AS Selesaikan Penarikan Pasukan dari Niger

Junta Niger usir pasukan AS dari negaranya

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS), pada Senin (16/9/2024), mengatakan telah menyelesaikan penarikan pasukannya dari Niger. Saat ini, pegawai pemerintah AS yang tersisa di Niger hanya staf kedutaan biasa.

Langkah ini dilakukan setelah junta, yang merebut kekuasaanya pada tahun lalu, memerintahkan pasukan AS untuk pergi pada Maret. Sekitar 1.000 personel militer AS telah membantu melawan pemberontak di wilayah Sahel Afrika, yang menyebabkan ribuan orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi.

1. Penarikan dari dua pangkalan

AS Selesaikan Penarikan Pasukan dari NigerIlustrasi personel militer. (Pexels.com/Pixabay)

Militer mengatakan, Elemen Koordinasi Komando Afrika AS (AFRICOM) yang terdiri dari seorang jenderal bintang dua dan staf juga telah meninggalkan Niger. Penarikan telah selesai sebelum batas waktu 15 September.

"Selama dekade terakhir, pasukan AS telah melatih pasukan Niger dan mendukung misi kontraterorisme yang dipimpin mitra melawan ISIS dan al Qaeda di wilayah tersebut. Departemen Pertahanan AS dan Kementerian Pertahanan Nasional Niger mengakui pengorbanan yang dilakukan oleh pasukan kedua negara," kata militer AS, dikutip dari Reuters.

Penarikan pasukan ini dilakukan secara bertahap, dengan penarikan pasukan dan aset AS dari Pangkalan Udara 101 di Niamey pada 7 Juli, dan Pangkalan Udara 201 di Agadez pada 5 Agustus.

Washington sedang mencari Rencana B di Afrika Barat, tapi prosesnya lambat dan para pejabat memperingatkan kehadiran tentara akan semakin melemah terkait kelompok ekstremis yang berkembang pesat di wilayah tersebut.

Baca Juga: AS Bantah Tuduhan Rencanakan Pembunuhan kepada Maduro

2. Niger anggap perjanjian kehadiran pasukan tidak adil

AS Selesaikan Penarikan Pasukan dari NigerIlustrasi bendera Niger. (Pixabay.com/Chickenonline)

Pada Maret, Niger mengakhiri perjanjian yang ditandatangani dengan AS, yang mengizinkan personel militer dan staf sipil dari Departemen Pertahanan untuk beroperasi di wilayahnya. Juru bicara militer Niger mengatakan perjanjian itu sangata tidak adil, tapi juga tidak memenuhi aspirasi dan kepentingan rakyat Niger.

Pengumuman itu dibuat beberapa hari setelah delegasi Washington mengunjungi Niger pada Maret. Kolonel Mayor Amadou Abdramane, juru bicara militer Niger, mengatakan delegasi pada saat itu memiliki sikap merendahkan.

“Pemerintah Niger menyesalkan keinginan delegasi AS untuk menolak hak rakyat Niger untuk memilih mitra mereka dan jenis kemitraan yang mampu membantu mereka benar-benar melawan teroris,” kata Abdramane, dikutip dari CNN.

3. AS khawatir dengan kehadiran pasukan Rusia

AS Selesaikan Penarikan Pasukan dari NigerBendera Rusia. (Pixabay.com/betexion)

Kunjungan delegasi AS ke Niger diwakili Jenderal Michael Langley, komandan AFRICOM, dan Celeste Wallander, asisten menteri pertahanan untuk urusan keamanan internasional, yang khawatir ihwal meningkatnya hubungan Niger dengan Rusia.

Langley di Kongres menyampaikan, Rusia sedang berupaya memperluas pengaruhnya di seluruh Afrika. Ia memperingatkan para anggota parlemen bahwa AS sedang tenggelam oleh disinformasi Rusia di benua tersebut.

“Sejumlah negara berada pada titik kritis untuk benar-benar dikuasai oleh Rusia,” ujarnya kepada Kongres pada Maret.

Kekhawatiran tersebut semakin bertambah setelah Niger mengumumkan berakhirnya perjanjian militernya, karena pasukan Rusia beroperasi dari pangkalan militer yang sama dengan pasukan AS di negara tersebut.

Baca Juga: Ukraina Minta Sekutu Barat Beri Izin Serang Militer Rusia 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

A

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya