Ibu Kota Mali Diserang Teroris JNIM, 77 Orang Tewas

JNIM menargetkan kamp pelatihan polisi dan bandara

Intinya Sih...

  • Serangan teroris di Bamako, Mali menargetkan kamp pelatihan polisi dan bandara menewaskan 77 orang serta melukai 255 lainnya.
  • JNIM yang berafiliasi dengan Al-Qaeda mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dan menyebabkan kerusakan pada pesawat Program Pangan Dunia (WFP).
  • Mali telah dirusak oleh kekerasan sejak pemberontakan Touareg berkembang menjadi pemberontakan yang gagal dibendung Mali.

Jakarta, IDN Times - Pihak Keamanan Mali, pada Kamis (19/9/2024), mengatakan serangan di ibu kota Bamako, yang menargetkan kamp pelatihan polisi militer dan bandara telah menewaskan 77 orang. Serangan dua hari lalu itu diklaim sebagai salah serangan paling parah dalam beberapa tahun terakhir.

Kelompok teroris Jama'a Nusrat ul-Islam wa al-Muslimin (JNIM) yang berafiliasi dengan Al-Qaeda mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan. Pihak berwenang mengatakan pemberontakan telah dipadamkan.

1. Teroris diduga ingin membuat pemerintah memusatkan keamanan di kota

Ibu Kota Mali Diserang Teroris JNIM, 77 Orang TewasIlustrasi Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)

Pihak keamanan mengatakan serangan itu juga menyebabkan 255 orang terluka. Sebuah dokumen resmi rahasia yang melaporkan jumlah korban sekitar 100 orang dan mengidentifikasi 81 korban. Staf umum mengatakan serangan menyebabkan beberapa nyawa manusia melayang.

Rentetan tembakan yang diselingi ledakan terjadi di Bamako sekitar jam lima pagi pada Selasa. JNIM menyiarkan gambar yang menunjukkan para pejuang berkeliaran dan menembaki secara acak ke jendela hanggar kepresidenan dan menghancurkan pesawat.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, tetangga Mali, Senegal, Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat, dan kedutaan Inggris, mengecam serangan itu.

"Para jihadis mencoba mengirim pesan kepada otoritas Mali bahwa mereka dapat menyerang mereka di mana saja dan oleh karena itu kota-kota besar juga harus dilindungi," kata Jean-Herve Jezequel, direktur proyek Sahel di International Crisis Group terkait salah satu hipotesisnya, dikutip dari VOA News.

Jezequel mengatakan tujuannya bisa jadi untuk memaksa pemerintah memusatkan sumber dayanya di daerah berpenduduk dan mengurangi jumlah pasukan di wilayah pedesaan, tempat kelompok jihad ini membangun benteng mereka.

Baca Juga: Pemberontak Mali dan Niger Bekerja sama Lawan Junta Militer

2. Pesawat untuk menyalurkan bantuan rusak akibat serangan

Ibu Kota Mali Diserang Teroris JNIM, 77 Orang TewasIlustrasi pesawat. (Unsplash.com/Yuri G.)

Serangan ini menyebabkan pesawat yang digunakan oleh Program Pangan Dunia (WFP) mengalami kerusakan. Djaounsede Madjiangar, juru bicara WFP, mengatakan pesawat itu digunakan untuk mengangkut pekerja bantuan dan memberikan bantuan kemanusiaan darurat di daerah-daerah terpencil di Mali.

“Ini bukan satu-satunya pesawat yang kami gunakan di Mali, tetapi ini mengurangi kapasitas respons kemanusiaan kami untuk memberikan bantuan kepada warga sipil, mengingat kami memiliki beberapa titik tujuan,” ujarnya, dikutip dari The Guardian.

Perusahaan penerbangan Afrika Selatan, National Airways Corporation, mengatakan pesawat yang disewanya kepada WFP itu diserang saat berada di darat di Bamako. Madjiangar menyampailan semua awak dan staf tidak terluka.

3. Junta dianggap gagal mengatasi pemberontakan

Ibu Kota Mali Diserang Teroris JNIM, 77 Orang TewasIlustrasi tentara. (Pexels.com/Pixabay)

Mali telah dirusak oleh kekerasan sejak pemberontakan Touareg berkembang menjadi pemberontakan yang gagal dibendung Mali. Kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan ISIS sejak itu melancarkan serangan di seluruh wilayah Sahel.

Lebih dari 1.600 warga sipil tewas dalam sembilan bulan pertama pada 2023, 17 persen lebih banyak daripada sepanjang tahun sebelumnya, menurut angka dari organisasi nirlaba Armed Conflict Location and Event Data.

Mali saat ini dipimpin oleh pemerintahan militer yang merebut kepemimpinan dari pemerintah sipil karena dianggap gagal dalam membendung pemberontakan. Setelah berkuasa junta mengusir kehadiran pasukan Prancis dan beralih ke tentara bayaran Wagner dari Rusia.

Jumlah korban tewas dalam serangan terbaru ini menimbulkan pengawasan ketat terhadap strategi junta dan klaimnya bahwa situasi keamanan terkendali meskipun militan berkeliaran di wilayah tersebut selama bertahun-tahun.

Banyak warga Mali menggunakan media sosial untuk menuntut pertanggungjawaban atas apa yang mereka anggap sebagai kelalaian pihak keamanan.

Baca Juga: ECOWAS Kecam Serangan Teroris di Ibu Kota Mali

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya