China: Junta Myanmar Sepakat Gencatan Senjata dengan Gerilyawan

TNLA tuduh junta langgar kesepakatan

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri China mengatakan junta Myanmar sepakat melakukan gencatan senjata dengan aliansi kelompok gerilyawan etnis di timur laut negara itu. Pada Jumat (12/1/2024), pemerintah Myanmar membenarkan kabar itu.

China menjadi mediator dan penengah bagi pihak-pihak yang berkonflik. Pertemuan terjadi di Kunming, China.

Namun tak lama setelah itu, Tentara Pembebasan Nasional Ta'an (TNLA) mengatakan junta telah melanggar kesepakatan. Ini karena junta terus melancarkan serangan udara dan darat di Negara Bagian Shan.

Baca Juga: Junta Myanmar Kalah di Wilayah Perbatasan, Markasnya Diserahkan

1. Kabar gencatan senjata dibenarkan oleh junta Myanmar

"China berharap pihak-pihak terkait di Myanmar dapat menerapkan perjanjian tersebut dengan sungguh-sungguh, menahan diri secara maksimal terhadap satu sama lain, dan menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi," kata Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China dikutip dari Associated Press.

Zaw Min Tun, juru bicara dewan militer yang berkuasa di Myanmar, juga membenarkan hal tersebut.

"Kami akan melanjutkan diskusi. Kami akan terus berupaya memperkuat gencatan senjata," katanya.

Mao mengatakan, Aliansi Tiga Persaudaraan yang terdiri dari Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), TNLA, dan Tentara Arakan (AA) setuju melakukan penarikan personel. Mereka juga janji tidak akan mengganggu keselamatan warga China yang tinggal di perbatasan.

2. Mengapa China jadi penengah?

Dalam beberapa bulan terakhir, hubungan China dengan junta mengalami ketegangan. Ini karena junta dianggap gagal melakukan penindakan penipuan daring yang menargetkan warga China.

Dilansir The Guardian, November tahun lalu, banyak warga meninggalkan kota Laukkai yang berbatasan dengan China. Wilayah ini dikendalikan milisi yang bersekutu dengan junta dan terkenal sebagai tempat perjudian, prostitusi dan penipuan daring.

Pekan lalu, peluru artileri meledak dan menewaskan warga China di perbatasan Myanmar dan China. Ini membuat Beijing menyuarakan ketidakpuasan bahwa pertempuran menyebabkan korban di pihaknya.

Kedutaan Besar China bahkan meminta warganya di perbatasan untuk dievakuasi karena risiko keamanan.

Sejumlah masalah tersebut yang menjadi beberapa alasan mengapa China menjadi penengah dalam konflik, sebab konflik itu telah merugikan negaranya.

Baca Juga: Menlu Retno ke Filipina Bahas Isu Laut China Selatan hingga Rohingya 

3. Junta langgar kesepakatan gencatan senjata

China: Junta Myanmar Sepakat Gencatan Senjata dengan Gerilyawanilustrasi pengungsi Myanmar (Twitter.com/UNICEF Myanmar)

Rincian tentang perjanjian gencatan senjata tidak begitu jelas. Mulai Kamis pukul sembilan malam waktu setempat, kedua pihak berkomitmen untuk menghindari konfrontasi.

Namun TNLA mengatakan junta Myanmar melanggar gencatan senjata. Dilansir Irrawaddy, mereka mengatakan bahwa junta terus melancarkan serangan udara dan darat di Negara Bagian Shan.

19 serangan artileri juga dilaporkan terjadi di kotapraja dan kota tetangga Mogoke di Mandalay. Junta juga menembaki desa Par Poat dan Nyaung Kone.

Bentrokan bahkan terjadi di Kotapraja Kyaukme ketika pasukan junta menyerang pangkalan TNLA, dan kelompok bersenjata tersebut mundur setelah dua jam pertempuran.

Baca Juga: Isu Myanmar dan Rohingya Jadi Perhatian Diplomasi RI

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya