Brasil Minta Maaf karena Persekusi Imigran Jepang di Masa Lampau 

Sekitar 172 imigran dikirim ke kamp konsentrasi

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Brasil secara resmi meminta maaf atas pelanggaran hak asasi manusia terhadap imigran Jepang pasca Perang Dunia II. Permintaan maaf ini disampaikan pada Kamis (25/7/2024) oleh Eneá de Stutz e Almeida, presiden Komisi Amnesti, lembaga penasihat Kementerian Hak Asasi Manusia Brasil.

Komisi Amnesti mengakui adanya persekusi politik terhadap komunitas Jepang, termasuk pengiriman 172 imigran ke kamp konsentrasi di lepas pantai São Paulo. Di sana, mereka mengalami perlakuan buruk dan penyiksaan selama periode 1946 hingga 1948.

Permintaan maaf ini merupakan respons terhadap permohonan reparasi yang diajukan pada 2015 oleh Asosiasi Okinawa Kenjin Brasil.

"Saya ingin meminta maaf atas nama negara Brasil atas persekusi yang dialami leluhur Anda, atas segala kekejaman, kekejian, penyiksaan, prasangka, kebodohan, xenofobia, dan rasisme," ujar Almeida, dikutip dari Associated Press.

1. Latar belakang persekusi imigran Jepang di Brasil

Persekusi terhadap imigran Jepang di Brasil bermula ketika negara ini bergabung dengan Sekutu pada 1942 dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Jepang. Langkah ini diikuti dengan serangkaian tindakan diskriminatif terhadap komunitas Jepang di Brasil.

Brasil menyita properti milik orang Jepang dan melarang imigran berkumpul atau berbicara bahasa Jepang di tempat umum.

Melansir NHK World, situasi memburuk pada 1943, ketika sekitar 6.500 imigran Jepang dan keturunannya dipaksa meninggalkan rumah mereka dalam waktu 24 jam di wilayah pesisir negara bagian São Paulo.

Melansir dari Kyodo News, pasca perang, komunitas imigran Jepang terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kachigumi yang percaya Jepang menang perang dan makegumi yang menerima kekalahan Jepang.

Konflik internal ini mencapai puncaknya ketika ekstremis kachigumi menyerang anggota makegumi, yang kemudian menjadi alasan bagi pemerintah Brasil untuk menangkap dan memenjarakan 172 individu terkait kachigumi.

Baca Juga: Brasil Peringatkan Situasi di Venezuela Jelang Pilpres

2. Brasil menjadi rumah bagi komunitas imigran Jepang terbesar di dunia

Mario Jun Okuhara, yang mendokumentasikan persekusi dan mendukung pengaduan, memberi kesaksian bahwa leluhurnya dipenjara, disiksa, dan dituduh sebagai mata-mata.

"Mereka bukan dalam keadaan perang, mereka berjuang untuk bertahan hidup, mencari tempat di bawah matahari, dan mendidik anak-anak mereka yang lahir di Brasil," ungkap Okuhara.

Ironisnya, hampir 140 dari 172 orang yang dipenjara di Pulau Anchieta diduga tidak ada hubungannya dengan serangan terhadap anggota makegumi.

Permintaan maaf ini memiliki makna mendalam bagi komunitas Jepang di Brasil. Okuhara menyatakan bahwa momen ini merupakan kesempatan untuk menghormati leluhur mereka dan memberi kenyamanan emosional bagi komunitas Jepang.

"Kita tidak bisa menghapus kekejaman yang dilakukan terhadap orang tua dan kakek nenek kita, tetapi kita bisa belajar dari episode sedih ini dan mencegahnya terjadi lagi pada siapa pun, terlepas dari asal atau etnis mereka," tambahnya.

Brasil saat ini memiliki komunitas Jepang terbesar di luar Jepang, dengan lebih dari 2,7 juta warga negara Jepang dan keturunannya. Sejarah imigrasi Jepang ke Brasil dimulai pada 1908, dengan kedatangan kapal pertama dari Jepang, dan mencapai puncaknya antara Perang Dunia I dan II.

3. Rencana permintaan maaf sempat ditolak pemerintahan Bolsonaro

Brasil Minta Maaf karena Persekusi Imigran Jepang di Masa Lampau Jair Bolsonaro. (instagram.com/jairmessiasbolsonaro)

Permintaan maaf ini merupakan langkah signifikan mengingat Komisi Amnesti Brasil sebelumnya lebih fokus menangani kasus-kasus persekusi politik di bawah rezim militer pasca perang. Permohonan maaf untuk kasus-kasus perang ini merupakan pengecualian dan menandai perubahan penting dalam sikap pemerintah Brasil terhadap sejarahnya.

Proses menuju permintaan maaf ini tidak mudah. Permohonan maaf sebelumnya ditolak pada 2022 di bawah pemerintahan sayap kanan Presiden Jair Bolsonaro. Namun, peluncuran pemerintahan sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva pada Januari 2023 membuka peluang bagi masalah ini untuk diperiksa kembali.

Akhirnya, pada Kamis, Kepala Komisi Amnesti resmi menyampaikan permintaan maaf dalam bahasa Jepang sambil membungkukkan diri.

Langkah Brasil ini sejalan dengan tindakan serupa yang dilakukan oleh negara-negara lain. Pemerintah AS dan Kanada juga telah meminta maaf atas penahanan orang-orang keturunan Jepang selama Perang Dunia II. 

Baca Juga: Jepang Catat Rekor Penurunan Populasi Terbesar Sepanjang Sejarah 

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya