Jubah Suci Suku Tupinamba Pulang ke Brasil Setelah 335 Tahun

Masih terdapat 10 jubah lain yang tersebar di Eropa

Intinya Sih...

  • Sebuah jubah adat suci suku Tupinamba, yang telah dibawa ke Denmark sejak abad ke-17, akhirnya kembali ke tanah air setelah perjuangan panjang.
  • Pengembalian jubah ini bukan hanya simbol kemenangan, tetapi juga menjadi langkah penting dalam upaya merehabilitasi sejarah dan budaya suku Tupinamba yang selama ini terpinggirkan.
  • Peristiwa ini menyoroti pentingnya pelestarian warisan budaya masyarakat adat dan perjuangan mereka untuk mendapatkan kembali hak-hak atas tanah dan sumber daya alam.

Jakarta, IDN Times - Museum Denmark secara resmi mengembalikan jubah adat suci yang dibawa dari Brasil sejak era kolonial pada abad ke-17 oleh orang Eropa, sekitar 335 tahun lalu. Jubah tersebut terbuat dari 4.000 bulu merah burung ibis yang digunakan dalam ritual agama masyarakat Tupinamba di Bahia, timur laut Brasil, dan dianggap bukan hanya sebagai peninggalan, tetapi juga sebagai leluhur.

Saat ini, jubah tersebut telah dikembalikan oleh Museum Nasional Denmark ke Museum Nasional Brasil sejak bulan Juli dan kemudian secara resmi diperlihatkan ke publik pada hari Kamis (12/09/2024). Momen tersebut sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Tupinamba de Olivença. Upacara penerimaan dilakukan di Museum Nasional di atas bukit Taman Boa Vista, dihadiri oleh Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Menteri Masyarakat Adat Sonia Guajajara.

1. Pengembalian melalui negosiasi yang panjang

Dilansir Reuters, jubah tersebut pertama kali dikenali oleh seorang pemimpin suku Tupinamba, Nivalda Amaral de Jesus, yang ketika itu mengunjungi pameran di Sao Paulo pada tahun 2000 dan ia menuntut agar jubah tersebut dikembalikan ke Brasil. Setelah melalui negosiasi panjang, pada tahun lalu Museum Denmark memutuskan untuk memulangkan jubah tersebut ke Museum Nasional Brasil.

Kepulangan jubah tersebut sangat dinantikan oleh masyarakat Tupinamba. Sekitar 200 masyarakat Tupinamba menempuh ribuan kilometer ke Rio de Janeiro untuk menyambut kepulangan jubah tersebut. Mereka membuat nyanyian dan bunyi marakas untuk merayakan kepulangan jubah tersebut.

Dilansir The Guardian, sebuah dokumentasi memperlihatkan 7 orang Tupinamba, termasuk kepala suku Tupinamba Jamopoty, dan enam anggota suku lainnya, secara privat menyaksikan jubah tersebut berbaring di sebuah kotak kayu. Mereka berdoa dan berbicara pada jubah tersebut, serta mengatakan bahwa jubah tersebut adalah simbol harapan bagi masyarakat pribumi yang tersisa di Brasil dan untuk menyelesaikan sengketa tanah yang mengancam mereka.

“Kamu berbaring, tetapi kamu akan berdiri. Kami datang untuk mengunjungimu,” kata mereka.

"Saya bahkan tidak bisa berkata-kata. Ini adalah hal terindah yang pernah saya lihat," kata seorang anggota Tupinamba sambil meneteskan air mata.

2. Masih terdapat 10 jubah lainnya di Eropa

Jubah Tupinamba merupakan jubah yang dibuat oleh suku Tupinamba sejak ratusan tahun lalu yang terbuat dari bulu burung ibis merah, yang kini sudah terancam punah, dan serat tumbuhan yang dirajut dengan teknik pembuatan yang memukau. Tidak heran jika jubah ini menjadi salah satu peninggalan yang dicari pada abad ke-16 dan dipakai oleh para bangsawan pada tahun 1599 di istana Adipati Wurttemberg di Stuttgart.

“Jubah ini mungkin berfungsi sebagai kulit supernatural, yang mentransfer kekuatan vital dari satu organisme hidup ke organisme lain,” kata Amy Buono, seorang Profesor sejarah seni di Universitas Chapman. Masih terdapat 10 jubah Tupinamba yang disimpan di museum Eropa di Denmark, Italia, Prancis, Belgia, dan Swiss.

Buono juga mengungkapkan bahwa tidak ada indikasi bahwa jubah-jubah lainnya yang tersebar di Eropa akan segera dikembalikan. Namun, menurutnya, semua jubah tersebut seharusnya dikembalikan ke Brasil karena jubah tersebut menandakan identitas suku mereka dan menjadi simbol harapan untuk sengketa tanah serta masalah lainnya.

"Sangat penting bagi mereka untuk mengembalikan apa yang bukan milik mereka dan menjadi hak kita. Warisan kita memperkuat identitas kita," kata Jamopoty Tupinamba, dikutip dari Reuters.

3. Suku Tupinamba semakin terpinggirkan di Brasil

Suku Tupinamba merupakan salah satu suku yang masih mendiami Brasil hingga saat ini. Namun, sayangnya suku ini semakin terpinggirkan dan kehilangan tanahnya akibat sengketa tanah dengan pemilik perkebunan serta kurangnya keberpihakan pemerintah kepada mereka. Padahal, suku Tupinamba tercatat sebagai suku asli Brasil dan menjadi suku pertama yang melawan invasi Portugis pada tahun 1500.

Pada tahun 2001, suku Tupinamba pertama kali diakui oleh pemerintah Brasil sebagai suku resmi, setelah keberadaannya tidak tercatat dan bahkan digambarkan telah punah. Pada tahun 2004, mereka memulai proses untuk perebutan tanah leluhur mereka, dengan tujuan menghentikan pembalakan hutan dan mengembalikan sungai ke alirannya.

Sejumlah perlawanan militer dan perdebatan di persidangan dihadapi oleh suku Tupinamba. Delapan tahun kemudian, Badan Pemerintah Yayasan Nasional Indian (FUNAI) mengakui bahwa suku Tupinamba memiliki lebih dari 47.000 hektar lahan dalam kajian mereka, tetapi pemerintah masih belum memberikan pengesahan atas batas wilayah ini, sehingga menyebabkan perampasan tanah oleh pihak lain.

Baca Juga: Pertamina Bakal Eksplorasi Migas di Suriname, Guyana, dan Brasil

Muhammad Irfan Photo Verified Writer Muhammad Irfan

Pembelajar dan penulis lepas

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya