Warga Afghanistan Butuh Rp15 Triliun sebelum Musim Dingin

Ketergantungan warga terhadap bantuan semakin tinggi

Jakarta, IDN Times - Program Pangan Dunia (WFP) kembali menyerukan permohonan bantuan untuk Afghanistan menjelang musim dingin. Pihaknya mengatakan, sekitar 1 juta ibu dan anak di negara tersebut kini menghadapi kekurangan gizi.

Pandemik COVID-19 dan pertempuran sengit selama pengambilalihan Taliban pada Agustus 2021 telah membuat kemiskinan melonjak tajam di negara berpenduduk 42 juta jiwa tersebut. Adapun musim dingin nanti dapat membuat keadaan semakin sulit bagi masyarakat di daerah pegunungan terpencil.

“WFP menghadapi krisis pendanaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kita membutuhkan 1 miliar dolar AS (sekitar Rp15 triliun) untuk menghidupi 15 juta orang melewati musim dingin ini,” kata John Aylieff, direktur regional WFP untuk Asia dan Pasifik, pada Minggu (24/9/2023), dikutip dari The National.

“Kita tidak boleh meninggalkan Afghanistan, donatur harus mengambil tindakan demi kemanusiaan. Kita harus berinvestasi untuk masa depan Afghanistan," tambahnya.

1. WFP mendistribusikan bantuan tunai

Aylieff juga mengatakan, WFP saat ini telah mendistribusikan bantuan tunai untuk membantu perekonomian lokal.

“Masyarakat hanya mempunyai sedikit kemampuan untuk membeli dan kesempatan kerja sangat sedikit. Masyarakat sudah menghabiskan tabungannya. Banyak yang telah menjual aset mereka, uang tunai yang kami distribusikan hari ini adalah penyelamat bagi keluarga-keluarga paling rentan ini, banyak yang bergantung pada bantuan tersebut,” ujarnya.

Dana bantuan semakin berkurang usai sejumlah LSM menghentikan kegiatannya lantaran khawatir dengan keamanan di bawah penguasa Taliban. Sementara itu, pemerintah Barat menghentikan bantuan mereka sebagai bentuk protes atas kebijakan Kabul yang melanggar hak asasi manusia, khususnya pada kaum perempuan,

Awal bulan ini, WFP mengatakan bahwa mereka terpaksa menghentikan bantuan pangan untuk 2 juta orang di Afghanistan pada akhir September karena kekurangan dana. Ini artinya, ada sekitar 1,4 juta ibu baru dan ibu hamil serta anak-anak yang tidak dapat lagi menerima makanan khusus guna mencegah malnutrisi.

Baca Juga: Dituduh Sebarkan Kristen di Afghanistan, 18 Staf LSM Ditangkap Taliban

2. Kerja sama AS dengan Taliban tidak menunjukkan kemajuan berarti

Amerika Serikat (AS) telah mengadakan dialog dengan Taliban di Doha tahun ini, yang berfokus pada kerja sama di sektor-sektor utama, termasuk hak-hak perempuan dan kelompok minoritas. Taliban sendiri telah membatasi akses perempuan terhadap pendidikan, pekerjaan dan aktivitas di ruang publik sejak mereka berkuasa.

Meski begitu, kemajuan mengenai kerja sama berjalan lambat. Washington menegaskan bahwa kerja sama itu bergantung pada Taliban, dengan memastikan bahwa teroris tidak dapat menggunakan wilayah Afghanistan.

Pada Juni, PBB Juni mengatakan Taliban tetap mempertahankan hubungannya dengan Al Qaeda, 23 tahun setelah negara itu digunakan sebagai basis teroris untuk serangan 11 September.

3. Lebih dari 29,2 juta warga Afghanistan butuh bantuan kemanusiaan pada 2023

LSM internasional World Vision, yang berfokus pada hak-hak anak, mengatakan bahwa lebih dari 29,2 juta warga Afghanistan membutuhkan bantuan kemanusiaan pada 2023. Jumlah tersebut mewakili hampir 80 persen rumah tangga.

“Lebih dari 3 juta anak menghadapi kekurangan gizi akut,” kata organisasi tersebut awal bulan ini.

Meski bantuan terus mengalir, namun jumlahnya masih jauh dari kebutuhan yang terus bertambah. Uni Eropa (UE) awal bulan ini mengatakan akan mengirimkan 140 juta euro (sekitar Rp2 triliun).

Adapun dana tersebut merupakan bagian dari program bantuan senilai 1 miliar dolar (sekitar Rp15 triliun) yang sebagian besar telah disalurkan.

Baca Juga: Diplomasi Indonesia untuk Afghanistan

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya