Ribuan Orang Hadiri Pemakaman Sandera Israel di Yerussalem

Enam jenazah sandera ditemukan pada Minggu

Intinya Sih...

  • Ribuan pelayat memadati jalan Yerusalem untuk mengucapkan perpisahan kepada enam sandera yang ditemukan tewas di Gaza.
  • Perdana Menteri Israel menyatakan kelompok Hamas sebagai pelaku eksekusi, namun Hamas membantah dan menuduh serangan Israel sebagai penyebabnya.
  • Kematian keenam sandera memicu protes di Israel dan Amerika Serikat, sementara Presiden Biden menyalahkan Netanyahu atas kegagalan negosiasi pembebasan.

Jakarta, IDN Times - Ribuan pelayat memadati jalan-jalan Yerussalem pada Senin (2/9/2024). Mereka mengucapkan perpisahan kepada Hersh Goldberg-Polin, seorang sandera Amerika-Israel yang ditemukan tewas di Gaza.

Jenazah Goldberg-Polin dan lima sandera lainnya, Carmel Gat, Eden Yerushalmi, Alexander Lobanov, Almog Sarusi dan Ori Danino, ditemukan oleh pasukan Israel di sebuah terowongan di Rafah, Gaza selatan, pada Minggu (1/9/2024). Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa mereka dieksekusi oleh Hamas, namun kelompok perlawanan Palestina itu membantahnya dan mengatakan bahwa mereka terbunuh akibat serangan Israel.

“Saya merasa dia seperti simbol para sandera. Kita perlu memiliki rasa kemanusiaan bagi semua orang–bagi orang Yahudi dan Arab," kata Amnon Sadovsky, seorang guru berusia 70 tahun kepada Reuters. 

Baca Juga: Hamas: Sandera Akan Kembali dalam Peti Mati Jika Serangan Berlanjut

1. Goldberg-Polin terakhir kali terlihat dalam video yang dirilis Hamas pada April

Goldberg-Polin, 23 tahun, pindah dari California ke Israel pada usia tujuh tahun. Ia menghadiri festival musik Nova di Israel selatan pada 7 Oktober, tepat ketika Hamas melancarkan serangan ke wilayah tersebut, yang dilaporkan menyebabkan 1.200 orang tewas dan 253 lainnya disandera. Peristiwa itu memicu serangan balasan secara besar-besaran di Gaza, yang telah membunuh sedikitnya 40.786 warga Palestina.

Pemuda tersebut terakhir kali terlihat dalam sebuah video yang dirilis Hamas pada April, di mana ia mendesak pemerintah Netanyahu untuk segera menyepakati kesepakatan pembebasan sandera.

Di pemakamannya, ibu Goldberg-Polin, Rachel, mengatakan bahwa putranya memperjuangkan keadilan dan perdamaian. Ia juga menceritakan penderitaan yang dialaminya selama lebih dari 330 hari tanpa mengetahui bagaimana kondisi putranya.

"Baiklah, Nak, pergilah sekarang dalam perjalananmu. Akhirnya kamu bebas," ujarnya.

Sementara itu, Presiden Israel Isaac Herzog menyatakan betapa dia menyesal karena Israel tidak dapat melindungi pemuda itu pada hari naas tersebut.

“Dalam hidupnya dan dalam kematiannya, Hersh telah menyentuh seluruh umat manusia secara mendalam,” kata Herzog kepada hadirin.

2. Netanyahu minta maaf tidak bisa selamatkan keenam sandera

Kematian keenam sandera tersebut memicu gelombang protes di Israel. Sekitar 500 ribu orang berdemonstrasi di Yerusalem dan Tel Aviv pada Minggu malam. Protes berlanjut hingga Senin, diikuti dengan aksi mogok kerja, untuk menekan Netanyahu agar segera membawa pulang para sandera yang tersisa.

“Saya meminta maaf kepada kalian karena tidak membawa mereka kembali hidup-hidup. Kami hampir saja menyelamatkan mereka, tapi kami tidak berhasil. Hamas akan membayar harga yang sangat mahal untuk ini,” kata Netanyahu dalam konferensi pers yang disiarkan televisi pada Senin pagi.

Pada hari yang sama, Hamas memperingatkan bahwa para sandera akan dikembalikan dalam peti mati jika militer Israel terus melanjutkan tekanannya. 

“Desakan Netanyahu untuk membebaskan tahanan melalui tekanan militer, alih-alih mencapai kesepakatan berarti mereka akan dikembalikan ke keluarga mereka dalam keadaan terselubung. Keluarga mereka harus memilih apakah mereka ingin mereka hidup atau mati,” kata juru bicara kelompok tersebut.

Baca Juga: Hamas: Israel Bertanggung Jawab Atas Tewasnya 6 Sandera

3. Biden sebut Netanyahu tidak berbuat banyak untuk membebaskan sandera

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut Netanyahu tidak berbuat banyak untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera. Negosiasi selama berbulan-bulan yang dimediasi oleh AS, Qatar dan Mesir sejauh ini gagal mencapai kesepakatan terkait proposal gencatan senjata Gaza yang diajukan oleh Biden pada Mei.

Dilansir dari BBC, banyak yang menuduh Netanyahu menghalangi kesepakatan yang ada demi melanggengkan kelangsungan politiknya sendiri. Sekutu sayap kanan Netanyahu telah mengancam akan keluar dari pemerintahan koalisi, yang akan melemahkan peluangnya untuk tetap berkuasa, jika ia menerima kesepakatan terkait gencatan senjata permanen sebelum Hamas dihancurkan.

“Mereka yang terkejut, hancur, dan marah atas apa yang terjadi tidak perlu terkejut karena hal ini persis seperti yang diperingatkan oleh Menteri Pertahanan (Israel) (Yoav Gallant) dan kami semua. Keengganannya (Netanyahu) untuk terlibat dalam kesepakatan itulah yang membuat semua ini terjadi," kata Alon Pinkas, mantan duta besar Israel dan penasihat pemerintah, kepada Al Jazeera.

Baca Juga: Netanyahu Tuding Hamas Bunuh 6 Sandera Israel

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya