Trump Klaim Tak Ada yang Tewas saat Kerusuhan Capitol 6 Januari

Debat Trump-Harris dijadwalkan 10 September

Intinya Sih...

  • Donald Trump klaim tidak ada korban jiwa dalam serangan Capitol 6 Januari 2021, mengabaikan fakta bahwa empat pendukungnya meninggal.
  • Trump membuat perbandingan kontroversial antara pidatonya dengan Martin Luther King Jr., meskipun sekitar 150 petugas terluka dalam serangan Capitol.
  • Trump melancarkan serangan terhadap Kamala Harris, menyatakan keinginan untuk melakukan tiga debat presiden, yang dijadwalkan pada 10 September mendatang.

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali membuat pernyataan kontroversial dalam konferensi pers di Mar-a-Lago, Florida, pada Kamis (8/8/2024). Trump mengklaim bahwa tidak ada korban jiwa dalam peristiwa penyerangan Capitol pada 6 Januari 2021. Pernyataan ini sangat bertentangan dengan fakta yang ada.

"Tidak ada yang tewas pada 6 Januari," ujar Trump.

Pernyataannya mengabaikan kenyataan bahwa empat pendukungnya meninggal di kerumunan pada hari itu. Sementara, beberapa lainnya, termasuk seorang petugas Kepolisian Capitol, meninggal dalam beberapa hari setelahnya.

Trump juga memuji para perusuh yang telah dihukum dan dipenjara, menyatakan akan mengampuni mereka jika terpilih kembali.

Lebih lanjut, mantan presiden AS itu mengklaim telah terjadi transfer kekuasaan yang damai setelah kekalahannya dari Joe Biden pada pemilu 2020. Klaim ini jelas bertentangan dengan fakta bahwa kerusuhan 6 Januari sendiri dipicu oleh penolakan Trump untuk mengakui kekalahannya.

1. Klaim kontroversial Trump tentang peristiwa 6 Januari

Salah satu korban jiwa yang paling disorot dalam peristiwa 6 Januari adalah Ashli Babbitt. Ia merupakan pendukung Trump yang ditembak mati oleh polisi saat mencoba menerobos masuk ke Gedung DPR. Namun, Trump tampaknya mengabaikan fakta ini dalam pernyataannya.

Dalam konferensi pers yang sama, Trump juga membuat perbandingan kontroversial antara pidatonya pada 6 Januari dengan pidato terkenal Martin Luther King Jr.

"Jika Anda melihat Martin Luther King, ketika dia berpidato, pidatonya yang hebat itu, dan Anda melihat milik kami, tempat yang sama, semuanya sama, jumlah orang yang sama, kalau tidak kita lebih banyak," klaim Trump, dilansir The Guardian.

Melansir New York Times, kenyataannya sekitar 150 petugas terluka dalam serangan Capitol. Beberapa pihak menggambarkannya sebagai pertempuran "abad pertengahan" melawan perusuh yang bersenjatakan tongkat hoki, balok kayu, dan bahkan tiang bendera. Dampak peristiwa ini begitu besar hingga setidaknya empat petugas Kepolisian Capitol dilaporkan bunuh diri dalam beberapa minggu dan bulan setelah 6 Januari.

2. Trump serang Kamala Harris jelang debat presiden

Selain membuat klaim kontroversial tentang 6 Januari, Trump juga melancarkan serangan terhadap Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat. Ia mengkritik keras rekam jejak Harris sebagai wakil presiden, terutama terkait kebijakan perbatasan dan imigrasi.

Ia juga mengecam kinerja Harris dalam pemilihan awal Demokrat tahun 2020. Ia mengklaim bahwa Harris tidak populer bahkan di kalangan Demokrat sendiri. Lebih jauh, Trump kembali mempertanyakan identitas rasial Harris, sebuah taktik yang telah ia gunakan sebelumnya dan menuai kritik keras.

Trump juga mengklaim bahwa Partai Demokrat lemah dalam hal penanganan kejahatan dan kebijakan luar negeri.  Namun, terlepas dari serangannya yang gencar, kampanye Trump dinilai masih kesulitan mengembangkan serangan yang koheren terhadap Harris.

3. Trump-Harris rencana debat pada 10 September

Di tengah kontroversi dan serangan terhadap lawannya, Trump menyatakan keinginannya untuk melakukan tiga debat presiden. Ia mengklaim telah setuju atau hampir setuju dengan Fox, NBC, dan ABC untuk menggelar debat tersebut.

Menanggapi pernyataan ini, ABC News mengkonfirmasi bahwa Harris dan Trump telah setuju untuk berdebat pada 10 September mendatang. Harris sendiri menyambut positif rencana debat ini.

"Saya menantikan debat dengan Donald Trump dan kami memilih tanggal 10 September. Saya mendengar dia akhirnya berkomitmen untuk itu dan saya menantikannya," ujar Harris kepada wartawan di Michigan.

Debat ini diprediksi akan menarik perhatian besar publik AS. Sebagai perbandingan, lebih dari 51 juta orang menonton debat presiden pertama antara Trump dan Biden pada Juni lalu. Debat kali ini dianggap krusial mengingat dinamika pemilihan yang semakin ketat.

Jajak pendapat terbaru menunjukkan Harris unggul tipis atas Trump di beberapa negara bagian penting. Sebuah jajak pendapat Ipsos yang dirilis pada Kamis menunjukkan Harris unggul atas Trump dengan persentase 42 persen berbanding 37 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan jajak pendapat Reuters/Ipsos pada 22-23 Juli yang menunjukkan Harris unggul 37 persen berbanding 34 persen atas Trump.

Baca Juga: Pemimpin Kelompok Perusuh di Capitol AS Dihukum 18 Tahun Penjara

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya