Kolombia Jadi Negara Paling Mematikan bagi Aktivis Lingkungan 

Total 79 aktivis lingkungan Kolombia tewas sepanjang 2023

Intinya Sih...

  • 79 aktivis lingkungan tewas di Kolombia sepanjang 2023, meningkat 19 kasus dari tahun sebelumnya.
  • Hampir setengah dari aktivis yang tewas adalah masyarakat adat, melindungi tanah dan sumber daya alam.
  • Pembunuhan aktivis lingkungan berdampak negatif terhadap upaya konservasi, Amerika Latin menyumbang 85 persen total pembunuhan global.

Jakarta, IDN Times - Kolombia kembali tercatat sebagai negara paling berbahaya bagi aktivis lingkungan di dunia. Laporan terbaru dari Global Witness, lembaga pemantau lingkungan, mengungkap 79 aktivis lingkungan tewas di Kolombia sepanjang 2023. Angka ini meningkat 19 kasus dibandingkan tahun sebelumnya.

Secara global, setidaknya 196 aktivis lingkungan tewas pada tahun lalu. Ironisnya, Kolombia justru akan menjadi tuan rumah konferensi keanekaragaman hayati global COP16 pada Oktober 2024. Juru bicara Programa Somos Defensores, Astrid Torres menyebut situasi ini sangat memalukan bagi Kolombia.

Laporan ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah Presiden Gustavo Petro yang berjanji mengakhiri konflik 60 tahun dan memperjuangkan keadilan lingkungan. Namun, proses perdamaian dengan berbagai kelompok bersenjata di Kolombia masih menghadapi banyak hambatan.

1. Masyarakat adat jadi sasaran utama

Dilansir New York Times, hampir setengah dari aktivis yang tewas di Kolombia adalah masyarakat adat. Mereka menjadi korban dalam upaya melindungi tanah dan sumber daya alam dari eksploitasi berlebihan. Global Witness mencatat, kelompok kejahatan terorganisir diduga bertanggung jawab atas sekitar setengah dari semua pembunuhan aktivis lingkungan di negara tersebut.

"Kita tidak bisa menang melawan krisis iklim dan alam tanpa perlindungan yang lebih besar untuk para pembela lingkungan," ujar Laura Furones dari Global Witness. 

Ia menambahkan, selain pembunuhan, aktivis lingkungan juga menghadapi berbagai ancaman lain seperti penculikan, penangkapan, hingga kampanye pencemaran nama baik.

Sementara itu, Torres mengakui pemerintah berkomitmen pada perdamaian dan konservasi. Namun, implementasi kebijakan perlindungan dinilai masih menjadi tantangan besar.

Baca Juga: Ribuan Warga California Mengungsi Akibat Kebakaran Hutan 

2. Deforestasi meningkat pasca pembunuhan aktivis

Investigasi Reuters menemukan bahwa pembunuhan aktivis lingkungan di Kolombia berdampak negatif jangka panjang terhadap upaya konservasi. Beberapa daerah bahkan mengalami peningkatan deforestasi yang signifikan setelah pembunuhan aktivis.

Meski demikian, ada secercah harapan. Deforestasi di Kolombia mencapai titik terendah dalam 23 tahun pada 2023. Sayangnya, kementerian lingkungan hidup memperingatkan kemungkinan peningkatan angka deforestasi pada 2024.

Pemerintah Kolombia, dalam pernyataan resminya, mengakui situasi serius yang berasal dari konflik sosial-ekologis terkait perdagangan narkoba dan praktik ekstraktif.

3. Sekitar 85 persen pembunuhan aktivis lingkungan terjadi di Amerika Latin

Global Witness mencatat, Amerika Latin menyumbang 85 persen dari total pembunuhan aktivis lingkungan secara global. Brasil menempati posisi kedua negara paling mematikan dengan 25 pembunuhan. Bahkan Honduras, dengan populasi hanya sekitar 10 juta jiwa, mencatat 18 pembunuhan aktivis lingkungan tahun lalu.

Sejak 2012, Global Witness telah mendokumentasikan 2.106 pembunuhan aktivis lingkungan di seluruh dunia. Angka-angka ini diyakini masih lebih rendah dari kenyataan karena banyak kasus yang tidak dilaporkan.

Di tengah situasi mencekam ini, Kolombia tetap optimis menyambut COP16. Slogan yang diusung adalah "Perdamaian dengan Alam". Wakil Presiden Kolombia, Francia Marquez, menyatakan COP16 akan menghormati aktivis yang tewas.

"Acara global ini adalah penghormatan bagi suara-suara itu," ujarnya, dilansir Reuters. 

Baca Juga: Gelombang Panas Picu Kebakaran Hutan di Nevada AS

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya