Kamboja Mundur dari Perjanjian Kerja Sama dengan Laos-Vietnam

Warga Kamboja khawatir wilayahnya direbut

Intinya Sih...

  • Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menarik diri dari perjanjian CLV-DTA dengan Laos dan Vietnam, yang telah menjadi bahan kritik oposisi.
  • Keputusan tersebut diambil karena kekhawatiran rakyat terhadap wilayah, serta kebutuhan untuk mencegah ekstremis menggunakan perjanjian itu untuk menipu masyarakat.
  • Banyak warga Kamboja khawatir program kerja sama dengan Laos dan Vietnam dapat menyebabkan kehilangan wilayah atau kendali atas sumber daya alamnya. Pemerintah telah meluncurkan inisiatif edukasi dan pembentukan yayasan pengembangan infrastruktur perbatasan.

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengatakan telah menarik diri dari perjanjian Kawasan Segitiga Pembangunan Kamboja–LaosVietnam ( CLV-DTA). Kesepakatan ini dibuat pada 1999, tapi baru diformalkan pada tahun ini.

Perjanjian itu telah menjadi bahan kritik dan protes oleh pihak oposisi. Program tersebut untuk memfasilitasi kerja sama perdagangan dan migrasi antara empat provinsi timur laut Kamboja, Kratie, Stung Treng, Mondulkiri, dan Ratakankiri, dan provinsi-provinsi tetangga di Laos dan Vietnam.

Baca Juga: Bocoran Terbaru soal Wacana Investasi Bulog di Kamboja

1. Perdana menteri tuduh ada yang berupaya fitnah pemerintah

Kamboja Mundur dari Perjanjian Kerja Sama dengan Laos-VietnamPerdana Menteri Kamboja Hun Manet. (X.com/PM's Office of Cambodia)

Hun Manet menyampaikan kelompok yang menentang perjanjian itu sebagai ekstremis, dan menuduh mereka menggunakan isu itu untuk memfitnah dan menyerang pemerintah serta membingungkan masyarakat.

“Misalnya, tuduhan bahwa pemerintah menyerahkan wilayah empat provinsi timur laut ke negara asing, dan sebagainya,” katanya dalam sebuah unggahan di media sosial pada Jumat (20/9/2024), dikutip dari Associated Press.

Dia mengatakan dalam 25 tahun terakhir negara telah membangun banyak prestasi dalam pembangunan empat provinsi, tapi pemerintahnya memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian tersebut karan mempertimbangkan kekhawatiran rakyat terhadap wilayah, juga karena kebutuhan untuk menarik senjata dari tangan para ekstremis guna mencegah mereka menggunakan CLV-DTA untuk menipu rakyat lebih lanjut.

Pemerintah Kamboja telah lama dituduh membungkam para kritikus dan lawan politik. Hun Manet menggantikan ayahnya, Hun Sen pada tahun lalu, yang telah berkuasa selama empat dekade. Setelah mundur, Hun Sen tetap menjabat kepala Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa dan sebagai pemimpin Senat.

2. Khawatir wilayah diambil Vietnam

Kamboja Mundur dari Perjanjian Kerja Sama dengan Laos-VietnamBendera Vietnam. (Unsplash.com/erika m)

Baru-baru ini beberapa aktivis mulai menyatakan kekhawatiran terkait program kerja sama tersebut, yang dianggap dapat menyebabkan Kamboja kehilangan wilayah atau kendali atas sumber daya alamnya ke Vietnam, dilansir dari Radio Free Asia.

Banyak warga Kamboja menganggap Vietnam sebagai musuh bersejarah. Wilayah Vietnam selatan saat ini sebagain besar merupakan wilayah yang dikenal Kamboja sebagai Kampuchea Krom, wilayah di bagian hilir Delta Mekong itu dulunya dikuasai oleh Kamboja.

Pemerintah telah meluncurkan inisiatif untuk mendanai perjalanan edukasi ke perbatasan bagi warga Kamboja yang khawatir tentang kehilangan teritorial.

Bulan lalu, warga Kamboja yang tinggal di Korea Selatan, Jepang, Prancis, Kanada, dan Australia, menggelar protes terhadap program CLV-DTA. Demonstrasi telah direncanakan untuk berlangsung di Kamboja pada 18 Agustus, tapi tidak pernah terlaksana setelah pemerintah mengerahkan pasukan keamanan dan menangkap lebih dari 30 orang.

Baca Juga: Tak Ada WNI Terdampak Topan Yagi di Vietnam

3. Pemerintah luncurkan proyek pembangunan untuk perbatasan

Pemerintah telah mengumumkan pembentukan Yayasan Pengembangan Infrastruktur Perbatasan untuk membiayai proyek-proyek di daerah perbatasan terpencil. Terkat proyek ini sumbangan dibuka agar masyarakat dapat mengirimkan bantuan.

Hun Sen mengatakan pemerintah akan terus mengembangkan empat provinsi timur laut, melalui keanggotaannya di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), dan dalam Strategi Kerja Sama Ekonomi Ayeyawady-Chao Phraya-Mekong, sebuah organisasi yang mencakup Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar. 

Sor Sokhem, aktivis oposisi yang berbasis di Korea Selatan mengatakan menyambut baik keputusan pemerintah menarik diri.

"Itulah yang kami minta. Namun, pemerintah harus membebaskan semua aktivis yang ditangkap terkait CLV. Pemerintah telah melakukan banyak kesalahan seperti pelanggaran hak asasi manusia," ujarnya.

Baca Juga: AS Hukum Taipan Kamboja Atas Perdagangan Manusia

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya