COVID-19 Bermutasi Jadi Varian Baru di Inggris, WHO Turun Tangan

Bahayakah mutasi dari varian COVID-19?

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan tengah melakukan koordinasi dengan pejabat Inggris terkait ditemukannya varian baru dari virus COVID-19. Mutasi virus COVID-19 yang menjadi varian baru ini, menurut informasi awal, menular lebih cepat.

"Mereka (pejabat Inggris) akan terus berbagi info dan hasil analisis serta riset mereka yang sedang berlangsung," ujar WHO seperti dikutip dari kantor ANTARA dari Reuters pada Minggu (20/12/2020).

"Kami akan memberikan informasi terbaru kepada negara-negara anggota dan publik selama kami mempelajari lebih dalam mengenai karakteristik varian virus ini dan segala implikasinya," sambung WHO lagi.

1. Varian baru hasil mutasi pertama kali terdeteksi di Inggris bagian tenggara

COVID-19 Bermutasi Jadi Varian Baru di Inggris, WHO Turun TanganIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Melansir dari The Washington Post, mutasi virus corona ini baru muncul pertama kali di bagian tenggara Inggris pada September 2020 lalu. Virus ini disebut memiliki tingkat penularan yang signifikan lebih cepat.

Meski demikian, diyakini mutasi dari virus ini tidak akan lebih mematikan. Oleh sebab itu, bagian tenggara Inggris, termasuk London, kembali menjalani pembatasan ketat dan aturan pelonggaran selama masa liburan dibatalkan.

Baca Juga: Menkes Inggris Temukan Variasi Baru COVID-19

2. Varian baru berpeluang lebih besar 70 persen ditularkan

COVID-19 Bermutasi Jadi Varian Baru di Inggris, WHO Turun TanganANTARA FOTO/REUTERS/Phil Noble

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyebut varian baru dari virus ini berkemungkinan ditularkan sebanyak 70 persen lebih besar dibandingkan virus sebelumnya di wilayah Inggris. Meskipun demikian, hal ini belum dapat dipastikan sepenuhnya.

"Ini (varian baru) menyebar sangat cepat," ujar Boris seperti dikutip dari The Washington Post pada Minggu (20/12/2020). Per hari ini, Boris juga mengumumkan larangan perjalanan lokal dan internasional bagi kisaran 18 juta penduduk di Inggris.

3. Pemerintah Inggris berupaya keluarkan vaksin untuk varian virus baru

COVID-19 Bermutasi Jadi Varian Baru di Inggris, WHO Turun TanganIlustrasi vaksin virus corona (Website/pixabay.com/geralt-9301)

Kepala penasihat bidang sains Inggris, Patrick Vallance menyebutkan berdasarkan pengamatan, virus telah menyebar. "Dan itu (virus) bergerak cepat dan menyebabkan pengingkatan jumlah pasien rawat inap dengan tajam," ujar Patrick melansir dari The Washington Post.

Namun menurut dia, wabah baru ini dapat dikendalikan. Program imunisasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech dilakukan sejak awal bulan diharapkan dapat tetap efektif mengendalikan virus meski telah bermutasi menjadi varian baru.

BBC menyebut, belum ada bukti yang menunjukkan varian baru dari mutasi virus corona ini menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi. Belum ada bukti pula bahwa varian baru ini membutuhkan perawatan yang berbeda atau akan bereaksi berbeda terhadap vaksin yang sudah dikembangkan.

"Kami mengeluarkan vaksin, dengan asumsi vaksin akan bekerja melawan virus ini, yang saat ini menjadi asumsi yang berjalan," ujar kepala penasihat bidang medis Chris Whitty dilansir dari BBC pada Minggu (20/12/2020).

4. Apa dampak mutasi dari virus COVID-19?

COVID-19 Bermutasi Jadi Varian Baru di Inggris, WHO Turun TanganIlustrasi jalanan protokol di London, Inggris (IDN Times/Anata)

Dalam program Andrew Marr dari BBC, ahli epidemiologi WHO Maria van Kerkhove mengatakan bahwa para spesialis telah mengikuti mutasi di seluruh dunia sejak awal pandemik. Dia menambahkan bahwa penting untuk memahami apa yang bisa dilakukan varian ini dan bagaimana perilakunya.

Menurut beberapa peneliti, mutasi sejenis ini bukan sesuatu yang mengejutkan. "Mutasi adalah bagian dari alam," ujar Direktur COVID-19 Genomics UK Consortium dan profesor mikrobiologi dari University of Cambridge Sharon Peacock melansir dari The Washington Post.

Dia menyebutkan, ribuan mutasi dari virus corona sudah diidentifikasi sejak awal kemunculan virus ini. Mutasi dan evolusi ini menurut dia membuat virus menjadi lebih mudah menular namun tak terlalu mematikan.

Baca Juga: WHO akan Kirim Tim Ilmuwan ke Wuhan, Cari Asal Muasal COVID-19

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya