Korsel Bangun Dua Reaktor Nuklir Baru

Korsel ingin meningkatkan penggunaan energi nuklir

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) akan membangun dua reaktor nuklir baru setelah Komisi Keselamatan dan Keamanan Nuklir (NSSC) memberikan izin pada Kamis (12/9/2024). Izin diperoleh delapan tahun setelah Korea Hydro & Nuclear Power Company pertama kali mengajukan permintaan.

Pemerintah Korsel saat ini berupaya memperluas kemampuan energi atomnya. Tindakan ini bertentangan dengan pemerintahan mantan Presiden Moon Jae-in yang berupaya membatasi penggunaan energi nuklir.

1. Keselamatan proyek terjamin

Korsel Bangun Dua Reaktor Nuklir BaruIlustrasi fasilitas nuklir. (Unsplash.com/Lukáš Lehotský)

NSSC menyetujui izin untuk membangun reaktor Shin Hanul 3 dan 4 setelah "mengkonfirmasi keselamatan" proyek di kota Uljin.

"Tidak ditemukan faktor apa pun di lokasi pembangunan reaktor yang dapat menimbulkan bencana geologi, seperti penurunan tanah atau keruntuhan tanah," kata komisi itu, dikutip dari VOA News.

Komisi telah meninjau keselamatan dengan memeriksa perbedaan desain, khususnya standar teknis terbaru yang diterapkan pada unit baru tersebut. Selain itu juga akan memverifikasi secara menyeluruh keselamatan pembangkit listrik tenaga nuklir melalui inspeksi pra-penggunaan dan uji kinerja fasilitas reaktor.

Pembangunan akan dimulai pada Jumat dan dijadwalkan selesai pada 2032 dan 2033. Setiap reaktor akan memiliki kapasitas 1,4 gigawatt.

Baca Juga: Jepang-China-Korsel Targetkan 40 Juta Turis Lintas Batas pada 2030

2. Pemerintahan saat ini ingin meningkatkan penggunaan nuklir

Korsel Bangun Dua Reaktor Nuklir BaruIlustrasi fasilitas nuklir. (Unsplash.com/Lukáš Lehotský)

Persetujuan ini menandai izin pembangunan pertama untuk reaktor nuklir yang dikeluarkan sejak 2016, ketika pihak berwenang mengizinkan pembangunan reaktor Saeul 3 dan 4 di Ulsan.

Pengajuan Shin Hanul 3 dan 4 dilakukan pada Januari 2016, tapi proyek itu ditangguhkan pada 2017 karena perubahan kebijakan energi pemerintahan sebelumnya. Proses peninjauan dilanjutkan kembali pada Juli 2022 setelah pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan dimulainya kembali proyek tersebut.

"Persetujuan pembangunan ini sejalan dengan kebijakan energi pemerintahan Yoon Suk Yeol, yang membalikkan kebijakan penghentian nuklir pemerintah sebelumnya. Ini membuka jalan bagi pemulihan ekosistem energi nuklir, yang hampir runtuh, dan membantu industri nuklir mendapatkan kembali momentumnya," kata Sung Tae-yoon, kepala staf kepresidenan, dikutip dari The Korea Times.

Seoul berupaya menghentikan penggunaan energi nuklir di bawah kepemimpinan Moon, yang bertujuan menjadikan negaranya bebas nuklir sepenuhnya pada 2084. 

Namun, sejak Yoon menjabat pada 2022, Korsel memiliki ambisi untuk meningkatkan porsi listrik yang dihasilkan dari energi nuklir menjadi 36 persen pada 2038, naik dari 30 persen saat ini.

3. Pembangunan reaktor dikritik

Korsel Bangun Dua Reaktor Nuklir BaruIlustrasi reaktor nuklir. (Unsplash.com/Wim van 't Einde)

Keputusan pembangunan reaktor dikritik oleh kelompok aktivis Korea Energy Justice Actions, yang mengaggap hal itu sebagai tindakan tidak bertanggung jawab dan mengancam keselamatan rakyat, bertentangan dengan tren global peralihan energi menuju sumber daya terbarukan.

Kelompok itu juga mengatakan, dua reaktor baru tersebut akan menjadi reaktor kesembilan dan kesepuluh Uljin, menyebut konsentrasi tersebut sebagai "kelangkaan global."

Korsel saat ini mengoperasikan 26 reaktor nuklir, dengan Saeul 3 dan 4 masih dalam pembangunan. Pada 2023, pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan 180.494 gigawatt jam listrik, yang mencakup 30,7 persen dari total produksi listrik negara tersebut.

Baca Juga: Kekurangan Tenaga Medis, Korsel Kerahkan 235 Dokter Militer

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya