Israel Diduga Gunakan Bom Buatan AS untuk Habisi Pemimpin Hizbullah 

Israel gunakan belasan bom penghancur bungker seberat 900 kg

Intinya Sih...

  • Israel gunakan bom buatan AS seberat 900 kg dalam serangan di Beirut, Lebanon
  • Bom BLU-109 dan kit panduan JDAM AS digunakan untuk menyerang Hizbullah
  • Kritik atas penggunaan senjata oleh Israel setelah AS menghentikan pengiriman bom 900 kg ke wilayah padat penduduk di Gaza

Jakarta, IDN Times - Israel diduga menggunakan bom buatan Amerika Serikat (AS) seberat 900 kilogram (2.000 pon) dalam serangan yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Beirut, Lebanon. Analisis video rilisan Angkatan Udara Israel oleh Washington Post, menunjukkan penggunaan bom BLU-109 dan kit panduan JDAM buatan AS.

Sementara itu, Senator AS Mark Kelly mengonfirmasi penggunaan bom seri Mark 84 buatan AS dalam serangan tersebut.

"Bom 900 kilogram yang digunakan, itu adalah bom seri Mark 84, untuk melumpuhkan Nasrallah," ujar Kelly dilansir Reuters pada Minggu (29/9/2024). 

1. Karakteristik bom AS yang digunakan Israel

Bom BLU-109 yang digunakan dalam serangan ini merupakan bom penghancur bungker yang dirancang untuk menembus beton bertulang sedalam 1,8 meter. Sementara itu, JDAM (Joint Direct Attack Munition) adalah sistem panduan yang dipasang pada munisi untuk membantu menyerang target spesifik dengan presisi tinggi.

Dilansir Washington Post, delapan pesawat F-15 Israel membawa setidaknya 16 bom 900 kilogram dalam serangan tersebut. Foto yang dirilis IDF menunjukkan satu pesawat dilengkapi dengan setidaknya tiga hingga enam BLU-109 masing-masing.

Pejabat anonim Departemen Pertahanan AS menjelaskan bahwa pengeboman beruntun dengan bom 900 kilogram adalah taktik umum untuk serangan semacam itu.

Baca Juga: Pemimpin Hizbullah Tewas, Lebanon Berkabung Selama 3 Hari

2. Kontroversi penggunaan senjata AS oleh Israel

Penggunaan bom AS dalam serangan ini memicu kontroversi, mengingat AS telah menghentikan pengiriman bom 900 kilogram ke Israel pada Mei lalu. Penghentian ini dilakukan sebagai protes atas penggunaan senjata tersebut di wilayah padat penduduk di Gaza. Namun, AS kemudian melanjutkan pengiriman bom 200 kilogram.

Pemerintahan Biden telah menghadapi kritik dari advokat hak asasi atas dukungan AS untuk persenjataan Israel. Israel juga baru-baru ini mengamankan paket bantuan militer AS senilai 8,7 miliar dolar AS (Rp131 triliun). Bantuan ini diumumkan hanya beberapa hari setelah Israel melancarkan serangan besar-besaran di Lebanon selatan dan Beirut.

Senator Kelly menegaskan bahwa AS terus menyediakan senjata berpemandu seperti JDAM kepada Israel.

"Kita telah melihat lebih banyak penggunaan munisi berpemandu, JDAM, dan kita terus menyediakan senjata-senjata itu," ujarnya.

3. Tanggapan IDF

Juru bicara IDF menolak berkomentar banyak tentang serangan tersebut ketika dimintai keterangan oleh Washington Post. Namun, mereka menyatakan puluhan munisi presisi tinggi menghantam target dalam hitungan detik untuk menghancurkan situs bawah tanah tersebut.

Sementara itu, pejabat AS, termasuk Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, menyambut baik pembunuhan Nasrallah dan menyebutnya sebagai penegakan keadilan. Namun, mereka juga menekankan bahwa AS tidak menerima pemberitahuan sebelumnya tentang serangan Israel di Lebanon.

Serangan ini telah meningkatkan ketegangan di Lebanon. Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, Israel telah menewaskan 1.030 orang di Lebanon sejak pertengahan September. Menghadapi situasi ini, Biden menekankan perlunya menghindari perang besar-besaran di Timur Tengah.

"Kita benar-benar harus menghindarinya," kata Biden kepada wartawan saat menaiki Air Force One, dilansir dari Al Jazeera. 

Baca Juga: Fakta Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah yang Ditakuti Israel

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya