Bendungan di Sudan Runtuh, 30 Orang Tewas

Sudan sedang menghadapi masalah banjir dan perang saudara

Intinya Sih...

  • Banjir akibat runtuhnya Bendungan Arbaat di Sudan menewaskan 30 orang dan membuat 70 desa terkena banjir, termasuk 20 desa hancur.
  • Sekitar 132 orang tewas akibat banjir di seluruh negeri, dengan lebih dari 317 ribu orang terdampak dan sekitar 118 ribu orang mengungsi.
  • Bendungan ini menjadi sumber air utama bagi kota Port Sudan, yang mengancam kehausan dalam beberapa hari mendatang. Konflik antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) juga memburuk.

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Senin (26/8/2024), mengatakan runtuhnya Bendungan Arbaat di negara bagian Laut Merah, Sudan, menyebabkan 30 orang tewas. Bendungan yang rusak akibat hujan lebat ini membuat sekitar 70 desa terkena banjir, termasuk 20 desa yang hancur.

Pada Senin, satuan tugas musim hujan pemerintah mengatakan 132 orang tewas akibat banjir di seluruh negeri. Hujan lebat dan banjir di Sudan bulan ini berdampak pada lebih dari 317 ribu orang. Setidaknya 118 ribu orang mengungsi akibat dampak hujan tahun ini.

1. Kota terancam kekurangan air bersih

Dilansir Reuters, PBB mengatakan peristiwa ini membuat rumah sekitar 50 ribu orang terkena dampak banjir. Jumlah itu hanya mencakup wilayah sebelah barat bendungan karena wilayah sebelah timur masih tidak dapat diakses.

"Wilayah itu tidak dapat dikenali lagi. Listrik dan pipa air hancur," kata Omar Eissa Haroun, kepala otoritas air untuk negara bagian Laut Merah.

Orang yang berada di tempat kejadian mengatakan antara 150 hingga 200 orang hilang. Dia mengatakan melihat jasad para penambang emas dan peralatan mereka hancur akibat banjir bandang, dan menyamakan bencana itu dengan kehancuran di negara tetangga.

Bendungan tersebut merupakan sumber air utama bagi kota Port Sudan, yang dianggap sebagai ibu kota nasional de facto karena menjadi pangkalan bagi pemerintah, diplomat, lembaga bantuan. Kota itu adalah rumah bagi pelabuhan Laut Merah utama negara tersebut dan bandara aktif, serta menerima sebagian besar pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan.

"Kota ini terancam kehausan dalam beberapa hari mendatang," kata Asosiasi Pecinta Lingkungan Sudan.

2. Konflik di Sudan

Bendungan di Sudan Runtuh, 30 Orang TewasIlustrasi Baku Tembak. (Unsplash.com/Daniel Stuben.)

Konflik di Sudan dimulai ketika persaingan antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), yang sebelumnya berbagi kekuasaan setelah melancarkan kudeta, meletus menjadi perang terbuka pada April tahun lalu.

Konflik ini bermula di ibu kota, Khartoum, dan menyebar ke seluruh Sudan, menewaskan ribuan orang, menghancurkan infrastruktur sipil, dan mendorong banyak orang ke ambang kelaparan. PBB mengatakan lebih dari 10 juta orang terpaksa mengungsi untuk mencari tempat yang aman.

Kedua belah pihak telah berupaya melindungi kekuasaan dan kepentingan ekonomi mereka yang luas saat masyarakat internasional mempromosikan rencana transisi menuju pemerintahan sipil.

Untuk mengakhir konflik ini Arab Saudi dan Amerika Serikat berusaha menengahi gencatan senjata dengan mengadakan perundingan di Jeddah.

3. Kebutuhan bantuan medis terganggu

Bendungan di Sudan Runtuh, 30 Orang TewasIlustrasi rumah sakit. (Unsplash.com/Adhy Savala)

Dilansir Associated Press, Medecins Sans Frontieres (MSF), sebuah organisasi bantuan medis, mengatakan saat ini adalah momen yang memalukan bagi organisasi kemanusiaan internasional, yang selama lebih dari 16 bulan gagal memberikan respons yang memadai terhadap meningkatnya kebutuhan medis. Negara itu menghadapi kekurangan gizi anak yang parah hingga wabah penyakit yang meluas.

“Pada saat yang sama, pembatasan berat dari kedua pihak yang bertikai telah secara drastis membatasi kemampuan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan,” kata MSF.

Abdirahman Ali, direktur CARE di Sudan, memperingatkan bahwa perang telah menghancurkan sistem perawatan kesehatan, yang menyebabkan banyak orang tidak mendapatkan perawatan.

Organisasi kesehatan Dunia memperkirakan lebih dari 75 persen sistem perawatan kesehatan telah hancur sejak perang dimulai.

Baca Juga: Militer Sudan Bersumpah Akan Terus Perangi RSF Walau Butuh 100 Tahun

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya