Aviv bisa menarik sejumlah senjata dan membelinya dengan harga murah.

Sebagai catatan, Israel sebelumnya hanya dapat mengakses senjata tertentu yang dianggap usang atau surplus. Itu pun hanya dilakukan dalam keadaan darurat. 

Baca Juga: Gegara Cuitan soal Sandera, Israel Marah Irlandia Dukung Hamas

2. Saluran bebas hambatan

Mantan Direktur Biro Urusan Politik-Militer Departemen Luar Negeri AS, Josh Paul, mengatakan permintaan Gedung Putih akan menciptakan saluran yang dapat mengalirkan senjata dengan lancar.

Dilansir Al Jazeera, AS bisa menempatkan senjata baru di WRSA-I sehingga Israel dapat mengaksesnya.

Sejak Israel menyerang Gaza pada 7 Oktober, AS telah meningkatkan jumlah bantuan militer ke Israel. Dewan menyetujui paket bantuan militer darurat senilai 14,3 miliar dolar atau Rp222,3 triliun.

Saat ini, terlihat tanda bahwa masyarakat AS ingin pemeritah mengurangi dukungannya kepada Israel. Dalam jajak pendapat, hanya 33 persen responden AS yang percaya Washington DC harus mendukung Israel.

3. Israel banyak akses teknologi mutakhir perusahaan AS

Joe Biden Ingin Perluas Akses Israel ke Gudang Senjata Amerika SerikatIlustrasi drone (Unsplash.com/asoggetti)

Ketika perang pecah antara Hamas dengan Israel pada 7 Oktober, Tel Aviv dengan cepat menghubungi perusahaan teknologi AS di Sillicon Valley. Ini khususnya perusahaan pengembang pesawat nirawak dengan teknologi mutakhir.

Menurut Politico, transaksi terjadi dalam negosiasi tradisional, bukan antarnegara seperti yang biasa dilakukan dalam kesepakatan pasokan militer.

Salah satu perusahaan pembuat pesawat nirawak yang dihubungi Israel adalah Skydio. Perusahaan tersebut memiliki produk drone kecil dan menghasilkan pemindaian 3D pada struktur kompleks bangunan yang dipantau. Lebih dari 100 drone telah dikirim ke militer Israel.

Tel Aviv juga menggunakan drone self-pilot dari perusahaan Shield AI untuk pertempuran jarak dekat.

Jon Gruen, CEO Fortem Technologies, yang memasok radar dan pesawat anti-drone otonom kepada pasukan Ukraina, mengaku telah melakukan pembicaraan awal dengan Israel soal apakah sistem AI perusahaan tersebut dapat bekerja di Gaza yang padat.

Sistem AI atau perangkat lunak otonom tidak seperti perangkat militer tradisional. Pembeli dapat mengkonfigurasi ulang untuk kebutuhan mereka sendiri. Banyak drone berkemampuan AI buatan AS yang dikirim ke Israel tidak dipersenjatai. Tapi, peralatan tersebut dirancang memberi ruang bagi pelanggan militer untuk menjalankan perangkat lunak khusus mereka sendiri.

Baca Juga: RS Indonesia di Gaza Rusak Parah Digempur Israel

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya