Militer Sudan Lancarkan Serangan Besar-besaran ke Khartoum

Perang menyebabkan sekitar 20 ribu orang tewas

Intinya Sih...

  • Militer Sudan serang wilayah RSF di Khartoum saat Sidang Majelis Umum PBB.
  • PBB desak tindakan segera untuk melindungi warga sipil dan mengakhiri pertempuran.
  • Perang di Sudan telah menyebabkan 20 ribu orang tewas dan menciptakan krisis kelaparan serta pengungsi regional.

Jakarta, IDN Times - Militer Sudan, pada Kamis (26/9/2024), melancarkan serangan besar-besaran terhadap wilayah yang dikuasai Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di ibu kota Khartoum. Serangan militer itu dilakukan saat Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat sedang berlangsung.

Perang di Sudan meletus pada April 2023, yang melibatkan pasukan militer Sudan pimpinan Jenderal Abdel-Fattah Burhan, dengan pemimpin RSF Mohamed Hamdan Dagalo. Keduanya pernah menjadi sekutu dalam pemerintahan transisi Sudan setelah kudeta pada 2021, tapi kemudian menjadi pesaing. 

1. Kemajuan pasukan pemerintah

Militer Sudan Lancarkan Serangan Besar-besaran ke KhartoumIlustrasi tentara. (Pexels.com/Pixabay)

Penduduk ibu kota mengatakan serangan artileri dan udara dimulai sepanjang malam dan meningkat saat fajar. Sejumlah laporan mengatakan tentara menyeberangi jembatan penting di atas Sungai Nil, yang memisahkan wilayah kekuasaan pemerintah di Omdurman dari wilayah kekuasaan RSF.

RSF mengklaim berhasil menggagalkan upaya tersebut, tapi suara bentrokan dan kepulan asap dilaporkan datang dari beberapa lokasi di pusat Khartoum. Sejak konflik meletus RSF menguasai hampir seluruh ibu kota.

Kemajuan yang terjadi pada Kamis tampaknya menjadi dorongan signifikan pertama pemerintah dalam beberapa bulan untuk mendapatkan kembali beberapa wilayah.

PBB telah menyerukan tindakan segera untuk melindungi warga sipil dan mengakhiri pertempuran. Sejak awal September, PBB mendokumentasikan setidaknya 78 kematian warga sipil akibat penembakan artileri dan serangan udara di wilayah Khartoum Raya.

Sebagian besar pertempuran terburuk dan paling sengit terjadi di wilayah yang berpenduduk padat. Kedua belah pihak saling menuduh telah membombardir wilayah sipil tanpa pandang bulu.

"Permusuhan yang tiada henti di seluruh negeri telah mendatangkan kesengsaraan bagi jutaan warga sipil, memicu krisis pengungsian yang tumbuh tercepat di dunia," demikian peringatan PBB pada Rabu, dikutip dari BBC.

2. Seruan gencatan senjata

Serangan militer itu dilancarkan sebelum pidato Burhan di hadapan Majelis Umum PBB, ia mengatakan setiap upaya perdamaian harus mencakup penyerahan senjata oleh RSF. Dia juga juga menuduh ada negara-negara yang mendukung RSF dengan memasok pasukan, uang, dan senjata kepada kelompok pemberontak, dilansir dari VOA News.

Burhan mengatakan tentara berusaha mengalahkan dan mengusir para penyerang ini, tidak peduli seberapa banyak bantuan dan dukungan yang mereka dapatkan.

Pidato yang direkam oleh Dagalo didengar oleh Majelis Umum setelah pidato Burhan. Dagalo mengatakan RSF terbuka terhadap gencatan senjata nasional yang akan memungkinkan penyaluran bantuan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bertemu dengan Burhan di sela-sela Majelis Umum pada Rabu. Hasil pertemuan itu, Guterres menyatakan keprihatinan mendalam tentang eskalasi konflik dan risiko meluasnya konflik di kawasan.

Guterres dan Burhan juga membahas perlunya gencatan senjata segera dan berkelanjutan serta pentingnya dialog sejati yang mengarah pada penyelesaian damai yang dinegosiasikan secara inklusif.

3. Dampak perang Sudan

Militer Sudan Lancarkan Serangan Besar-besaran ke KhartoumIlustrasi perang. (Unsplash.com/Duncan Kidd)

PBB mengatakan konflik di Sudan telah menyebabkan sekitar 20 ribu orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Pertempuran tersebut juga telah menciptakan krisis kelaparan terburuk di dunia, dengan hampir 26 juta orang, lebih dari separuh populasi negara tersebut menghadapi kelaparan akut.

Perang ini telah menciptakan krisis pengungsi regional, dengan sekitar 8,1 juta orang mengungsi di dalam negeri dan 2,2 juta lainnya terpaksa melintasi perbatasan.

Negara tersebut juga menghadapi wabah epidemi kolera di seluruh negeri, lebih dari 430 orang telah meninggal karena penyakit itu, yang mudah diobati itu dalam sebulan terakhir. Namun, memberikan perawatan ke daerah-daerah yang terkena dampak menjadi sangat rumit karena konflik.

Baca Juga: WHO: Lebih dari 20 Ribu Orang Sudan Tewas Akibat Perang

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya