Sepekan Dilanda Serangan, Warga Lebanon: Kami Tidak Lagi Merasa Aman

84 orang tewas dan lebih dari 3 ribu terluka dalam sepekan

Intinya Sih...

  • 84 orang tewas dan lebih dari 3 ribu terluka dalam serangkaian serangan brutal di Lebanon.
  • Militer Israel mengklaim telah menewaskan komandan Hizbullah, Ibrahim Aqil, dan 10 anggota senior lainnya.
  • Kelompok hak asasi manusia mengecam serangan pager tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional.

Jakarta, IDN Times - Serangkaian serangan brutal yang terjadi di Lebanon sepanjang pekan ini telah menghancurkan rasa aman di kalangan masyarakat. Ribuan pager meledak di seluruh negeri pada Selasa (17/9/2024), disusul dengan ratusan walkie-talkie pada Rabu (18/9/2024). Serangan yang diduga dilakukan oleh Israel tersebut menewaskan dan melukai sejumlah anggota Hizbullah dan warga sipil di sekitarnya.

Pada Jumat (20/9/2024), Israel melancarkan serangan udara yang menghancurkan sebuah apartemen di ibu kota, Beirut. Militer Israel mengatakan bahwa serangan itu menewaskan komandan Hizbullah, Ibrahim Aqil, dan 10 anggota senior lainnya dari kelompok tersebut . Hingga akhir pekan, total 84 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dan lebih dari 3 ribu lainnya terluka di Lebanon. 

“Ini pertama kalinya saya merasa ada perang di sekeliling kami, dan kita tidak lagi merasa aman. Kami tidak tahu di mana serangan Israel selanjutnya akan terjadi, saya menghindari pertemuan atau area yang tidak diketahui,” kata Amal Cherif, seorang aktivis berusia 52 tahun dan warga Beirut, dikutip dari The Guardian.

Baca Juga: Hizbullah: Serangan Israel di Lebanon Lewati Semua Garis Merah

1. Kelompok HAM dan PBB kecam serangan di Lebanon

Kelompok hak asasi manusia mengecam serangan pager tersebut karena dianggap sebagai serangan tanpa pandang bulu, sementara para ahli PBB menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional.

“Serangan semacam ini dapat dianggap sebagai kejahatan perang, termasuk pembunuhan, penyerangan terhadap warga sipil, dan peluncuran serangan tanpa pandang bulu, di samping melanggar hak atas hidup,” kata pakar hak asasi manusia PBB dalam sebuah pernyataan.

Tak lama setelah serangan udara di Beirut pada Jumat, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan bahwa Israel kini memulai fase baru perang di perbatasan utara.

“Serangkaian tindakan dalam fase baru akan berlanjut sampai tujuan kami tercapai: kembalinya penduduk wilayah utara dengan selamat ke rumah mereka," katanya dalam pernyataan di media sosial X.

Puluhan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon sejak Hizbullah dan Israel terlibat dalam baku tembak pada Oktober lalu, menyusul perang di Gaza. 

2. Banyak korban luka menderita cacat permanen

Sementara itu, di berbagai rumah sakit di Lebanon, ratusan pasien berusaha beradaptasi dengan kehidupan baru, dengan banyak di antaranya menderita cacat permanen. Ledakan pager telah menyebabkan banyak orang kehilangan penglihatan dan tangan.

“Enukleasi (pengangkatan mata) adalah prosedur yang jarang dilakukan saat ini. Salah satu dokter mata senior kami mengatakan bahwa dia telah melakukan lebih banyak enukleasi dalam satu hari dibandingkan yang dia lakukan sepanjang kariernya,” kata Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Abiad, kepada Observer.

CEO LAU Medical Center-Rizk Hospital di Beirut, Sami Rizk, mengatakan bahwa mereka akan meminta bantuan dari negara lain untuk menyumbangkan prostesis mata.

Di luar rumah sakit, orang-orang mengantri untuk mendonorkan darah. Beberapa bahkan menawarkan organ mereka untuk para korban luka, namun para pejabat menyatakan bahwa sumbangan ginjal tidak diperlukan dan transplantasi mata tidak mungkin dilakukan.

3. Solidaritas meningkat di Lebanon

Serangkaian serangan tersebut telah mendorong persatuan di seluruh Lebanon. Selama setahun terakhir, negara ini terpecah akibat perang antara Hizbullah dan Israel. Beberapa pihak mengatakan bahwa perang itu diperlukan demi mendorong gencatan senjata di Gaza, sementara yang lainnya merasa kesal karena Lebanon ikut terseret ke dalam konflik tersebut.

Namun, setelah ledakan pager pekan ini, kritik terhadap perang Hizbullah-Israel mereda.

“Israel menyerang kami. Ini bukan lagi serangan terhadap Hizbullah, melainkan terhadap warga sipil. Sekalipun kami menentang Hizbullah, ketika Israel menyerang Lebanon, rakyat berdiri berdampingan,” kata Cherif.

Dalam pidatonya pada Kamis (19/9/2024), Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengucapkan terima kasih kepada warga Lebanon atas solidaritas mereka. Ia mengatakan bahwa serangan pekan ini merupakan deklarasi perang terhadap Lebanon, dan kelompok tersebut akan melakukan pembalasan.

“Solidaritas jelas meningkat dari hari ke hari. Kenyataannya, Hizbullah menghadapi tantangan besar: bagaimana mereka bisa merespons Israel tanpa memicu perang? Ini adalah pertanyaan utamanya," kata Kassam Kassir, seorang analis yang dekat dengan Hizbullah.

Pada Minggu (22/9/2024), Israel dan Hizbullah saling melancarkan serangan hebat. Pesawat tempur Israel melakukan pemboman secara intensif di wilayah selatan Lebanon, sementara Hizbullah menembakkan roket ke wilayah utara Israel.

Baca Juga: UNICEF: Serangan Israel ke Lebanon Sangat Mengerikan 

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya