4.417 Penerbangan Dibatalkan imbas Gangguan TI Global

Sebanyak 39.786 penerbangan ditunda

Jakarta, IDN Times - Perusahaan Amerika pemantau penerbangan, FlightAware menyampaikan, lebih dari 4.400 penerbangan di seluruh dunia dibatalkan, dan 39.700 lebih penerbangan ditunda akibat gangguan teknologi informasi (TI) global.

Jumlah penerbangan yang dibatalkan maupun ditunda tersebut tercatat pada Jumat (19/7/2024) pukul 23.00 GMT atau Sabtu (20/7) pukul 06.00 WIB.

Baca Juga: Ribuan Windows Kena Blue Screen, Penerbangan hingga Perbankan Lumpuh

1. Sebanyak 4.417 penerbangan dibatalkan hari ini

4.417 Penerbangan Dibatalkan imbas Gangguan TI Globalilustrasi penerbangan (freepik.com/onlyyouqj)

Dikutip dari ANTARA, menurut FlightAware, ada lebih dari 3.200 penerbangan yang dibatalkan dan sedikitnya 29.300 ditunda di berbagai belahan dunia.

"Total penerbangan yang ditunda hari ini: 39.786. Total yang dibatalkan hari ini 4.417," menurut data FlightAware.

Baca Juga: Apa Itu CrowdStrike yang Sebabkan Windows Blue Screen?

2. Selain maskapai, bank, dan layanan telekomunikasi juga terdampak

4.417 Penerbangan Dibatalkan imbas Gangguan TI Globalilustrasi handphone (pexels.com/cottonbro studio)

Selain maskapai penerbangan, bank, dan perusahaan layanan telekomunikasi di seluruh dunia juga terkena dampak gangguan global peralatan berbasis Windows itu pada Jumat pagi.

CrowdStrike, perusahaan teknologi Amerika Serikat bidang keamanan siber, membenarkan laporan bahwa gangguan global terjadi terkait karena ada pembaruan aplikasi keamanan siber Falcon Sensor.

"CrowdStrike mengetahui laporan kerusakan pada Windows terkait dengan Sensor Falcon," kata CrowdStrike melalui laman resminya.

3. CrowdStrike bertanggung jawab atas gangguan yang terjadi

4.417 Penerbangan Dibatalkan imbas Gangguan TI Globalilustrasi software komputer (unsplash.com/Windows)

CEO CrowdStrike George Kurtz mengatakan bahwa perusahaan bertanggung jawab atas kesalahan tersebut dan perbaikan perangkat lunak telah dirilis. Dia memperingatkan kemungkinan diperlukan waktu untuk membuat sistem teknologi kembali normal.

"Kami sangat menyesal atas dampak yang kami timbulkan terhadap pelanggan, wisatawan, dan siapa pun yang terkena dampak ini," katanya, dikutip dari The New York Times.

Sementara itu, CEO Microsoft Satya Nadella menyalahkan CrowdStrike. Kendati demikian, dia mengatakan bahwa perusahaan berupaya membantu pelanggan menghadirkan sistem mereka kembali online.

Adapun seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, pemerintah melakukan komunikasi rutin dengan CrowdStrike dan telah mengumpulkan lembaga-lembaga terkait untuk menilai dampak gangguan tersebut terhadap operasi pemerintah federal.

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya