NATO Yakin Bisa Bekerja Sama dengan Trump jika Terpilih Kembali

NATO wanti-wanti kepresidenan kedua Trump

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menyatakan keyakinannya bahwa aliansi pertahanan Atlantik Utara akan tetap bertahan jika Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Melansir dari The Guardian pada Jumat (19/7/2024), Stoltenberg menyerukan agar Eropa tidak menciptakan ramalan tentang kematian NATO di bawah kepemimpinan Trump.

"Saya bekerja dengannya selama empat tahun," ujar Stoltenberg, merujuk pada masa jabatan pertama Trump.

Ia menambahkan bahwa meskipun ada kekhawatiran pada 2016, kenyataannya NATO justru menjadi lebih kuat setelah empat tahun kepemimpinan Trump.

Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran para pemimpin Eropa tentang prospek JD Vance, calon wakil presiden Trump. Vance diprediksi  akan mengambil posisi kendali dalam kebijakan luar negeri jika Trump menang pada November mendatang.

1. Trump kerap kritik kontribusi negara anggota NATO

Stoltenberg menekankan bahwa kritik utama Trump terhadap NATO selama ini lebih berfokus pada kurangnya kontribusi anggota Eropa dalam pembiayaan pertahanan, bukan pada keberadaan aliansi itu sendiri.

"Ketika saya bergabung pada 2014, hanya dua negara anggota yang membelanjakan 2 persen dari PDB mereka untuk pertahanan. Sekarang, 23 dari 31 anggota telah mencapai target tersebut," jelasnya.

Dilansir dari BBC, anggota NATO telah berjanji untuk membelanjakan minimal 2 persen PDB untuk pertahanan pada 2024.

Inggris, misalnya, telah melampaui target tersebut dengan membelanjakan 2,3 persen PDB untuk sektor pertahanan. Stoltenberg menegaskan bahwa perubahan ini merupakan respons positif terhadap kritik Trump yang ia anggap "benar dan valid".

"Alasan mengapa saya mengharapkan AS tetap menjadi sekutu yang kuat adalah karena kritik utama dari Presiden Trump dan juga dari calon wakil presiden, JD Vance, bukan terutama ditujukan terhadap NATO. Ini terutama ditujukan terhadap sekutu NATO yang tidak cukup membelanjakan untuk pertahanan, dan hal itu sedang berubah," tuturnya.

Baca Juga: Polandia Klaim Punya Militer Terbesar Ketiga di NATO

2. NATO wanti-wanti jika Trump terpilih kembali

NATO Yakin Bisa Bekerja Sama dengan Trump jika Terpilih KembaliDonald Trump. (truthsocial.com/@realDonaldTrump)

Mengantisipasi kemungkinan terpilihnya kembali Trump, Stoltenberg menyarankan agar Eropa mengulangi strategi yang diterapkan pada 2016.

"Kami memutuskan untuk berdialog dengan administrasi baru saat itu. Ini penting karena ada keraguan apakah AS masih mendukung NATO. Setelah kami berkomunikasi, ternyata beberapa kritik mereka cukup beralasan," ujarnya.

Stoltenberg juga meyakini bahwa AS akan tetap berada di NATO karena anggota aliansi mewakili 50 persen dari kekuatan militer dunia. Jika AS keluar, mereka akan berdiri sendiri dan hanya mewakili 25 persen dari kapabilitas militer tersebut.

Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Støre, menekankan pentingnya peran Eropa dalam pembiayaan NATO. Ia berpendapat bahwa Eropa perlu meningkatkan kontribusinya untuk membuktikan nilai dan kekuatan aliansi ini.

Sementara itu, Taoiseach Irlandia, Simon Harris, menyatakan kesiapannya untuk menggunakan hubungan khusus negaranya dengan AS untuk menjembatani kesenjangan setelah pemilihan.

"Presiden yang terpilih mungkin ingin atau  tidak ingin memanfaatkan jembatan itu, tetapi kami akan siap untuk bekerja dengan siapa pun yang terpilih secara demokratis sebagai presiden Amerika Serikat," ujarnya.

3. Bantuan NATO ke Ukraina terancam jika Trump menang pemilu

Stoltenberg memperingatkan bahwa Eropa harus siap untuk satu dekade perang di Ukraina. Ia menekankan bahwa semakin lama aliansi militer Barat berkomitmen untuk berperang, semakin cepat resolusi akan tercapai.

Seiring dengan hal tersebut, NATO mengumumkan unit komando untuk koordinasi dukungan Ukraina akan beroperasi di Jerman mulai September.

"Ini akan memberikan lebih banyak prediktabilitas dan akuntabilitas serta dukungan dan juga akan menunjukkan komitmen jangka panjang kami untuk mendukung Ukraina," jelas Stoltenberg.

Namun, tantangan muncul ketika Jerman mengumumkan rencana untuk mengurangi hampir setengah bantuan militer untuk Ukraina tahun depan, dari sekitar Rp140 triliun menjadi sekitar Rp71 triliun.

Hal ini diperparah dengan kekhawatiran bahwa pendanaan AS untuk Ukraina bisa berkurang jika Trump terpilih kembali. Hal ini mengingat JD Vance, calon wakil presidennya, dikenal sebagai kritikus keras bantuan AS untuk Ukraina.

Meski demikian, Stoltenberg tetap optimis dan meyakini AS akan bertahan dalam aliansi demi kepentingan keamanan mereka sendiri. Ia juga menambahkan bahwa ada dukungan bipartisan yang kuat untuk NATO di Amerika Serikat, baik di Kongres maupun dalam jajak pendapat opini.

Baca Juga: NATO Tolak Rencana Polandia Tembak Jatuh Misil Rusia di Ukraina

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya