Penjaga Pantai Tunisia Temukan 210 Mayat Migran dalam 10 Hari

Mayat dalam kondisi membusuk

Jakarta, IDN Times - Penjaga pantai Tunisia, pada Jumat (28/4/2023), menemukan 41 mayat imigran yang tenggelam di perairannya. Mayat-mayat sudah membusuk, menunjukkan bahwa tubuh telah berada di air selama beberapa hari.

Penemuan itu membuat jumlah migran  yang meninggal akibat kapal tenggelam selama 10 hari mencapai 210 orang. Jumlah itu terus meningkat karena Tunisia merupakan titik keberangkatan utama bagi para migran yang ingin menuju Eropa.

1. Rumah sakit tidak sanggup menampung banyaknya jenazah

Penjaga Pantai Tunisia Temukan 210 Mayat Migran dalam 10 HariIlustrasi ruang perawatan di rumah sakit. (Unsplash.com/Adhy Savala)

Para pebabat mengatakan, jumlah pengungsi yang tewas saat menyeberang dari Tunisia ke Eropa telah membuat kamar mayat dan rumah sakit di kota landasan peluncuran utama Sfax penuh.

“Pada Selasa, kami memiliki lebih dari 200 jenazah, jauh di luar kapasitas rumah sakit, yang menimbulkan masalah kesehatan," kata Faouzi Masmoudi, pejabat kehakiman di kota pelabuhan tempat kamar mayat, dilansir Al Jazeera.

"Ada masalah dengan banyaknya mayat yang tiba di pantai. Kami tidak tahu siapa mereka atau dari kapal karam mana mereka berasal, dan jumlahnya terus bertambah," tambahnya. 

Masmoudi mengatakan, hampir setiap hari ada pemakaman untuk mengurangi tekanan pada rumah sakit. Pada 20 April, setidaknya 30 orang dimakamkan. Beberapa hari kemudian, lebih banyak mayat ditemukan di laut.

Pejabat itu juga mengatakan untuk mengidentifikasi identitas, DNA telah diambil dari jenazah sebelum dimakamkan.

Romdhane Ben Amor, dari Forum Tunisia untuk Hak Ekonomi dan Sosial, mengatakan bahwa setidaknya 220 orang tewas dan hilang hingga 24 April 2023. Sebagian besar dari sub-Sahara Afrika dan lebih dari tiga perempat pengungsi meninggalkan Tunisia melalui pantai Sfax atau Mahdia.

Baca Juga: Uni Eropa Siapkan Bantuan ke Tunisia untuk Adang Migran Ilegal

2. Tunisia sebagai titik keberangkatan para imigran yang menuju Eropa

Dilansir BBC, saat ini Tunisia telah mengaitkan negara tetangga Libya sebagai titik transit utama bagi para imigran. Orang-orang itu melarikan diri dari konflik dan kemiskinan yang parah di Timur Tengah dan Afrika untuk menuju Eropa.

Sebagian garis pantai Tunisia hanya berjarak sekitar 150 kilometer dari Lampedusa, sebuah pulau Italia yang sering digunakan sebagai titik penyeberangan ke daratan.

Badan migrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, ketika orang-orang yang berangkat dari pantai Libya dimasukkan, maka total hampir 300 orang yang meninggal selama satu setengah minggu terakhir, dan ada 824 orang telah meninggal sepanjang tahun ini.

3. Tunisia menganggap pengungsi sebagai ancaman

Penjaga Pantai Tunisia Temukan 210 Mayat Migran dalam 10 HariIlustrasi Pengungsi (IDN Times/Mardya Shakti)

Ben Amor mengatakan, ada masalah dalam pengurusan jenazah mereka yang tenggelam. Kesulitan itu karena pemerintah setempat telah membuat pemakaman khusus bagi para migran dengan alasan bahwa mereka bukan muslim. Namun, banyak dari mereka yang tenggelam juga berasal dari negara-negara mayoritas Muslim.

Jumlah pengungsi yang meninggalkan Tunisia semakin meningkat setelah Presiden Kais Saied berpidato pada 21 Februari, yang mengklaim bahwa imigrasi ilegal merupakan ancaman demografis bagi negaranya.

Tunisia juga dihadapkan dengan masalah krisis ekonomi yang memburuk. Krisis itu membuat warganya pergi untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. 

Baca Juga: 5 Fakta Tunisia Rujuk dengan Suriah setelah Putus Satu Dekade Lebih

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya