Tiga Pemimpin Protes di Bangladesh Ditahan saat Berobat

Polisi dituduh melakukan penyiksaan

Jakarta, IDN Times - Bangladesh telah menahan Nahid Islam, Abu Bakar Mazumdar, dan Asif Mahmud sebagai mahasiswa yang memimpin aksi unjuk rasa baru-baru ini. Mereka dibawa paksa saat sedang menjalani perawatan di rumah sakit pada Jumat (26/7/2024).

Ketiganya membantu mengoordinasikan gerakan Mahasiswa Melawan Diskriminasi untuk menentang kuota pegawai negeri sipil yang ditetapkan pemerintah. Tuntutan tersebut telah dikabulkan pada minggu lalu, tapi protes masih terus berlanjut dengan tuntutan lainnya.

1. Menjalani perawatan di rumah sakit setelah disiksa

Staf Rumah Sakit Gonoshasthaya, tempat ketiganya dirawat, mengatakan polisi berpakaian biasa telah memaksa mahasiswa keluar dari rumah sakit meskipun ada kekhawatiran dari staf medis. Mereka di sana untuk perawatan yang diklaim karena luka penyiksaan dan pemukulan yang diterima dari dalam tahanan polisi.

"Mereka mengambilnya dari kami. Orang-orang itu dari Cabang Detektif," kata Anwara Begum Lucky, pengawas rumah sakit Gonoshasthaya, dilansir dari BBC. 

Lucky mengatakan, dia tidak ingin membiarkan para mahasiswa itu pergi, tapi polisi telah menekan kepala rumah sakit untuk memulangkan mereka.

Kakak perempuan Islam, Fatema Tasnim, mengatakan enam detektif tanpa seragam telah menangkap ketiga pria tersebut.

Islam khawatir dengan keselamatan jiwanya pada minggu lalu. Ia mengaku diculik dari rumah pada minggu lalu, diinterogasi dan menjadi sasaran penyiksaan fisik serta mental oleh orang-orang yang mengaku sebagai polisi. Dia mengaku pingsan, lalu setelah sadar, ia berjalan pulang dan mencari perawatan di rumah sakit karena ada gumpalan darah di kedua bahu dan kaki kirinya.

Baca Juga: Demo Tolak Kuota PNS Bangladesh Berlanjut, 187 Orang Tewas

2. Penahanan untuk memberi keamanan

Dilansir Al Jazeera, polisi awalnya membantah telah menahan ketiga mahasiswa itu. Namun, Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan kemudian mengatakan, penahanan dilakukan untuk menjaga keselamatan ketiganya.

"Mereka sendiri merasa tidak aman. Mereka mengira ada orang yang mengancam mereka. Kami pikir demi keamanan mereka sendiri, mereka perlu diinterogasi untuk mengetahui siapa yang mengancam mereka. Setelah interogasi, kami akan mengambil tindakan selanjutnya," ujar menteri itu.

Pasukan keamanan juga menangkap seorang petugas bangsal dari rumah sakit di daerah Dhanmondi dan menyita telepon ibu dan istri Islam, beserta telepon Mazumdar dan Mahmud.

Menteri Informasi Mohammad Arafat angkat bicara terkait tuduhan polisi melakukan penyiksaan akan diselidiki. Ia menduga ada sabotase untuk mencoba mendiskreditkan polisi.

3. Protes di Bangladesh

Tiga Pemimpin Protes di Bangladesh Ditahan saat BerobatIlustrasi aksi unjuk rasa. (Unsplash.com/Chris Slupski)

Protes difokuskan untuk menentang sistem kuota yang menyediakan 30 persen pekerjaan pemerintah bagi anggota keluarga veteran yang bertempur dalam perang kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan 1971. Tuntutan itu dipenuhi melalui keputusan Mahkamah Agung minggu lalu, yang mengurangi reservasi untuk menjadikan 93 persen pekerjaan berdasarkan prestasi.

Demonstrasi awalnya berlangsung damai. Kemudian terjadi bentrokan nasional antara polisi dan mahasiswa, dengan pasukan keamanan dituduh menggunakan kekuatan berlebihan. Setidaknya, 150 orang tewas dan lebih dari 4 ribu orang ditangkap sejak protes berubah menjadi kekerasan pada minggu lalu.

Pemerintah telah memberlakukan jam malam bersamaan dengan pembatasan akses internet dan komunikasi telepon. Jam malam saat ini sudah dilonggarkan, konektivitas internet terbatas telah dipulihkan dan sejumlah bisnis diizinkan buka kembali. Tapi masih banyak pembatasan berlaku, di tengah penghentian protes oleh para pemimpin mahasiswa karena pertumpahan darah.

Protes di Bangladesh masih berlanjut. Para demonstran juga menuntut permintaan maaf publik dari Perdana Menteri Sheikh Hasina dan pemecatan petugas polisi, sejumlah menteri, dan kepala universitas.

Volker Turk, komisaris tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk hak asasi manusia, menyerukan penyelidikan independen terhadap dugaan pelanggaran hak asasi manusia, dengan mengatakan banyak orang menjadi sasaran serangan kekerasan kelompok yang berafiliasi dengan pemerintah.

Baca Juga: 57 Warga Bangladesh Dipenjara di UAE Organisir Demonstrasi

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya