Hari Keempat Perang Rusia vs Ukraina: Putin Siagakan Pasukan Nuklir

Pasukan nuklir Rusia dalam mode tempur 

Jakarta, IDN Times - Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Minggu (27/2/22) memerintahkan militer untuk menempatkan pasukan pencegah nuklirnya dalam kondisi 'siaga khusus'. Pernyataan itu disampaikan sebagai tanggapan Putin atas pernyataan 'agresif' Barat. 

Perintah Putin bukan berarti Rusia akan menggunakan senjata pemusnah massal tersebut.

Serangan Rusia ke Ukraina telah memasuki hari keempat. Sekitar 50 persen pasukan Moskow yang mengepung Ukraina telah dikirimkan, tapi mendapatkan perlawanan yang sengit. Menurut para analis, Rusia menginginkan perlawanan yang mudah dari Ukraina, tapi fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya.

 

Vladimir Putin Perintahkan Pasukan Nuklir untuk Siaga

1. Pasukan nuklir dalam mode tempur

Hari Keempat Perang Rusia vs Ukraina: Putin Siagakan Pasukan NuklirPresiden Rusia, Vladimir Putin. (Twitter.com/President of Russia)

Sejak Januari 2022, diplomasi untuk mencegah agar tidak terjadi perang di Ukraina telah dilakukan. Tapi, diplomasi itu gagal dan secara mengejutkan, Rusia justru melancarkan serangan ke Ukraina.

Kini, tentara Rusia yang sudah berada di Ukraina mencoba menaklukkan beberapa kota, termasuk Kiev. Tapi perlawanan sengit ditunjukkan oleh pasukan Ukraina. Pertempuran telah memasuki hari keempat, korban tewas di pihak Ukraina mencapai 200 orang.

Barat telah menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi kepada Rusia untuk menghentikan Putin menggerakkan mesin militernya. Tapi, pada Minggu eskalasi justru meningkat, ketika Putin memerintahkan pasukan pencegah nuklirnya untuk waspada.

"Tidak hanya negara-negara Barat mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita dalam dimensi ekonomi, maksud saya sanksi ilegal yang diketahui semua orang dengan sangat baik, tetapi juga para pejabat tinggi negara-negara NATO membiarkan diri mereka membuat pernyataan agresif berkaitan dengan negara kita," ujar Putin, dikutip dari BBC.

Pekan lalu, Putin telah memberi peringatakan, siapa pun yang mencoba menghalangi Rusia di Ukraina, akan melihat konsekuensi yang belum pernah terjadi dalam sejarah. 

Perintah Putin untuk pasukan nuklirnya dalam mode tempur telah mengungkap ketakutan yang telah lama dikubur sejak era Perang Dingin. Langkah Putin semakin meningkatkan ketegangan dengan Eropa dan AS. PBB menyebut gagasan penggunaan senjata nuklir sebagai hal yang tak terbayangkan. 

Baca Juga: Daftar Negara yang Tutup Akses bagi Pesawat Rusia, Terus Bertambah!

2. Doktrin penggunaan senjata nuklir Rusia

Baik Rusia dan NATO sama-sama memiliki persenjataan nuklir yang terdiri dari ribuan hulu ledak. Sebagian dari senjata itu berada dalam mode siap sedia, yang menurut pakar proliferasi nuklir di Pusat Kebijakan Keamanan Jenewa Marc Finaud, dapat diluncurkan dalam waktu 10 menit.

Meski begitu, Finaud tidak mengetahui bagaimana kondisi senjata nuklir itu, apakah hulu ledaknya sudah terpasang di rudal, atau bomnya suda ada di atas pesawat pengebom atau kapal selam, dilansir Al Jazeera. 

Dalam analisa para pengamat, langkah Putin semakin membingungkan karena Rusia memiliki doktrin pencegahan nuklir yang sudah mapan sejak lama. Pada 2020, Putin juga menyetujui prinsip-prinsip dasar doktrin itu.

Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika rudal balistik ditembakkan ke wilayah Rusia atau sekutu, ketika musuh menggunakan senjata nuklir, ketika serangan terhadap situs senjata nuklir Rusia atau serangan yang mengancam keberadaan negara Rusia.

Berdasar kriteria tersebut, tidak ada satu pun yang terpenuhi dalam konflik Rusia-Ukraina.

Menurut Finaud, ancaman verbal Presiden Rusia yang terbaru itu menunjukkan ambiguitas, bahkan mungkin kemunafikan.

3. Tiga skenario terburuk penggunaan nuklir oleh Rusia

Francesca Giovannini, ilmuwan yang menulis untuk Bulletin of the Atomic Scientists membagikan sejumlah analisis. Menurutnya, Putin tidak akan melanggar tabu nuklir yang membuat Rusia menggunakan senjata pemusnah massal itu.

Ini didasarkan pada tiga asumsi, yaitu Rusia tidak ingin menghancurkan Ukraina karena niatnya ingin menduduki negara tersebut, Putin bukanlah orang yang cukup nekat dan 'gila' untuk mendobrak tabu nuklir, dan ada banyak pilihan bagi Rusia untuk menaklukkan Ukraina selain nuklir.

Dari tiga asumsi tersebut masing-masing bisa dipertanyakan. Pertama, kondisi saat ini di hari keempat serangan untuk menghindari penghancuran Ukraina berbeda dari kenyataan. Pasukan pertahanan Ukraina yang bersatu dengan sipil telah menciptakan benteng yang jelas merepotkan tentara Rusia. Moskow tidak ingin mengalami kerugian lebih lanjut dan ingin meraih kemenangan secara cepat.

Kedua, Putin sebenarnya telah lebih dari satu kali mendobrak tabu kedaulatan nasional. Jadi ada kemungkinan Putin akan serius menggunakan nuklir. Dalam krisis Ukraina, Putin telah berulangkali menyinggung nuklir dalam narasi yang ia keluarkan, termasuk menuduh 'Ukraina berada di jalur memperoleh senjata nuklir', sebuah klaim yang tak memiliki dasar.

Ketiga, Rusia punya banyak pilihan untuk menaklukkan Ukraina, negara yang secara militer jelas jauh lebih lemah. Rusia belum mengerahkan kemampuan serangan siber secara penuh, belum semua tank dikirim, senjata drone dan lainnya juga belum terlihat melakukan serangan masif di Ukraina.

Moskow masih memiliki kekuatan penghancur selain nuklir kalau hanya untuk menghancurkan kota-kota Ukraina. Selain itu, pilihan diplomasi dan negosiasi juga masih terlihat.

Tapi David Khalfa dari Jean Jaures Foundation yang berbasis di Paris mengatakan, perintah siaga pasukan nuklir Rusia itu karena Rusia frustrasi menghadapi perlawanan Ukraina.

Baca Juga: Rudal Rusia Hantam Pipa Gas dan Kilang Minyak Ukraina

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya