Korut Gagal Luncurkan Satelit Mata-mata Keduanya

Korut berencana tambah tiga satelit mata-mata

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) mengatakan upayanya untuk meluncurkan satelit mata-mata militer kedua berakhir dengan kegagalan pada Senin (27/5/2024). Mesin roket itu meledak beberapa saat setelah lepas landas.

Peluncuran terjadi beberapa jam setelah para pemimpin Korea Selatan (Korsel), China, dan Jepang bertemu di Seoul. 

1. Tahun lalu Korut dua kali gagal meluncurkan satelit

Korut Gagal Luncurkan Satelit Mata-mata KeduanyaIlustrasi satelit. (Unsplash.com/NASA)

Dilansir Associated Press, Kantor Berita Pusat resmi Korut melaporkan negaranya telah meluncurkan satelit mata-mata dengan roket baru di pusat ruang angkasa utama di barat lautnya. Namun, roket tersebut meledak pada penerbangan tahap pertama segera setelah lepas landas karena dugaan adanya masalah mesin.

Wakil direktur Administrasi Teknologi Dirgantara Nasional mengatakan, analisis awal menunjukkan ledakan terkait pengoperasian mesin minyak-oksigen cair yang baru dikembangkan. Dia mengatakan kemungkinan penyebab lainnya akan diselidiki.

Pada Senin, Korut telah memberitahu penjaga pantai Jepang tentang rencananya, dengan peringatan untuk berhati-hati di perairan antara Semenanjung Korea dan China, dan di sebelah timur pulau utama Luzon di Filipina selama jendela penerbangan satelit dari Senin hingga 3 Juni.

Menaggapi hal itu, pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan rudal untuk prefektur selatan Okinawa, meminta warga berlindung di dalam gedung dan tempat lain yang lebih aman. Peringatan kemudian dicabut karena wilayah tersebut tidak lagi dalam bahaya.

Tahun ini, negara Komunis tersebut berencana menambah tiga satelit mata-mata lagi, sebelumnya sukses mengorbitkan yang pertama pada November lalu setelah dua kali lepas landas yang gagal. Pada percobaan pertama, roket jatuh ke laut segera setelah lepas landas. Dalam upaya kedua ada kesalahan pada sistem peledakan darurat pada penerbangan tahap ketiga.

Baca Juga: Jepang-Korsel Beri Sanksi atas Dugaan Perdagangan Senjata Rusia-Korut

2. Korsel dan Jepang meminta untuk tidak melakukan peluncuran

Korut Gagal Luncurkan Satelit Mata-mata KeduanyaBendera Korea Selatan. (Pexels.com/byunghyun lee)

Dilansir Reuters, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah meminta Korut untuk tidak melanjutkan peluncuran tersebut. Perdana Menteri China Li Qiang tidak menyebutkan peluncuran, tapi meminta semua pihak untuk meredakan ketegangan di semenanjung.

Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel mengatakan, tetangganya itu meluncurkan satelit tersebut ke jalur selatan di lepas pantai baratnya sekitar pukul 22:44. JCS mendeteksi sejumlah besar puing roket di laut hanya dua menit setelah peluncuran.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan, benda yang diluncurkan itu menghilang di Laut Kuning. Dia juga menyampaikan tindakan tersebut telah melanggar aturan.

"Peluncuran ini melanggar resolusi dewan keamanan yang relevan dan merupakan masalah serius mengenai keselamatan rakyat kami,” kata Hayashi.

3. Korut dinilai tidak suka dengan tindakan China

Korut Gagal Luncurkan Satelit Mata-mata KeduanyaBendera China. (Pixabay.com/PPPSDavid)

Peluncuran satelit yang gagal itu dilakukan pada hari pertama dari delapan hari pertemuan ketiga tetangganya di Seoul. Beberapa pengamat mengatakan, langkah itu sengaja untuk meredam pertemuan Seoul-Beijing-Tokyo dan menyatakan ketidaksenangannya terhadap tindakan China.

Pada Senin, Kementerian Luar Negeri Korut mengecam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Li, Yoon dan Kishida, menyebut mereka ikut campur urusan dalam negerinya. Kementerian juga mempermasalahkan pernyataan bersama yang mengatakan ketiga pemimpin tersebut menekankan kembali posisi mereka saat ini mengenai isu denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Meskipun sebagian besar kritik ditujukan terhadap musuh utamanya, yaitu Korsel, tapi sangat jarang mengecam pernyataan yang ditandatangani oleh China.

Kim Jong Un, pemimpin tertinggi Korut disebut telah meyakini gagasan “Perang Dingin baru” dan berupaya meningkatkan hubungan dengan China dan Rusia untuk membentuk front persatuan melawan Amerika Serikat (AS), sehingga diplomasi Beijing dengan kedua sekutu AS dianggap sebagai perkembangan yang mengganggu.

Fokus utama Kim dalam beberapa bulan terakhir adalah meningkatkan kerja sama militer dengan Moskow. Kim telah berkunjung ke pusat peluncuran ruang angkasa paling modern di Rusia pada bulan September, di mana Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji untuk membantu Pyongyang membangun satelit. Para ahli dari Rusia telah mengunjungi Korut untuk membantu program satelit dan roket luar angkasa.

China, yang lebih sensitif mengenai reputasi internasionalnya, ikut bergabung dengan Rusia dalam menghalangi upaya yang dipimpin AS di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperketat sanksi terhadap Korut, tapi kurang berani dan terbuka dalam mendukung upaya “Perang Dingin baru” Kim.

Baca Juga: Korut Luncurkan Dua Rudal Jelajah Strategis Super Besar

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya