Nigeria Terima 10 Ribu Dosis Vaksin untuk Melawan Mpox

Vaksin sumbangan dari USAID

Intinya Sih...

  • Nigeria menerima 10 ribu dosis vaksin dari USAID untuk melawan virus mpox
  • Vaksin diproduksi oleh perusahaan farmasi Denmark, Bavarian Nordic
  • WHO menetapkan mpox sebagai darurat kesehatan global dan Nigeria telah melaporkan lebih dari 40 kasus yang dikonfirmasi serta membutuhkan 10 juta dosis vaksin

Jakarta, IDN Times - Nigeria telah menerima 10 ribu dosis vaksin dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) untuk melawan virus mpox (sebelumnya disebut cacar monyet/monkeypox) pada Selasa (27/8/2024). Vaksin ini diproduksi oleh perusahaan farmasi Denmark, Bavarian Nordic.

Mpox merupakan penyakit zoonosis langka yang ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

1. Vaksin akan diprioritaskan di wilayah paling terdampak

Nigeria Terima 10 Ribu Dosis Vaksin untuk Melawan MpoxIlustrasi vaksin. (Unsplash.com/Mufid Majnun)

Dilansir VOA News, gelombang pertama vaksin 10 ribu dosis ini bertujuan untuk memperkuat upaya negara tersebut melawan mpox. Duta Besar AS, Richard Mills, mengatakan Nigeria sangat siap untuk menggunakan vaksin tersebut.

"Dan seperti yang saya sebutkan, pemerintah Nigeria telah menyusun rencana vaksinasi. Ada rencana tentang cara menggunakan vaksin ini secara efektif, cara memastikan kita mendapatkan efek yang paling maksimal dari sumbangan 10 ribu vaksin ini. Jadi itulah alasan utama mengapa Nigeria dipilih untuk menerima gelombang pertama ini," katanya pada Rabu.

Muyi Aina, direktur perawatan kesehatan primer Nigeria, mengatakan otoritas kesehatan akan memprioritaskan negara bagian dengan kasus terbanyak untuk peluncuran vaksin.

"Kami juga akan memprioritaskan negara bagian yang memiliki jumlah kasus tertinggi, banyak di antaranya berada di selatan. Namun tentu saja, kami harus bekerja sama dengan negara bagian untuk mengembangkan rencana khusus negara bagian untuk memastikan bahwa vaksin disebarkan dengan tepat," ujarnya.

"Vaksin ini telah digunakan untuk cacar dan kemudian menunjukkan beberapa kemanjuran dengan mpox. Kami percaya bahwa kami harus mendapatkan informasi dari sains dan tidak menyebarkan informasi yang salah," kata Walter Mulombo, perwakilan WHO di Nigeria.

Saat ini belum ada vaksin khusus mpox, tapi vaksin cacar berfungsi melawan penyakit tersebut, dan sedang diproduksi oleh dua perusahaan farmasi, termasuk Bavarian Nordic.

Baca Juga: Atasi Krisis Pangan, Namibia Akan Bagikan Daging Gajah

2. Nigeria mengonfirmasi 40 kasus mpox

Nigeria telah melaporkan lebih dari 40 kasus yang dikonfirmasi dan 830 kasus yang diduga di 13 negara bagiannya. Negara Afrika Barat itu belum mencatat kematian akibat virus tersebut. Negara itu juga belum mencatat kasus Clade 1b, varian baru di bagian timur Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) yang telah menyebar ke negara-negara tetangga.

Clade 1b telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah, ilmuwan, dan badan kesehatan internasional, tapi saat ini belum jelas seberapa mematikan dan menular varian tersebut. Mpox dapat berakibat fatal jika tidak diobati dan menyebabkan gejala seperti demam, nyeri otot, dan lesi di seluruh tubuh.

Hingga Senin, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika melaporkan 22.863 kasus mpox, dengan 3.641 kasus terkonfirmasi dan 19.222 kasus diduga. Lebih dari 620 kematian dilaporkan di 13 negara anggota Uni Afrika. RD Kongo menjadi negara yang paling terdampak, dengan 18 ribu kasus dugaan dan 615 kematian tahun ini.

Benua tersebut membutuhkan 10 juta dosis vaksin untuk melawan penyakit itu. USAID mengatakan pihaknya akan mengirim 50 ribu dosis ke RD Kongo.

3. Pengiriman vaksin lambat

Nigeria Terima 10 Ribu Dosis Vaksin untuk Melawan MpoxIlustrasi vaksin. (Unsplash.com/Mufid Majnun)

Dilansir BBC, proses pengiriman vaksin pertama ke Afrika yang berlangsung lambat karena proses regulasi WHO telah menimbulkan kritikan. Banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah mengandalkan WHO, bukan regulator mereka sendiri, untuk menilai obat mana yang aman dan efektif.

Hingga saat ini WHO belum secara resmi menyetujui dua vaksin yang tersedia, dengan alasan tidak memiliki data yang diperlukan untuk melakukan tinjauan penuh. Lembaga itu diperkirakan menghindari risiko dan khawatir akan perlunya melindungi kredibilitasnya.

Profesor Helen Rees, penasihat WHO dan Pusat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, mengatakan proses regulasi WHO tidak sesuai untuk digunakan dalam keadaan darurat. Dia meminta badan kesehatan internasional perlu benar-benar memperhatikan bagaimana mereka melakukan persetujuan ketika produk medis dibutuhkan secara mendesak.

WHO telah meminta produsen vaksin untuk mendaftarkan minat mereka dalam memperoleh lisensi darurat untuk suntikan mpox. Badan tersebut diperkirakan akan memberikan lisensi darurat mpox pada bulan September.

Rees mengatakan penundaan pengiriman vaksin bisa saja lebih singkat jika lebih banyak negara kaya yang menyumbangkan vaksin seperti yang dilakukan AS.

"Setelah tahun 2022, banyak negara yang terkena dampak wabah (mpox) banyak dari mereka memiliki persediaan jutaan vaksin yang disimpan secara kolektif. Persediaan tersebut jelas ditujukan dari sudut pandang suatu negara untuk melindungi warga negaranya sendiri. Namun, ketika terjadi keadaan darurat global seperti ini, setiap negara harus melihat persediaannya dan bertanya 'apakah kami benar-benar dapat membantu secara global?'"

Baca Juga: Ukraina Klaim Sukses Uji Coba Misil Balistik Pertamanya

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina
  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya