FBI Gagalkan Operasi Peretas China, Bebaskan 200 Ribu Perangkat 

Botnet ancam infrastruktur kritis AS dan sekutu

Intinya Sih...

  • FBI berhasil menggagalkan operasi kelompok peretas yang bekerja atas arahan pemerintah China, Flax Typhoon.
  • Flax Typhoon berhasil menginfeksi lebih dari 200.000 perangkat konsumen dan membentuk botnet masif di AS dan negara sekutu.
  • FBI dan Departemen Kehakiman AS berhasil menyita infrastruktur botnet dan mengidentifikasi perusahaan keamanan informasi China sebagai pelaku.

Jakarta, IDN Times - Biro Penyelidikan Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) berhasil menggagalkan operasi kelompok peretas yang bekerja di bawah arahan pemerintah China. Hal ini diumumkan Direktur FBI Christopher Wray pada Rabu (18/9/2024).

Kelompok yang dikenal sebagai Flax Typhoon ini menargetkan universitas, lembaga pemerintah, dan berbagai organisasi lainnya. Flax Typhoon berhasil menginfeksi lebih dari 200.000 perangkat konsumen, termasuk kamera, perekam video, dan router rumah serta kantor.

Perangkat-perangkat yang terinfeksi ini membentuk sebuah botnet masif. Botnet adalah jaringan perangkat yang dikendalikan oleh peretas untuk melakukan aktivitas ilegal.

"Tindakan Flax Typhoon menyebabkan kerugian nyata bagi para korbannya, yang harus menghabiskan waktu berharga untuk membersihkan kekacauan ketika mereka menemukan malware tersebut," ujar Wray dalam pidatonya di Aspen Cyber Summit, dilansir dari AP. 

1. Botnet serang organisasi AS hingga sebabkan kerugian besar

Skala operasi Flax Typhoon terbilang masif. Setengah dari perangkat yang dibajak berada di Amerika Serikat. Target serangan mereka meliputi universitas, lembaga pemerintah, penyedia telekomunikasi, organisasi media, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Dampak serangan ini sangat signifikan. Wray mengungkapkan bahwa botnet tersebut menyebabkan insiden keamanan siber besar-besaran pada sebuah organisasi di California. Akibatnya, organisasi tersebut mengalami kerugian finansial yang besar. Flax Typhoon juga meningkatkan targetnya pada organisasi Taiwan serta lembaga pemerintah di negara-negara lain.

"Ini hanya satu putaran dalam pertarungan yang jauh lebih panjang. Pemerintah China akan terus menargetkan organisasi Anda dan infrastruktur kritis kami, baik oleh tangan mereka sendiri atau tersembunyi melalui proksi mereka," tegas Wray, dilansir dari CNN. 

Baca Juga: PBB Minta Israel Angkat Kaki dari Palestina dalam 12 Bulan

2. FBI ungkap identitas peretas, sita infrastruktur botnet

Dalam upaya mengatasi ancaman ini, FBI dan Departemen Kehakiman AS berhasil mendapatkan surat perintah untuk menyita infrastruktur botnet. Operasi ini dilakukan bekerja sama dengan aliansi "Five Eyes", yang terdiri dari  Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Inggris.

FBI berhasil mengidentifikasi ribuan perangkat yang terinfeksi. Dengan izin pengadilan, mereka juga mengeluarkan perintah untuk menghapus malware dari perangkat-perangkat tersebut.

"Kami berhasil melepaskan perangkat-perangkat tersebut dari cengkeraman China," ungkap Wray, dilansir dari situs resmi FBI. 

Wray mengungkapkan identitas asli kelompok peretas tersebut sebagai perusahaan keamanan informasi China bernama Integrity Technology Group. Perusahaan ini diduga telah mengelola botnet selama tiga tahun terakhir. Menurut Wray, ketua perusahaan tersebut telah mengakui secara terbuka bahwa mereka mengumpulkan intelijen dan melakukan pengintaian untuk lembaga keamanan pemerintah China selama bertahun-tahun.

3. FBI selamatkan Rp12,2 triliun dari serangan ransomware 

Selain menggagalkan operasi Flax Typhoon, FBI juga menekankan pentingnya pelaporan serangan ransomware. Wray menjelaskan bahwa pelaporan dapat membantu FBI dalam pemulihan data yang disandera, negosiasi tebusan, atau bahkan membebaskan korban dari membayar tebusan sama sekali.

"Saya sangat bangga melaporkan bahwa dalam dua tahun terakhir saja, FBI telah memberikan hampir 1.000 dekriptor. Kami telah menghemat korban di seluruh dunia sekitar 800 juta dolar AS (sekitar Rp12,2 triliun) dalam pembayaran tebusan," ungkap Wray.

FBI menekankan pentingnya berbagi informasi antara Biro dan mitra sektor publik serta swasta. Sebagai contoh, mereka baru-baru ini memperingatkan sektor swasta tentang kelompok peretas pro-Rusia yang menargetkan jaringan teknologi operasional. 

Baca Juga: Seorang Pelajar Ditikam di Dekat Sekolah Jepang di China

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya