Kapal Migran Tenggelam di Yaman, 49 Orang Tewas dan 140 Hilang

Kapal membawa warga negara Somalia dan Ethiopia

Jakarta, IDN Times - Kapal yang membawa 260 migran dari Afrika tenggelam di Yaman pada Senin (10/6/2024). Peristiwa itu menyebabkan 49 orang tewas, termasuk enam anak-anak dan 31 perempuan, dan 140 orang lainnya dinyatakan hilang.

Pengungsi dan migran dari Afrika semakin berani melakukan perjalanan berbahaya untuk mencapai Arab Saudi dan negara Arab lainnya tersebut melalui Yaman. Hal ini membuat Yaman menghadapi peningkatan jumlah migran.

1. Delapan korban mendapat perawatan di rumah sakit

Kapal Migran Tenggelam di Yaman, 49 Orang Tewas dan 140 HilangIlustrasi rumah sakit. (Unsplash.com/Adhy Savala)

Dilansir VOA News, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan kapal itu membawa 115 warga negara Somalia dan 145 warga Ethiopia. Kapal berlayar dari Bossaso di Somalia sekitar pukul 03.00 pada Minggu dan terbalik di Teluk Aden dekat Algharief Point,  provinsi Shabwah.

IOM telah mengerahkan dua tim medis untuk memberikan bantuan kepada para korban, termasuk enam anak-anak. Delapan dari 71 korban diketahui memerlukan perawatan medis lebih lanjut dan dirujuk ke rumah sakit, sementara 63 sisanya menerima pertolongan pertama dan perawatan ringan.

Badan itu memberikan pujian kepada nelayan setempat dan anggota masyarakat lainnya atas apa yang mereka sebut sebagai “peran penting” dalam membantu upaya pemulihan dan penguburan beberapa migran yang meninggal.

Organisasi tersebut juga mengatakan, upaya pencarian dan penyelamatan sedang dilakukan untuk mencari korban hilang, dan menambahkan bahwa banyak mayat terus terdampar di pantai.

Baca Juga: Houthi Yaman Klaim Berhasil Tangkap Mata-Mata AS-Israel 

2. Kapal migran tenggelam di Yaman juga terjadi pada April

IOM mengatakan, insiden tersebut merupakan bagian dari peningkatan jumlah migran baru-baru ini dari Tanduk Afrika ke Yaman. Mereka datang untuk menghidari ketidakstabilan politik dan ekonomi, di samping kekeringan parah dan kejadian cuaca ekstrem lainnya di negara-negara seperti Ethiopia dan Somalia.

Pada April, setidaknya 62 orang tewas setelah dua kapal tenggelam di lepas pantai Djibouti ketika mencoba mencapai Yaman. IOM mengatakan sedikitnya 1.860 orang tewas atau hilang di sepanjang rute tersebut, termasuk 480 orang tenggelam.

“Tragedi baru-baru ini merupakan pengingat akan kebutuhan mendesak untuk bekerja sama guna mengatasi tantangan migrasi yang mendesak dan memastikan keselamatan dan keamanan para migran di sepanjang jalur migrasi," kata Mohammedali Abunajela, juru bicara IOM.

3. Perang tidak menghentikan kedatangan migran

Kapal Migran Tenggelam di Yaman, 49 Orang Tewas dan 140 HilangIlustrasi perang. (Unsplash.com/Duncan Kidd)

Dilansir Al Jazeera, jumlah migran yang tiba di Yaman setiap tahun mengalami peningkatan tiga kali lipat dari tahun 2021 hingga 2023, melonjak dari sekitar 27 ribu menjadi lebih dari 90 ribu, menurut IOM bulan lalu. Badan itu juga melaporkan bahwa sekitar 380 ribu migran saat ini berada di Yaman.

Peningkatan kedatangan tetap terjadi meski terdapat dampak buruk perang selama hampir satu dekade di Yaman, yang meletus setelah kelompok Houthi memberontak dan menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut, termasuk ibu kota Sanaa. Selain itu, arus migrasi juga tidak terpengaruh dengan perang Israel di Jalur Gaza.

Beberapa bulan terakhir, Houthi telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal komersial dan militer di Teluk Aden, yang dilakukan untuk mendesak Israel mengakhiri perang di Gaza. Serangan tersebut ditanggapi Amerika Serikat dan Inggris dengan serangan udara di Yaman sebagai upaya melindungi kepentingan internasional.

Baca Juga: 5 Fakta Kota Tarim di Yaman, Tempat Berkumpulnya Para Wali Allah

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya