Jalur Rafah Ditutup, Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza Tertahan

Israel tidak mau bekerja sama untuk menyalurkan bantuan

Jakarta, IDN Times- Mesir mengatakan bahwa penyeberangan Rafah, yang menjadi jalur keluar satu-satunya yang tersisa di Gaza, nyaris tidak bisa digunakan karena serangan udara Israel yang dilakukan tanpa henti. 

Akibatnya, ratusan ton bantuan kemanusiaan yang seharusnya disalurkan ke Gaza tertahan di Mesir. Israel disebut tidak bisa diajak bekerja sama untuk pendistribusian bantuan kemanusiaan ini. 

“Ada kebutuhan mendesak untuk meringankan penderitaan warga sipil Palestina di Gaza,” kata Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry, pada Senin (16/10/2023). 

“Sampai saat ini pemerintah Israel belum mengambil sikap untuk membuka penyeberangan Rafah dari sisi Gaza, untuk memungkinkan masuknya bantuan dan keluarnya warga negara ketiga,” tambahnya.

1. Kebutuhan dasar di Gaza hampir habis

Israel telah memutus akses makanan, air, bahan bakar dan listrik untuk 2,3 juta penduduk di wilayah Gaza.

Palestina mengatakan, serangan udara Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 2.800 orang.

Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengungkapkan bahwa saat ini tidak ada bantuan kemanusiaan di Gaza sebagai imbalan dari pengusiran orang asing.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin sore melaporkan air, listrik, dan bahan bakar hanya tersisa untuk 24 jam di Jalur Gaza.

“Saya sangat menentang pembukaan blokade dan masuknya barang ke Gaza atas dasar kemanusiaan. Komitmen kami adalah kepada keluarga para sandera yang terbunuh dan diculik, bukan kepada para pembunuh Hamas dan mereka yang membantu mereka,” kata Menteri Energi Israel, Israel Katz.

Baca Juga: Hari ke-10 Perang Hamas-Israel, 2.866 Orang Tewas di Gaza

2. Bantuan kemanusiaan untuk Gaza tertimbun di al-Arish

Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, mengatakan para pejabat Amerika Serikat (AS) berharap jalur Rafah dapat dioperasikan segera.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengungkapkan bahwa perang mempersulit pengriman bantuan melalui Rafah.

Stasiun radio Aqsa melaporkan, penembakan yang dilakukan Israel kembali terjadi di daerah penyeberangan Rafah pada Senin. Pada hari yang sama, sisi perbatasan mesir Al Arish terpantau sepi, dengan pasokan bantuan untuk Gaza tertimbun di sana.

“Sangat penting bahwa bantuan yang menyelamatkan nyawa diperbolehkan untuk disalurkan melalui penyeberangan Rafah tanpa penundaan,” kata badan kemanusiaan PBB (OCHA).

3. Mesir berusaha memulihkan akes reguler melalui Rafah

Mesir telah menentang eksodus massal penduduk Gaza. Pemindahan paksa itu dapat memicu gelombang pengungsian baru.

Sempat beredar kabar bahwa gencatan senjata berlangsung beberapa jam di Gaza selatan guna memfasilitasi distribusi bantuan dan evakuasi di Rafah. Namun, kabar tersebut ditepis oleh pemerintah Mesir.

Shoukry menjelaskan, Mesir berupaya untuk memulihkan akses reguler melalui Rafah, termasuk bagi warga Palestina yang mencari perawatan medis atau melakukan perjalanan normal.

Sementara, bantuan yang tertimbun di al-Arish menunggu kondisi yang tepat untuk masuk ke Gaza.

“Kami menunggu lampu hijau masuknya bantuan dan puluhan relawan siap kapan saja,” kata seorang pejabat Bulan Sabit Merah di Sinai utara.

Baca Juga: Ratapan Warga Gaza: Ini Adalah Bencana Baru bagi Kami

NUR M AGUS SALIM Photo Verified Writer NUR M AGUS SALIM

peternak ulat

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya