Inggris Siagakan 700 Tentara di Siprus, Imbau Warga Tinggalkan Lebanon

Inggris bersiap evakuasi warganya dari Lebanon

Intinya Sih...

  • Pemerintah Inggris mengirim 700 pasukan ke Siprus untuk evakuasi warga dari Lebanon yang terdampak konflik Israel-Hizbullah.
  • Angkatan Udara Kerajaan (RAF) Inggris menyiagakan pesawat dan helikopter untuk dukungan evakuasi warga negara Inggris di Lebanon.
  • Situasi memburuk akibat serangan udara Israel di Lebanon selatan, memaksa ribuan warga negara asing, termasuk Inggris, harus dievakuasi.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Inggris mengambil langkah darurat dengan mengirim sekitar 700 pasukan ke Siprus sebagai persiapan evakuasi warga negaranya dari Lebanon. Langkah ini diambil menyusul memburuknya situasi keamanan di Lebanon akibat konflik yang meningkat antara Israel dan Hizbullah.

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mendesak warga negaranya untuk segera meninggalkan Lebanon.

"Pesan terpenting dari saya malam ini adalah kepada warga negara Inggris di Lebanon, untuk segera pergi. Saya ingin menekankan hal itu," ujar Starmer, dikutip dari The Guardian, pada Rabu (25/9/2024).

Pengiriman pasukan ini merupakan fase pertama dari rencana darurat pemerintah Inggris untuk Lebanon. Langkah ini diambil setelah serangkaian serangan udara Israel terhadap Lebanon selatan, yang menewaskan setidaknya 569 orang dan melukai 1.645 lainnya.

1. Militer Inggris siap siaga di Timur Tengah

Selain mengirim pasukan ke Siprus, Angkatan Udara Kerajaan (RAF) Inggris juga telah menyiagakan pesawat dan helikopter untuk memberikan dukungan jika diperlukan. Tim militer ini akan didukung oleh pejabat Pasukan Perbatasan  dan Kementerian Luar Negeri Inggris.

"Peristiwa dalam beberapa jam dan hari terakhir telah menunjukkan betapa volatilnya situasi ini, itulah sebabnya pesan kami jelas, warga negara Inggris harus pergi sekarang," ujar Menteri Pertahanan Inggris, John Healey, dilansir dari The Independent. 

Healey juga mengadakan pertemuan darurat COBRA dengan para menteri, kepala intelijen, dan diplomat untuk menguji perencanaan pemerintah.

Pasukan baru ini akan bergabung dengan kehadiran militer Inggris yang sudah ada di pangkalan militer RAF Akrotiri, Siprus, serta kapal Angkatan Laut Kerajaan RFA Mounts Bay dan HMS Duncan yang berada di Mediterania timur. Dilansir dari Sky News,  RAF Akrotiri akan menjadi pos penting dalam operasi evakuasi jika diperlukan.

Baca Juga: Israel Bom Lebanon, 492 Orang Tewas dan 1.645 Terluka

2. Situasi kian memburuk di Lebanon

Situasi di Lebanon semakin memburuk seiring meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah. Dalam seminggu terakhir, Israel telah meluncurkan serangkaian serangan terbesar terhadap Hizbullah sejak perang 2006. Serangan ini telah memaksa puluhan ribu warga Lebanon untuk mengungsi dari rumah mereka di Lebanon selatan.

Pemerintah Israel menyatakan bahwa tujuan operasi mereka adalah untuk menghentikan Hizbullah menembakkan roket ke Israel utara. Namun, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, bersumpah untuk menggagalkan tujuan Israel tersebut.

Memburuknya situasi juga berdampak pada transportasi udara. Beberapa maskapai penerbangan, termasuk Emirates, Etihad, FlyDubai, dan EgyptAir, telah membatalkan penerbangan ke Lebanon pada Selasa (24/9). Hal ini dikhawatirkan akan semakin mempersulit upaya evakuasi warga asing, termasuk ribuan warga negara Inggris yang masih berada di Lebanon.

3. Respon internasional terhadap tensi Israel-Lebanon

Menanggapi situasi yang memanas, komunitas internasional telah menyerukan de-eskalasi dan upaya diplomatik. Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menekankan perlunya de-eskalasi dan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon.

"Kita perlu de-eskalasi, kita perlu gencatan senjata, kita perlu mundur dari ambang batas," ujarnya.

Presiden AS, Joe Biden, dalam pidatonya di Sidang Umum PBB pada Selasa (24/9), menyatakan bahwa solusi diplomatik masih mungkin meskipun situasi telah meningkat.

"Perang skala penuh bukanlah kepentingan siapa pun," tegas Biden, dilansir dari The Guardian.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, memperingatkan bahwa Lebanon berisiko menjadi Gaza kedua. Ia menggambarkan krisis ini sebagai situasi mengerikan yang terus berlanjut dan berpotensi menyeret seluruh kawasan ke dalam konflik yang lebih besar.

Baca Juga: Lebanon Dibom, Aktivis AS Protes Dukungan Washington terhadap Israel

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya