Tim Kampanye Kamal Harris Akui Diretas Negara Asing

Tiga staf kampanye Harris jadi target peretasan

Intinya Sih...

  • Tim kampanye Harris jadi target peretasan asing, diungkapkan setelah FBI memberikan peringatan kepada tim kampanye.
  • Tiga staf kampanye menerima email mencurigakan yang bertujuan memberikan akses kepada peretas, tetapi berhasil digagalkan oleh sistem keamanan siber.
  • Tim kampanye Trump juga mengaku menjadi korban peretasan melalui email palsu, dengan dugaan pelakunya berasal dari Iran. Pejabat intelijen AS menyatakan kekhawatiran akan campur tangan asing dalam pemilihan AS.

Jakarta, IDN Times - Tim kampanye calon presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris mengungkapkan telah menjadi sasaran upaya peretasan oleh pihak asing. Informasi ini terungkap setelah Biro Penyelidikan Federal (FBI) AS memberikan peringatan kepada tim kampanye Harris.

Kejadian ini kembali memunculkan kekhawatiran adanya campur tangan asing dalam pemilihan presiden AS. Saat ini, FBI tengah menyelidiki upaya peretasan yang ditujukan pada tim kampanye Biden-Harris sebelumnya dan Donald Trump.

Peringatan FBI ini mengingatkan kembali pada peristiwa kampanye 2016. Kala itu, Rusia diduga kuat telah meretas sistem email Partai Demokrat untuk mempengaruhi hasil pemilu dan membantu Trump memenangkan pemilihan.

1. Tiga staf kampanye Biden-Harris terima email mencurigakan

Melansir Sky News pada Rabu (14/8/2024), tim kampanye Harris mendapat pemberitahuan ini dari FBI pada Juli lalu.

"Pada bulan Juli, tim hukum dan keamanan kampanye kami diberitahu oleh FBI bahwa kami menjadi sasaran operasi pengaruh aktor asing," ungkap tim kampanye Harris. 

Tiga staf kampanye Biden-Harris dilaporkan menerima email mencurigakan yang dirancang mirip email resmi. Email ini bertujuan memberikan akses kepada peretas untuk masuk ke sistem komunikasi email yang lebih luas.

Meski demikian, tim kampanye Harris menegaskan bahwa sistem keamanan siber mereka berhasil menggagalkan upaya peretasan tersebut.

"Kami memiliki langkah-langkah keamanan siber yang kuat dan tidak ada pelanggaran keamanan sistem kami akibat upaya tersebut," tambah mereka.

Tim kampanye Harris juga menyatakan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian terkait ancaman ini.

2. Kampanye Trump juga klaim diretas saat pemilihan cawapres

Sementara itu, tim kampanye Trump sebelumnya juga mengaku telah menjadi korban peretasan melalui email palsu. Mereka menduga peretasan ini dilakukan oleh pihak dari Iran.

Juru bicara kampanye Trump, Steven Cheung, mengatakan kepada NBC bahwa tim kampanye mereka diretas oleh kelompok dari Iran pada Juni lalu. Waktu peretasan ini bertepatan dengan proses pemilihan calon wakil presiden oleh Trump.

"Dokumen-dokumen ini diperoleh secara ilegal dari sumber asing yang bermusuhan dengan Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mencampuri pemilihan 2024 dan menyebarkan kekacauan di seluruh proses Demokratis kita," ujar Cheung.

Menariknya, melansir dari The Guardian, tim kampanye Trump dilaporkan tidak melaporkan peretasan ini ke FBI karena tidak percaya pada lembaga tersebut. Roger Stone, teman dekat Trump yang kini secara resmi bergabung dengan tim kampanye kepresidenannya, juga mengaku beberapa akun email pribadinya telah disusupi.

3. AS peringatkan Iran soal konsekuensi campur tangan pemilu

Kejadian-kejadian ini kembali memicu kekhawatiran adanya campur tangan asing dalam pemilihan AS. Pejabat intelijen AS bulan lalu menyatakan bahwa Iran berusaha memecah belah dan melemahkan upaya Trump untuk kembali ke Gedung Putih. Namun, Iran membantah tuduhan ini.

Melansir dari The Straits Times, Kementerian Luar Negeri AS pada Senin, memperingatkan Iran akan ada konsekuensi jika terbukti mencampuri pemilihan AS. Peringatan ini muncul menyusul pengumuman tim kampanye Trump bahwa mereka telah diretas.

Kekhawatiran ini semakin kuat mengingat sejarah campur tangan asing dalam pemilu AS sebelumnya. Badan intelijen AS menyimpulkan bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan 2016 untuk mendukung Trump, meskipun Trump sendiri menolak temuan tersebut.

Berbeda dengan 2016, saat itu Trump mengatakan dalam konferensi pers bahwa dia berharap Rusia akan menemukan email Hillary Clinton. Namun, kali ini tim kampanye Trump memperingatkan media untuk tidak mempublikasikan dokumen yang diretas. Mereka menyatakan bahwa tindakan tersebut akan membantu kepentingan musuh Amerika.

Baca Juga: Kamala Harris Tak Dukung Embargo Senjata ke Israel

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya