Thailand Laporkan Dugaan Kasus Strain Baru Mpox

Pasien adalah warga Eropa yang tiba dari negara Afrika

Intinya Sih...

  • Thailand melaporkan kasus mpox pertama yang diduga terkait varian baru dari Afrika.
  • Virus clade 1b yang menyebar di Afrika telah menyebabkan lonjakan kasus dan kematian, dengan anak-anak menjadi kelompok paling rentan.
  • CDC Afrika bersiap memulai vaksinasi mpox dalam beberapa hari mendatang dengan dukungan logistik dan distribusi vaksin dari berbagai negara.

Jakarta, IDN Times - Thailand pada Rabu (21/8/2024) melaporkan kasus pertama mpox yang diduga terkait dengan varian baru yang lebih berbahaya.

Thongchai Keeratihattayakorn, kepala Departemen Pengendalian Penyakit kerajaan, mengatakan bahwa pasien tersebut merupakan warga Eropa yang melakukan perjalanan ke Thailand pada 14 Agustus dari negara Afrika. Ia kini telah dikarantina di rumah sakit.

Uji laboratorium sedang dilakukan untuk memastikan jenis virus tersebut, namun pihak berwenang yakin bahwa virus tersebut berasal clade 1, yang telah menyebar di Afrika.

 “Kami telah melakukan tes dan dipastikan bahwa orang tersebut mengidap mpox dan jelas bukan Clade 2. Kami yakin bahwa orang tersebut memiliki varian Clade 1, tetapi kami harus menunggu hasil akhir dari laboratorium selama dua hari lagi," kata Thongchai, dikutip dari CNA.

1. Lebih dari 16 ribu kasus mpox dan 500 kematian terjadi di Kongo pada tahun ini

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu menyatakan mpox sebagai darurat kesehatan global setelah varian baru dari penyakit tersebut, clade 1b, menyebar dengan cepat di Afrika. Sejak Juli, wabah ini telah dilaporkan di Kongo, Burundi, Kenya, Rwanda dan Uganda.

Mpox, yang dulunya dikenal sebagai cacar monyet, merupakan infeksi virus yang ditularkan melalui kontak dekat dengan orang atau hewan yang terinfeksi. Penyakit ini menimbulkan gejala seperti demam, nyeri otot dan lesi yang menyerupai bisul.di seluruh tubuh. Jika tidak diobati, mpox bisa berakibat fatal

Meskipun mpox telah dikenal selama beberapa dekade, strain barunya yang lebih mematikan dan mudah menular telah mendorong terjadinya lonjakan kasus baru-baru ini. Menurut WHO, clade 1b telah menyebabkan kematian pada sekitar 3,6 persen kasus, dengan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan.

Kongo telah melaporkan lebih dari 16 ribu kasus mpox dan 500 kematian sepanjang tahun ini. Pada 15 Agustus, Swedia melaporkan kasus clade 1 pertama yang terkonfirmasi di luar Afrika.

2. Vaksinasi mpox di Afrika akan dilakukan dalam waktu dekat

Direktur jenderal Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika, Jean Kaseya, pada Selasa (20/8/2024) mengatakan, vaksinasi mpox di Kongo dan negara-negara Afrika lainnya dapat dimulai dalam beberapa hari mendatang, jika tidak ada kendala apa pun.

"Kami belum memulai vaksinasi. Kami akan memulainya dalam beberapa hari ini, jika kami yakin semuanya sudah siap. Akhir minggu depan vaksin akan mulai tiba di Kongo dan negara-negara lainnya," kata Kaseya kepada wartawan, dikutip dari Reuters.

“Kita perlu memastikan bahwa manajemen rantai pasokan dan logistik sudah siap untuk memastikan vaksin ini disimpan dengan aman dan dapat diberikan dengan tepat kepada orang-orang yang membutuhkannya,” tambahnya.

CDC Afrika telah bekerja sama dengan negara-negara yang mengalami wabah mpox dalam hal logistik dan strategi komunikasi untuk mendistribusikan vaksin yang akan tiba dari Uni Eropa (UE), produsen vaksin Bavarian Nordic, Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

3. Negara-negara Afrika inginkan solidaritas

Negara-negara Afrika melaporkan lebih dari 1.400 kasus mpox tambahan selama seminggu terakhir, sehingga total kasus di 12 negara Afrika di mana mpox telah terdeteksi mencapai hampir 19 ribu sejak awal 2024. Kasus tersebut meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kaseya mengatakan bahwa negara-negara Afrika menginginkan solidaritas, bukan diperlakukan secara tidak adil seperti saat pandemi COVID-19 lalu.

“Saya dengan jelas meminta mitra-mitra kami untuk berhenti memikirkan larangan perjalanan terhadap warga Afrika, karena hal ini akan membawa kita kembali pada perlakuan tidak adil yang kita alami selama masa COVID-19,” katanya.

“Solidaritas berarti kami membutuhkan Anda untuk memberikan dukungan yang tepat dalam hal tindakan penanggulangan medis,” tambahnya, seraya mengatakan bahwa negara-negara Afrika juga membutuhkan bantuan untuk meningkatkan tingkat pengujian serta akses vaksin.

Baca Juga: Uganda Perketat Perbatasan untuk Cegah Penularan Mpox

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya