Bangladesh Dilanda Wabah Demam Berdarah Terburuk, 1.006 Orang Tewas

Perubahan iklim turut mempercepat sebaran virus

Jakarta, IDN Times - Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan Bangladesh, menyebutkan 1.006 orang tewas karena penyakit demam berdarah tahun ini. Lebih dari 200 ribu kasus telah dikonfirmasi dan diumumkan pada Minggu (1/10/2023).

Wabah demam berdarah di Bangladesh tahun ini menjadi yang terburuk yang pernah tercatat. Sejak 2000, jumlah kematian tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Penyakit demam berdarah yang ditularkan nyamuk, merupakan penyakit endemik di wilayah tropis. Demam tinggi, muntah, nyeri otot dan kasus paling serius adalah pendarahan yang berujung pada kematian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, perubahan iklim turut membuat virus tersebut lebih cepat menyebar.

Baca Juga: Di Sela KTT ASEAN, Jokowi Bertemu Presiden Bangladesh dan PM Kanada

1. Dalam dua bulan terakhir, 20 orang meninggal setiap hari

Bangladesh Dilanda Wabah Demam Berdarah Terburuk, 1.006 Orang Tewasilustrasi pasien rumah sakit (Unsplash.com/Olga Kononenko)

Rumah sakit di Bangladesh disebut telah kewalahan dalam menerima pasien penderita penyakit demam berdarah. Para pejabatnya juga telah berjuang untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.

Namun musim hujan yang lebih basah, membuat nyamuk pembawa virus berkembang biak dengan cepat di air yang kotor dan tergenang.

Dilansir BBC, dulu penyakit ini merupakan penyakit musiman di Bangladesh. Kini karena perubahan iklim, musim hujan lebih sering dan udara lebih panas yang membuat demam berdarah lebih sering menjadi wabah.

Dalam dua bulan terakhir, sampai 20 orang meninggal setiap harinya karena demam berdarah. Jumlah kematian meningkat dan virus yang dibawa nyamuk disebut lebih kuat dari sebelumnya.

Baca Juga: Terparah, Wabah Demam Berdarah di Bangladesh Tewaskan 778 Orang

2. Infeksi berulang demam berdarah meningkatkan risiko kematian lebih tinggi

Virus demam berdarah telah dilaporkan menginfeksi di seluruh 64 distrik di Bangladesh. Ratusan pasien memenuhi rumah sakit di ibu kota Dhaka. Banyak dari pusat layanan medis kekurangan cairan infus yang sangat penting bagi penderita.

Dilansir France24, dari mereka yang meninggal karena demam berdarah, di antaranya adalah anak-anak yang berusia 15 tahun ke bawah, termasuk bayi. Jumlahnya mencapai 112 korban.

Mereka yang terkena infeksi berulang, memiliki tingkat risiko kematian lebih tinggi. Mohammad Rafiqul Islam, dokter di Shaheed Suhrawardy Medical College di Dhaka, menjelaskan sebagian pasien di rumah sakitnya merupakan infeksi kedua atau ketiga.

"Ketika orang terkena demam berdarah untuk kedua, ketiga, atau keempat kalinya, tingkat keparahannya meningkat. Jumlah kematiannya juga lebih tinggi," katanya.

3. Perubahan iklim mempercepat perkembangbiakan nyamuk

Bangladesh Dilanda Wabah Demam Berdarah Terburuk, 1.006 Orang Tewasilustrasi nyamuk (Unsplash.com/Syed Ali)

Lebih dari 200 ribu kasus infeksi demam berdarah telah dikonfirmasi di Bangladesh pada tahun ini. Mantan direktur badan kesehatan Bangladesh Be-Nazir Ahmed, mengatakan bahwa ini adalah peristiwa kesehatan yang sangat besar, baik di Bangladesh maupun di dunia.

Sebagian besar kasus infeksi, biasanya terjadi pada Juli hingga September ketika curah hujan tahunan terjadi. WHO memperingatkan, perubahan iklim termasuk jadi penyebab penyebaran demam berdarah yang lebih cepat dan lebih luas.

Dilansir Deutsche Welle, para ilmuwan menjelaskan curah hujan yang tidak teratur dan suhu yang lebih panas menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak.

September lalu, Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah mengatakan, wabah demam berdarah di Bangladesh telah memberi tekanan besar pada sistem kesehatan nasional.

Baca Juga: Menlu Indonesia dan Bangladesh Bahas Kerja Sama Energi dan Perdagangan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya