Paus Usir 10 Orang dari Gerakan Katolik Peru karena Pelanggaran Sadis

Pendiri gerakan telah diusir bulan lalu

Jakarta, IDN Times - Paus Fransiskus, pada Rabu (25/9/2024), mengusir 10 orang, termasuk seorang uskup, pendeta, dan umat dari Sodalitium Christianae Vitae (SCV), sebuah gerakan Katolik dari Peru. Mereka diusir setelah penyelidikan Vatikan mengungkap komunitas tersebut melakukan pelanggaran sadis.

Bulan lalu, Luis Figari pendiri kelompok itu diusir setelah dia diketahui melakukan sodomi terhadap rekrutannya. Tuduhan terhadap adanya pelanggaran oleh anggota kelompok tersebut telah berlangsung sejak 2000.

1. Paus dan para uskup Peru mencari pengampunan bagi yang terdampak

Paus Usir 10 Orang dari Gerakan Katolik Peru karena Pelanggaran SadisBendera Peru. (Pixabay.com/LoggaWiggler)

Penyelidikan terhadap SCV menemukan berbagai pelanggaran, seperti kekerasan fisik, manipulasi spiritual, dan salah pelanggaran keuangan, dan penggunaan jurnalisme yang tidak pantas untuk menyerang para kritikus. Temuan-temuan ini jarang berujung pada hukuman kanonik seberat itu, dilansir dari Oneindia.

Pelanggaran itu diumumkan oleh Konferensi Waligereja Peru, yang menyampaikan pernyataan dari Kedutaan Besar Vatikan.

Para uskup Peru saat ini telah bergabung dengan Paus Fransiskus untuk mencari pengampunan dari mereka yang terkena dampak pelanggaran ini. Mereka telah meminta SCV memulai proses keadilan dan ganti rugi.

Paus Fransiskus mengambil tindakan tegas yang menunjukkan beratnya situasi dalam SCV. Tindakan ini mencerminkan komitmen untuk mengatasi pelecehan dalam komunitas agama dan memastikan akuntabilitas bagi mereka yang bertanggung jawab.

Baca Juga: Paus Fransiskus Kritik Trump-Harris: Sama-sama Buruk!

2. Gereja gagal ambil tindakan terhadap pendiri gerakan

Paus Usir 10 Orang dari Gerakan Katolik Peru karena Pelanggaran SadisIlustrasi gereja Katolik. (Unsplash.com/Virgil Cayasa)

Gerakan ini didirikan Figari pada 1971 sebagai tanggapan konservatif terhadap teologi pembebasan di Amerika Latin. Pada puncaknya, kelompok ini memiliki sekitar 20 ribu anggota di seluruh Amerika Selatan dan Amerika Serikat.

Para korban pelanggaran Figari mengadu ke keuskupan agung Lima pada 2011, meskipun tuduhan lain terhadapnya sudah ada sejak 2000. Namun, gereja setempat maupun Takhta Suci tidak mengambil tindakan konkret hingga salah satu korban, Pedro Salinas dan jurnalis Paola Ugaz, menulis buku yang merinci praktik-praktik menyimpang gerakan itu pada 2015.

SCV kemudian memerintahkan investigasi dari pihak luar, yang hasilnya menetapkan Figari adalah narsis, paranoid, merendahkan, vulgar, pendendam, manipulatif, rasis, seksis, elitis dan terobsesi dengan masalah seksual dan orientasi seksual gerakan itu.

Investigasi itu menemukan Figari menyodomi para rekrutannya dan memaksa mereka membelainya dan satu sama lain. Laporan itu menyampaikan ia suka melihat mereka mengalami rasa sakit, ketidaknyamanan, dan ketakutan, dan mempermalukan mereka di depan orang lain untuk meningkatkan kendalinya atas mereka.

Namun, Takhta Suci menolak untuk mengeluarkan Figari dari gerakan tersebut pada 2017, dan hanya memerintahkannya untuk hidup terpisah dari komunitas di Roma dan menghentikan semua kontak dengannya. Para korban marah besar atas keputusan itu.

Vatikan terikat oleh hukum kanonik yang tidak memperkirakan hukuman seperti itu bagi para pendiri komunitas agama yang bukan pendeta.

3. Para pendeta menutupi kasus

Paus Usir 10 Orang dari Gerakan Katolik Peru karena Pelanggaran SadisIlustrasi umat Katolik yang sedang berdoa di gereja. (Unsplash.com/Josh Applegate)

Penyelidikan dari Vatikan mengungkapkan pelanggaran tidak hanya dilakukan Figari, tapi juga oleh pendeta organisasi tersebut, yang melibatkan pelecehan dan peretasan komunikasi korbannya sambil menutupi kejahatan yang dilakukan sebagai bagian dari tugas resmi mereka.

Investigasi ini dilakukan oleh penyelidik kejahatan seks utama Vatikan, Uskup Agung Malta Charles Scicluna dan Monsignor Jordi Bertomeu, dari Departemen Doktrin Iman, yang melakukan perjalanan ke Lima ibu kota Peru pada 2023 untuk mengambil kesaksian dari para korban.

Orang dengan jabatan tertinggi yang diusir adalah Uskup Agung Jose Antonio Eguren, yang sebelumnya dipaksa mengundurkan diri sebagai uskup piura pada April setelah menggugat laporan Salinas dan Ugaz.

Ugaz menyambut baik langkah pengusiran 10 orang tersebut, mengatakan gerak itu m telah meretas komunikasinya pada 2023 setelah ia melaporkan kepemilikan kelompok itu di luar negeri dan transaksi keuangan lainnya, dan mengatakan yakin kelompok tersebut berusaha mencari tahu sumbernya.

"Ini adalah sebuah demonstrasi bahwa di Peru, para penyintas tidak akan pernah mendapatkan keadilan dan ganti rugi (tanpa Bertomeo dan Scicluna) karena Sodalitium adalah sebuah organisasi dengan kekuatan politik, sosial, dan ekonomi yang besar," katanya, dikutip dari Associated Press.

Baca Juga: Peru Desak Petani Tidak Bakar Lahan di Musim Kemarau

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya