Bank Sentral Libya Hentikan Operasi karena Direkturnya Diculik

Ada upaya untuk memaksa pemimpin bank mundur

Jakarta, IDN Times - Bank Sentral Libya, pada Minggu (18/8/203/24), mengumumkan penangguhan semua operasinya karena direktunya telah diculik. Operasi baru akan dilanjutkan setelah eksekutif bank dibebaskan.

Kejadian ini terjadi setelah minggu lalu bank tersebut mendapat ancaman. Bank sentral merupakan satu-satunya lembaga penyimpanan yang diakui secara internasional untuk pendapatan minyak negara.

1. Petinggi bank menerima ancaman

Bank Sentral Libya Hentikan Operasi karena Direkturnya DiculikIlustrasi Bank. (IDN Times/Aditya Pratama)

Bank Sentral Libya mengatakan, pihak tak dikenal berada di balik penculikan Musaab Muslam, kepala departemen teknologi informasinya. Dia diculik ketika sedang berada di rumahnya.

"Bank menolak metode-metode seperti massa yang dilakukan oleh beberapa pihak di luar hukum," kata bank sentral itu, dikutip dari Reuters.

Lembaga keuangan itu juga menyampaikan bahwa sejumlah petinggi bank juga telah diancam. Hal itu membuat bank menangguhkan operasinya hingga praktik tersebut dihentikan dan otoritas terkait turun tangan.

Baca Juga: Bentrok Milisi di Libya Tewaskan 9 Orang

2. Kelompok bersenjata memaksa pemimpin bank mundur

Bank Sentral Libya Hentikan Operasi karena Direkturnya DiculikIlustrasi Bank (IDN Times/Arief Rahmat)

Dilansir The Guardian, penculikan ini terjadi seminggu setelah orang-orang bersenjata mengepung kantor pusat bank sentral di ibu kota Tripoli. Tindakan itu dilakukan untuk memaksa Gubernur Bank Seddik Al-Kabir mengundurkan diri.

Al-Kabir telah memimpin bank sentral sejak 2012. Selama memimpin, dia menghadapi kritik atas pengelolaan sumber daya minyak Libya dan anggaran negara, termasuk dari tokoh-tokoh yang dekat dengan Perdana Menteri Abdulhamid Dbeibah.

Diplomat AS dan utusan khusus untuk Libya, Richard Norland, mengatakan upaya untuk menggulingkan gubernur bank tidak dapat diterima. Ia memperingatkan penggantian dengan kekerasan dapat mengakibatkan Libya kehilangan akses ke pasar keuangan internasional.

Norland mengatakan, konfrontasi di Tripoli menyoroti risiko yang sedang berlangsung yang ditimbulkan oleh kebuntuan politik di Libya.

3. Pemerintah Libya terpecah

Libya yang memiliki populasi 6,8 juta orang telah berjuang untuk pulih dari konflik bertahun-tahun setelah pemberontakan yang didukung NATO tahun 2011 berhasil menggulingkan diktator lama Muammar Gaddafi.

Pemerintahan negara tersebut kemudian terbagi dua pada 2014 antara faksi bersaing di Tripoli dan Benghazi. Pemerintahan Persatuan Nasional Libya yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa berpusat di Tripoli, yang dipimpin oleh Dbeibah, sementara pemerintahan saingan di Benghazi, tempat parlemen nasional berpusat, berada di bawah kendali efektif komandan militer Khalifa Haftar.

Meskipun ketenangan relatif telah kembali dalam beberapa tahun terakhir, bentrokan masih terjadi secara berkala antara berbagai kelompok bersenjata di Libya.

Pada 9 Agustus, sedikitnya sembilan orang tewas dan 16 orang terluka setelah bentrokan meletus antara dua faksi bersenjata di Tajoura, pinggiran timur Tripoli.

Baca Juga: 95 Warga Libya Ditangkap di Kamp Militer Rahasia di Afrika Selatan

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya