Polisi India Bubarkan Demo Pakai Gas Air Mata dan Meriam Air

Protes terkait kasus pemerkosaan dan pembunuhan

Intinya Sih...

  • Polisi Kolkata, India membubarkan protes tuntut keadilan kasus pemerkosaan dan pembunuhan dokter 31 tahun.
  • Ribuan orang berbaris menuntut pengunduran diri pejabat, bentrok dengan polisi menggunakan gas air mata dan meriam air.
  • Protes meningkat menjadi demonstrasi politik kacau antara partai oposisi BJP dengan pemerintah Banerjee yang dipimpin Partai Kongres Trinamool.

Jakarta, IDN Times - Polisi di kota Kolkata, negara bagian Benggala Barat, India, pada Selasa (27/8/2024), menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan demonstran yang menuntut keadilan terkait kasus pemerkosaan dan pembunuhan. Para pengunjuk rasa juga meminta pengunduran diri pejabat karena dianggap gagal menanggapi kasus ini.

Demo ini terkait seorang dokter berusia 31 tahun di RG Kar Medical College yang ditemukan tewas dengan tubuh setengah telanjang dan berbagai luka parah pada 9 Agustus. Kasus ini telah menyoroti kekerasan terhadap perempuan di India.

1. Pengunjuk rasa ditangkap atas kekerasan

Polisi India Bubarkan Demo Pakai Gas Air Mata dan Meriam AirIlustrasi penangkapan. (Pixabay.com/KlausHausmann)

Dilansir BBC, pada Selasa, ribuan orang berbaris ke gedung pemerintahan di Kolkata untuk menuntut pengunduran diri Kepala Menteri Benggala Barat Mamata Banerjee. Massa meneriakkan slogan-slogan dan terlibat bentrok dengan polisi, yang menggunakan gas air mata, meriam air, dan tongkat untuk membubarkan protes.

Namita Ghosh, seorang mahasiswa yang turut serta dalam protes tersebut, mengatakan demonstran bermaksud untuk berunjuk rasa secara damai sebelum diserang dengan tongkat.

"100 pengunjuk rasa ditangkap karena menciptakan kekerasan," kata seorang pejabat polisi senior.

2. Partai perdana menteri minta pemimpin negara bagian mundur

Polisi India Bubarkan Demo Pakai Gas Air Mata dan Meriam AirPerdana Menteri India Narendra Modi. (Twitter.com/PMO India)

Sejak kasus ini muncul serangkaian protes telah dilakukan, yang terbesar melibatkan puluhan ribu perempuan di seluruh Benggala Barat yang berpartisipasi dalam pawai Merebut Kembali Malam pada 14 Agustus untuk menuntut kemerdekaan hidup bebas dan tanpa rasa takut.

Namun sejak itu, beberapa protes meningkat menjadi demonstrasi politik yang kacau, dengan polisi bentrok dengan demonstran dari Partai Bharatiya Janata (BJP), yang marah terhadap pemerintah negara bagian. Partai itu dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi. 

Pada Selasa, para pengunjuk rasa dari BJP mencoba menerobos barikade polisi dan berbaris menuju kantor Banerjee, yang partainya, Partai Kongres Trinamool berkuasa di Benggala Barat, untuk menuntut pengunduran dirinya.

BJP dalah partai oposisi utama di Benggala Barat. Partai itu menuduh pemerintahan Banerjee menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi perempuan, yang mereka klaim memungkinkan terjadinya kejahatan seperti pembunuhan dokter tersebut. Polisi telah melarang rapat umum partai tersebut dan memblokir jalan-jalan.

3. Dokter mogok kerja untuk menuntut lingkungan kerja yang aman

Polisi India Bubarkan Demo Pakai Gas Air Mata dan Meriam AirIlustrasi dokter. (Unsplash.com/Bermix Studio)

Dilansir Associated Press, Mahkamah Agung India minggu lalu membentuk gugus tugas dokter nasional untuk membuat rekomendasi tentang keselamatan pekerja perawatan kesehatan di tempat kerja. Pengadilan mengatakan panel itu akan menyusun pedoman untuk perlindungan profesional medis dan pekerja perawatan kesehatan.

Hasil otopsi terhadap korban menunjukkan adanya penyerangan seksual, dan seorang relawan polisi ditahan terkait dengan kejahatan tersebut. Keluarga korban menduga itu adalah kasus pemerkosaan berkelompok dan ada pihak lain yang terlibat.

Menanggapi kasus ini ribuan dokter dan paramedis melakukan aksi mogok kerja di beberapa rumah sakit umum di seluruh India. Hal ini dilakukan untuk menuntut lingkungan kerja yang lebih aman.

Perempuan di India terus menghadapi peningkatan kekerasan meskipun undang-undang yang ketat telah diterapkan setelah pemerkosaan massal dan pembunuhan terhadap seorang mahasiswi berusia 23 tahun di dalam bus yang sedang melaju di Delhi pada tahun 2012.

Serangan itu telah mengilhami para pembuat undang-undang untuk memerintahkan hukuman yang lebih berat bagi kejahatan semacam itu dan mendirikan pengadilan jalur cepat yang khusus menangani kasus pemerkosaan. Pemerintah juga memberlakukan hukuman mati bagi pelanggar berulang.

Baca Juga: Pastor di India Aniaya Laki-Laki Hingga Tewas di Ritual Palsu

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya